BONUS CHAPTER

451 18 2
                                    

Audrey selesai mengikat tali sepatunya, ia menatap Gara yang sedang membantu Bunda Irma mengisi angin sepeda motor. Cowok itu terlihat sangat akrab dengan Bunda seolah anak sendiri, membuat Audrey berdecak.

Gara-gara cowok itu yang suka ngadu tentang kegalakan Audrey ke Bunda, sekarang Audrey tidak bisa bergerak bebas.

"Drey, belum selesai?" tanya Gara, mendekat pada Audrey yang masih duduk di bangku teras. "Motor Bunda perlu diservice, besok Minggu ayo kita bawa ke bengkelnya Bagas."

"Nanti gue bilang Bunda," jawab Audrey, lalu berdiri sambil memakai ranselnya. "Ayo berangkat."

Gara mengulurkan tangan, meminta tangan Audrey untuk digenggamnya. Kalau tidak diminta, Audrey tidak akan memberikannya. Walau mereka sudah pacaran, tapi bukan berarti semua berjalan lancar. Seperti sekarang, Audrey justru menyerahkan pouch berisi sepatu basketnya pada Gara, alih-alih tangan untuk digandeng.

Gara mendengus, tapi Audrey hanya lewat dan menghampiri motor cowok itu. Tanpa Gara ketahui, Audrey sedang menahan tawa.

***

Berangkat dan pulang sekolah bersama sudah menjadi rutinitas untuk Audrey dan Gara sejak mereka pacaran, bahkan Gara menambahkan rutinitas baru di akhir pekannya; mengantar Audrey latihan basket.

Ajaibnya, kemunculan Gara di lapangan basket ternyata membawa manfaat juga. Anggota basket putri yang biasanya ogah-ogahan datang, kini selalu berbondong-bondong latihan dan berusaha keras di lapangan. Walau Audrey tahu mereka melakukan itu untuk menarik perhatian Gara, Audrey tidak masalah asalkan latihannya serius.

Memasuki bulan ke 3 mereka pacaran, baik Gara maupun Audrey sudah mulai terbiasa dengan satu sama lain. Berangkat dan pulang bareng, ke kantin bareng, sampai latihan basket bareng. Semua mereka lalui berdua selayaknya sepasang kekasih.

Setelah menyerahkan helm pada Gara dan mengambil kembali pouch sepatu basketnya, Audrey mundur satu langkah, menunggu Gara turun dari motor.

"Nanti gue mau ke markas," kata Gara, turun dari motor dan berdiri di samping Audrey. "Ikut?"

"Nggak mau," jawab Audrey langsung. Walau cara pandangnya pada geng yang dipimpin Gara sudah berubah, bukan berarti Audrey mau bergaul dan akrab dengan mereka.

"Oke."

Lalu keduanya masuk ke gedung sekolah dengan obrolan kecil yang menyita perhatian orang-orang di koridor. Sejak awal berita mereka pacaran memang sudah tersebar, bahkan seluruh anggota Brasthunder yang beda sekolah juga tahu.

Di bulan pertama, banyak komentar kurang menyenangkan mengenai hubungan mereka. Pasalnya semua orang tahu, mereka pacaran karena taruhan di pertandingan basket itu. Karena Audrey yang menang, muncul gossip bahwa Audrey memaksa Gara untuk jadi pacarnya.

Audrey yang telinganya sudah terbiasa dengan omong kosong seperti itu sebenarnya memilih untuk tidak peduli, beda dengan Gara yang langsung bertindak bahkan membungkam orang-orang yang terus menyebarkan berita itu— entah dengan cara apa.

Saat hendak berbelok menuju koridor kelas XII-IPA, Audrey merentangkan tangannya di depan Gara, meminta cowok itu berhenti.

Di depan XII-IPA 3 terlihat dua orang remaja sedang berbicara. Pemandangan yang akhir-akhir ini juga menjadi kehebohan baru di SMA Chakrawala. Ganis dan Lingga secara terang-terangan menunjukkan kedekatan mereka, bahkan beberapa kali terlihat pulang sekolah bersama.

"Jadian nggak, sih?" tanya Gara, berbisik di samping Audrey.

Audrey mengangkat bahunya. "Entah."

"Cecil sama Benua aja jadian, masa mereka enggak?"

ANGGARA [SELESAI]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang