5. Askara Bhumi

17.2K 954 7
                                    


Typo tandai!






Sejak semalam hujan turun tiada henti, dan baru reda saat datangnya waktu subuh, membuat udara pagi ini lebih sejuk dari biasanya. Apalagi mendung masih menguasai, seolah-olah belum puas mengeluarkan sisa air yang ada di langit.

Kara tak suka hujan.

Selain membuatnya kedinginan, hujan juga bisa memicu asmanya kambuh secara tiba-tiba, selain itu, hujan mengingatkannya akan suatu peristiwa 3 tahun lalu yang sekuat tenaga ingin ia lupakan. Kara tidak membenci hujan cuman tidak suka saja.

Hujan membuat mood kara turun drastis pagi ini, ia berjalan lesu ke kelasnya, tapi didekat tangga penghubung kelas 10 dan 11, kara melihat seseorang yang baru ia kenal kemaren  berlari kecil kearahnya diikuti pemuda lainnya. Akhir-akhir ini kenapa mereka selalu bertemu.Batin kara.

" Hai kar, selamat pagi!! " Sapanya semangat, membuat orang-orang yang berlalu disana melongo ditempat

Bisa-bisanya mereka melihat senyuman serta seruan semangat bungsu laksamana yang terkenal dingin dan datar. Seperti mimpi. Tapi yang paling menarik perhatian mereka adalah bocah pendek yang terkesan imut dengan muka baby face nya yang disapa oleh bungsu laksamana

Siapa bocah yang membuat mood seorang sagara sebaik itu di pagi hari yang mendung ini

" Hai kak.. umm ini kak gara atau kak biru?" Ujar kara pelan, ia tak nyaman ditatap oleh banyak orang disekitar mereka. Kara tidak biasa ditatap kagum seperti itu, walau kara tau itu tatapan tertuju pada kakak kelas didepannya ini "kara gak bisa bedain kak" tambahnya agak canggung

Gara terkekeh, yang mana membuat orang-orang terutama kaum hawa terpekik tertahan, tapi gara tidak menghiraukannya, dia hanya fokus pada bocah pendek nan lucu didepannya ini "gue gara cilmut, muka gue lebih berekspresi dari pada yang itu" tunjuk gara ke arah dewa menggunakan dagu

Dewa menatap datar kearah adik kembarnya, "tuhkan cil, datar banget kek tembok kamar mandi, dia juga ada tailalat didagu, bisa bedain kan sekarang?"sambung gara

Kara mengangguk-angguk mengerti "bisa! Yang datar kak biru! Yang bergelombang kak gara! Tapi.. cilmut itu apa kak? " Ujar kara

"Cilmut itu bocil imut" jawab gara santai

Kara menatap sinis ke arah gara " bocil bocil, kara udah SMA tau!!" Ucapnya sambil memanyunkan bibirnya

" Lo juga napa bilang gue bergelombang cil?" Tanya gara

Kara tersenyum manis " gatau, datar kan lawannya bergelombang?" Ucap kara santai dengan tanda tanya diakhir, dia sendiri bingung sama ucapannya sendiri

" Gak jelas lo cilmut"

" Biarin, SSK kak"

"Apaan tuh SSK?"

" Suka-suka kara"

Gara tertawa mendengar penuturaan kara barusan, dia merasa sangat lucu, padahal kara tidak lagi melawak, emang dasarnya humor gara receh kalau lagi sama kara, apapun dianggap lucu

Asik berbincang, mereka sampai tidak sadar banyak orang yang memerhatikan sejak awal, dewa yang duluan sadar tatapan mereka kearah adik kembar dan adik kelas nya yang begitu membuat nya risih, tatapan mereka seperti pedofil yang menemukan mangsanya

" Pergilah" dingin dewa sambil menatap tajam orang-orang yang masih betah berdiri di sekitar dia, gara dan kara.

Mereka segera beranjak setelah ditatap tajam oleh anak tengah tuan Laksamana. Sedangkan gara dan kara masih asik dengan obrolan random mereka

" Lo kelas berapa dah kar? " Tanya gara. Dia sebenarnya masih heran karena kara sudah SMA, padahal tubuhnya sangat pendek, hanya sebatas dada gara. Dan lagi badannya sangat mungil

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang