7. Askara Bhumi

13.7K 948 9
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!





" Euughh " lenguhan kecil berasal dari sosok bocah imut nan manis diatas kasur mewah yang perlahan-lahan membuka matanya menampakkan netra coklat terang yang hanya terbuka sebentar lalu tertutup kembali untuk menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Setelah ia bisa menyesuaikan cahaya yang masuk, netra itu terbuka sempurna dengan raut bingung tercetak jelas didahi yang mengerut tipis menambah kesan imut di wajah manisnya

"Sudah bangun?" Tanya pria paruh baya yang menatap bocah itu lekat sejak ia mulai membuka mata

"O-om " kagetnya

Pria paruh baya itu terkekeh pelan "Sudah lebih baik kara?" Tanya nya sekali lagi

Bocah itu kara " sudah lumayan om, Terimakasih, dan maaf merepotkan" jawab kara tak lupa mengucapkan terimakasih. Mahesa Daksh. Orang yang menolong kara semalam akibat sesak didada yang menarik kesadarannya. Kara sadar semalam mahesa yang menghampirinya sebelum dia pingsan

" Sama-sama,kamu sama sekali tidak merepotkan, kalau gitu kamu sarapan dulu, mau sarapan dibawah atau om bawakan kekamar" tawar mahesa lembut sambil tersenyum tipis

" Dibawah saja om, kara sudah jauh lebih baik" kara tidak mau merepotkan mahesa dengan mengantarkan makanan nya ke kamar, apalagi mahesa sudah menolongnya semalam

" Mau digendong?" Tanya mahesa melihat kara yang masih lemas, entah kenapa mahesa ingin sekali dekat dengan anak itu sejak pertemuan pertama mereka di toilet sekolah

Sontak kara langsung mendongak melihat mahesa yang terlihat memperhatikan kara yang sedikit limbung, tapi kara masih bisa menyeimbangkan diri" Eh gak usah om, kara bisa jalan sendiri" tolak kara halus

Tak mau kara jatuh ditengah jalan mahesa memilih memapah kara sampai keruang makan setelah mereka menaiki lift menuju lantai dasar tempat dimana ruang makan berada

 
    。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。  。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

Disana terlihat keluarga mahesa berkumpul untuk melaksanakan sarapan pagi, memang hari ini hari libur, tapi mereka semua tetap bangun pagi untuk sarapan bersama, itu sudah aturan turun temurun di mansion mahesa. Ah bukan, ini mansion kakak pertamanya, dia kesini karena memang tiap weekend mahesa, beserta anak-anaknya menginap disini. Jadi semalam dia langsung membawa kara kemari

Saat sampai dimeja makan terlihat sekitar
6 orang, 1 pria paruh baya, 2 pemuda dewasa, 3 orang remaja yang baru beranjak dewasa. Kara mengenal 3 diantaranya

" K-kara " ujar salah satu remaja di meja itu

Kara meringis canggung, yang jatuhnya malah kelihatan lucu di mata remaja itu, atau semua pria yang ada disana merasa lucu?

" Hai kak gara " sapa kara masih canggung

Yang lain tampak bingung siapa bocah imut itu kecuali gara dan 2 pemuda lainnya yang memang sudah mengenal kara

" Kalian kenal?" Tanya mahesa

"Kenal" jawab kara dan 2 pemuda lainnya

"Pernah ketemu di cafe waktu itu" tambah aksa tenang, sambil memperhatikan kara yang hanya diam

"Lo kenal papa?" Tanya gara menatap kearah kara

Kara mengangguk pelan "kenal kak, dulu gak sengaja ketemu di toilet sekolah, dan.. semalam, kara gak tau om hesa ternyata ayah kakak" jawabnya

Gara terkekeh pelan "om mahesa adiknya daddy kakak, tapi kakak panggil papa, yang ayah kandung kakak daddy" ucap gara menolehkan kepalanya ke arah sang daddy yang hanya diam dengan wajah datarnya, tapi tatapannya menatap tajam ke arah kara, membuat kara menundukkan kepalanya

" Wahhh adek sini duduk dekat abang!!" Seru pemuda yang duduk disamping dewa, kara kembali mendongak untuk melihat pemuda itu

"Ren-"

" Wa geser sana lo, biar adek gemesnya duduk disini " seru pemuda itu lagi sambil mengusir dewa yang hendak protes

Gara langsung mendelik melihat pemuda yang mengajak kara duduk didekatnya, gara keduluan start " Heh renan, lo jangan sok kenal deh!! " Sinisnya

Renan mana peduli, dia bangkit dari duduknya " Lah nanti gue kenalan sama adeknya, sini sini duduk sini" ucapnya sambil menuntun kara duduk dikursi yang telah dia sediakan, dewa mah udah tenang, gapapa lah yang penting dia bisa duduk disamping kara.

Gara mengerucutkan bibirnya kesal kearah renan, Aarav Renan Laksamana , putra bungsu mahesa. Dia lebih tua 10 bulan dari sikembar gara dewa tapi sifatnya 11 12 sama gara, makanya gara gak mau manggil dia abang.

" Gak cocok muka lo gitu dek " ucap pemuda dewasa disamping kiri gara sambil terkekeh pelan

" Pah liat bang Alex gangguan gara " kesal gara kearah mahesa, dia kesal banget dengan kedua saudara sepupunya itu pagi ini. Alexandre Crist Laksamana, putra sulung mahesa. Umurnya lebih muda 2 tahun dari aksa, sekarang alex menginjak usia 20 tahun.

Mahesa terkekeh, anak bungsu kakak nya itu memang kadang suka begitu kepadanya apalagi kalau sedang kesal seperti ini " nanti bang alex kita aduin sama hamster punya dewa" alex emang takut hamster, bukan takut lebih ke ngeri aja karena dia pernah digigit, padahal kan tidak sakit

Tawa gara mengudara " papa emang the best hahaha"  Anak-anak kakaknya memang memanggil nya papa, itu dibiasakan sejak kecil. Anak-anak nya juga memanggil kakaknya itu dengan sebutan daddy seperti anak-anak sang kakak

Tidak ada lagi percakapan setelah itu, mereka fokus dengan sarapan masing-masing, tapi sesekali kara melirik pria paruh baya yang duduk dikursi tengah yang menghadap kedepan, tatapannya terus tertuju ke arah kara yang mulai tidak nyaman dengan tatapannya

" Dad, jangan menakutinya dengan tatapanmu" ucap aksa yang peka bahwa kara tidak nyaman ditatap oleh sang daddy. Semua yang dimeja makan ikutan melihat kearah pria paruh baya yang mereka panggil daddy itu dan dara secara bergantian

Gara melihat sang daddy yang hanya diam dan tetap menghadap kara dalam diam, gara yakin ada hal yang dipikirkan sang daddy, mungkin merasa melihat diri sendiri waktu kecil? Tidak tidak, sepertinya bukan begitu.

" Apa orang tuamu tak mencarimu?, bahkan kau disini sejak semalam?" Pertanyaan dengan nada dingin dan datar itu membuat kara menunduk, dia jadi berpikir mungkin pria paruh baya itu tidak menyukai kehadirannya disini

" Bang " tegur mahesa pelan

Pria itu langsung menoleh kearah mahesa"Kau juga mahesa, kenapa membawa orang asing ke lingkungan kita!" Tegasnya lalu berlalu pergi dari meja makan. Suasana dimeja makan mendadak kaku setelah sang tertua itu pergi setelah menegaskan kata asing pada ucapan nya yang dituruntukkan kepada kara yang semakin menduduk dalam. Dia bukan tidak menyukai kara, cuma tidak mau berurusan dengan orang asing, mana tau ia adalah salah satu pengkhianat

Kara merasa hatinya sangat sakit mendengar kata yang diucapkan pria tadi, padahal dia memang asing disini,tapi entah kenapa kara merasa sangat sakit dan sedikit sesak didadanya. Sesak yang datang bukan karena asmanya kambuh,ini sesak lain yang tidak dia tau apa penyebabnya. Bahkan matanya sedikit berkaca-kaca tapi langsung dia hapus,tidak ingin ditanya-tanya oleh orang-orang yang ada disini

Kara mendongak melihat semua orang yang menatapnya merasa bersalah akan perkataan sang tertua, kara tersenyum lebar " om hesa, boleh antar kara ke halte kemaren setelah selesai sarapan?






.



.







Karanya lagi sedih tuh, tolong hibur kara ya teman-teman biar dia gak sedih lagiಥ⁠‿⁠ಥ

Jangan lupa vote

Seeyou

__Esa.

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang