8. Askara Bhumi

13.4K 906 12
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!




Siang ini kara duduk dibawah pohon besar nan rindang ditaman belakang mansion laksamana, kara tidak jadi diantar pulang, sebab gara yang membujuk anak itu terus-menerus untuk tinggal sebentar sampai sore menjelang,mumpung hari libur dan gara sudah meminta izin ke cafe tempat kara bekerja, karena memang cafe buka setiap hari, se effort itu gara demi kara tetap tinggal sampai sore di rumahnya, kara yang dibujuk gara sampai gara memohon-mohon padanya,jadi tak enak hati untuk menolak, apalagi renan yang ikut-ikutan membujuknya. Jadi dia disini sampai sore nanti, tidak apa-apa kan?

Sekarang mereka yakni kara,gara,renan,dan dewa ada di taman belakang menikmati suasana tenang dengan semilir angin sejuk yang menerpa wajah, jangan lupakan makanan ringan dengan berbagai minuman ikut menemani acara menyantai mereka

" Adek kara sekolah dimana?" Tanya renan tiba-tiba, sedikit bosan karena sedari tadi mereka hanya diam menikmati suasana

Kara menoleh ke arah renan " disekolah Laksamana" bukan kara yang menjawab tapi gara, kara menganggukkan kepalanya tanda mengiyakan ucapan gara, dia baru tau pemilik sekolah ternyata bagian dari laksamana

"Lah iya? Gimana dek rasanya di Laksamana Elementary School? Seru gak? Atau ada yang nakal? Kalau ada bilang aja sama bang renan, biar nanti bang renan samperin yang nakalin dedek gemes" ucap renan tanpa henti, dia sangat senang dengan kehadiran kara. Renan emang suka anak-anak apalagi yang seperti kara, imut.

Kening kara mengerut mendengar ucapan renan, sepertinya ada yang salah disini " bang, kara di Laksamana High School ya, bukan di Laksamana Elementary" ucap kara mendengus keras

"WHAT?? REALLY?" teriak renan terkejut

" Kecil kan re? Gue juga gak yakin kemaren kalau itu bocah udah SMA " kekeh gara

"Jadi lo bedua se SMA sama kara?" Tanya renan lagi

" Iyaa, waktu itu dia gak sengaja nabrak gue, dan kebetulan-kebetulan lainnya yang buat kita ketemu terus,makanya kenal" jelas gara

Renan mengangguk-angguk mengerti "lo umur berapa sih dek?"

" 13 tahun" jawab kara polos

"WHAT?!!" teriak kaget ketiga pemuda tersebut, kara sampai mengelus dada ikutan kaget dengan teriakan mereka bertiga. Gara dan dewa memang belum tau kara itu umur berapa jadi kaget dong pas tau kara umur 13. Dewa yang kalem aja ikut teriak.

" Emangnya kenapa?" Tanya kara bingung

" WHY?!! lo yang kenapa udah ada di SMA?? ,karena seharusnya lo tuh masih duduk di SMP noh" jawab renan

" Karena kara pintar " sombongnya sambil tersenyum lebar

"Kenapa bisa?" Kini dewa yang ikutan nanya

"Apanya?" Bingung kara

" Kenapa bisa udah ada di SMA?" jelas dewa,karena dia yakin bukan hanya pintar alasannya. Sebab ini terlalu kecil

" Umm itu dulu kara masuk sekolah pas umur 3 tahun, terus pas kelas 3 sd akselerasi buat loncat kelas, jadi kara langsung kelas 5" kara berucap panjang lebar, sadar gak sadar kara sudah mulai nyaman dengan eksistensi mereka

Mereka bertiga berohria " kalo abang 17 tahun, kelas 3 SMA, tapi disekolah Laksamana yang lain,gak satu sekolahan dengan adek sama si kembar" renan berucap tanpa ditanya. Dia ingin memberitahu adik imutnya ini tentangnya. Tuh udah dianggap adik aja sama renan.

" Kalo kakak 16 tahun " tambah gara

"Kakak juga" lanjut dewa

Renan sampai cengo gara-gara dewa menyebut diri nya sendiri sebagai kakak, renan merasa lucu dengan ucapan dewa yang berusaha lembut tapi masih terdengar agak datar.

" Bang aksa?" Tanya kara, dia penasaran juga dengan aksa, abang sulung si kembar

" 22 tahun, kalau bang alex 20 tahun "jawab renan cepat

" Bang alex?"

" Ya, yang tadi disamping kakak, abangnya bang renan, anaknya om mahesa " imbuh gara memperjelas, kara mengangguk mengerti

" Abang,kakak, maaf, ibu kalian.. dimana?"

   。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。

" Maaf, kara gak tau " ucap kara merasa bersalah. Sekarang mereka sudah berpindah tempat cerita ke gazebo dekat kolam ikan, ditaman belakang udaranya sudah mulai panas

Gara mengelus rambut kara pelan " tak apa, wajar saja kalau kamu gak tau" ucapnya

"Betul lagian kami sudah tidak larut dalam duka, itu sudah lama,jadi kami sudah biasa saja" tambah renan

" Tak perlu khawatir " ujar dewa sambil tersenyum lembut

Gara menatap kara" Lalu, boleh kakak bertanya sesuatu?"

Kara melihat gara, mata mereka bertatapan sejenak, kara terpaku melihat mata dengan netra yang sama dengannya itu menatap teduh, kara mengangguk

" Kenapa kerja di cafe?, padahal seharusnya kan anak seusia kita hanya perlu fokus belajar apalagi usia kara masih sekecil ini" ucap gara pelan, dia sungguh penasaran dan sedikit kasihan pada kara yang harus bekerja sepulang sekolah, seharusnya kan dia hanya perlu sekolah lalu istirahat dirumah.

Kara tersenyum kecil "kara udah gapunya orangtua kak, ibu.. meninggal 3 tahun yang lalu, jadi kara hanya hidup sendiri, mau tidak mau harus kerja buat makan dan keperluan lainnya, untungnya kara dapat beasiswa untuk sekolah, kalau tidak mungkin tidak bisa sekolah seperti sekarang" ujarnya sambil terkekeh membayangkan hidupnya, sedetik kemudian kara tersenyum kearah ketiganya,seolah memberi tahu bahwa ia baik-baik saja

Mereka tertegun sebentar, jadi itu alasannya, mereka kagum dengan kara yang masih bisa tersenyum walau beban yang dia pikul seberat itu "lalu, dimana ayahmu?" Tanya dewa sedikit pelan, takut menyinggung

Kara terdiam sebentar mendengar pertanyaan dewa,dia tidak tau mau menjawab seperti apa "kara tidak tau " hanya itu yang bisa kara jawab

Gara dan dewa saling pandang, sepertinya mereka sedang telepati lewat tatapan. Renan terdiam, sepertinya dia paham maksud dari ucapan kara

" Sejak kecil kara hanya hidup dengan ibu, kara tidak tau ayah itu siapa, ibu tidak pernah melihatkan rupa ayah kepada kara, kata ibu.. ayah tidak menginginkan kehadiran kara " tambah kara diakhiri dengan cicitan pelan. Dia tidak tau kenapa bisa menceritakan hidupnya dengan 3 pemuda yang baru ia kenal ini, padahal dia tidak pernah memberitahu orang lain tentang hidupnya, tak terkecuali teman-temannya, tidak ada yang tau. Tapi sekarang mereka ber3 tau, kara dengan tenang menceritakan nya, apakah karena dia ngerasa sangat aman dengan mereka? Padahal mereka bukan siapa-siapa

Tidak jauh dibelakang mereka seseorang berujar dingin dengan suara berat nya, yang membuat keempat remaja yang sedang bercerita itu terdiam membeku

" Jadi, kau anak haram dari seorang jalang? "






.

.







Halow bagaimana dengan part ini? Kira-kira siapa yang berucap dengan kata-kata menyakitkan itu?

Kritik dan saran silahkan tulis di komentar!!

Jangan lupa vote part sebelumnya jika belum, dan vote part ini sebagai bukti kalian pernah ada disini menemani Askara Bhumi, si bocah yang hidup seorang diri.

Seeyou

__Esa.

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang