Penyerahan takhta

9 9 0
                                    

"Kemana ibu?" Tanyaku ketika hendak di pakaikan jubah khusus penobatan.

"Yang mulia ratu akan segera pulang." Balas kedua pelayan

"Tidak!" Bentaku pada mereka.

"Aku tidak akan memakai ini sebelum ibu pulang!"

"Kami mohon, pakailah."

"Tidak!" Aku menghempaskan baju itu. Kemudian berlari keluar untuk menanyakan kepada ayah dimana ibu.

"Ayah, dimana ibu?" Tanyaku pada ayah dengan nada bergetar menahan tangis. Kulihat ayah tengah berbincang dengan manusia menjijikan nan keji, ayah sedang bersama perdana menteri. Entah apa yang mereka bicarakan, itu sangat mencurigakan.

"William! ibumu sudah pergi ke surga. Sudahlah."

"I-ibu." Ucapku terbata, ketika mendengar perkataan ayah. Menyakitkan. Aku kehilangan dua wanita yang ku cintai saat berumur 12 tahun. Aku terduduk lemas, mendengar kabar pahit tentang ibu.

"Pelayan urus semuanya. Termasuk dia. Pastikan dia siap sebelum matahari terbenam." Perintah ayah pada kedua pelayan itu.

Rasa trauma kini terus menghantui pikiran ku. Aku tak bisa melepaskan segala gundah gulana yang menempel sempurna di dinding otaku. Pembunuhan, kematian ibu, dan tentang seseorang yang aku tak tau apakah dia masih hidup atau tidak.

****

Upacara penyerahan takhta berjalan dengan sempurna. Walaupun tak semua orang tau di baliknya ada kisah kelam yang mendalam, yang melibatkan lebih dari 40 nyawa orang tak bersalah melayang.

Kini aku resmi menjadi putra mahkota yang menyedihkan. Aku terus termenung selama satu Minggu lebih. Bahkan sampai enggan untuk memenuhi kebutuhan tubuhku.

Hatiku masih hancur. Kesedihan kian menyelimuti seluruh isi pikiranku, membuat selera makanku seketika turun. Di tengah keadaan yang tak terkendali, secara tak terduga muncul berita ayah akan menikah kembali, dengan teman karib perdana mentri.

Ayah benar-benar tak tau malu! belum satu minggu ibu wafat ayah sudah mencari wanita lain untuk menggantikan posisi ibu. Menjijikan.

Maksudku, bagaimana ayah bisa setega itu pada ibu? dan mengapa ibu tiada? apa alasannya! apakah ayah melakukanya demi posisi yang ia duduki sekarang?

Hari demi hari setelah ayah menikah, kebencian ku padanya semakin membesar. Aku sangat membencinya. Dia tertawa bahagia dengan istri barunya dan takhta yang ia duduki sekarang berkat nyawa dan penderitaan orang lain. Begitu keji dan kotor cara ayah mendapatkan takhtanya. Ia bahkan tak memikirkan orang lain atas tindakannya, asalkan dia bahagia.

****

Malam ini aku termenung di depan jendela istana yang megah. Angin malam berhembus lembut membelai halus wajahku. Dinginya tentu menembus jantungku. Rasa kesal, sedih, amarah, membuatku meneteskan air mata malam itu.

Aku mulai menutup mata, menarik nafas dengan mulut gemetar menahan tangis. Ku buka mataku setelah 5 menit lamanya, kemudian samar-samar terdengar suara seorang wanita dewasa. Aku terkejut suara itu mirip ibu.

"William.." Ujarnya disertai rintihan tangis.

"Ibu!?" Sontak aku membalikkan badan, mencari-cari dimana suara itu berasal. Ku lihat ibu terduduk di ranjang, bajunya lusuh, rambutnya pun terlihat berantakan. Aku berjalan halus, mengabsen lantai dengan seksama, mendekati nya dengan tubuh yang gemetar. Aku tau itu arwah ibu.

"Bu??" Ucapku ketika melihatnya.

"Apa ini ibu?" Lanjutku. Seketika sosok itu menoleh padaku, dan benar saja, itu ibu. Wajahnya pucat, dan keningnya robek.

"William, bunuh perdana menteri itu!" Perintahnya di iringi dengan ekspresi wajah penuh dendam.

Aku berteriak sekencang mungkin karna terkejut akan kejadian yang baru terjadi. Seketika terdengar suara ayah memanggilku.

"William bangun! ada apa dengan dirimu?" Aku terbangun, dengan kondisi yang lemas, tubuhku basah karna keringat. Aku termenung kebingungan, lalu melihat sekeliling tuk memastikan apakah sosok itu masih ada. Namun hal aneh kembali terjadi. Aku merasa kejadiannya baru saja terjadi. Di saat gelap gulita sosok itu memberikanku pesan aneh, seperti isyarat tentang siapa dalang masalah ini.

Rasanya seperti mimpi. Karna ketika aku bangun keadaan yang semula gelap kian terang. Padahal belum 10 menit aku mengalaminya, aneh bukan?

"William!" Seketika aku keluar dari lamunanku.

"Ada apa dengan dirimu?" Tanya ayah padaku namun aku tetap mengacuhkanya.

"Makanlah ini, ayah tau kau pasti bermimpi buruk karna kelelahan. Makanlah." Ku lihat ayah menyodorkan sendok emas berisikan sup kacang merah favoritku. Tak peduli seberapa enaknya sup itu, aku hanya menghempaskan sendok itu membuatnya tumpah seketika.

"Pergilah." Pintaku pada ayah dengan wajah yang datar penuh dendam.

Ayah mulai memainkan matanya. Urat-urat di lehernya kian mengetat, menandakan ia sedang menahan emosi.

"Pergi, atau aku yang akan pergi." Ancamku.

Akhirnya ayah pergi. Ayah meninggalkan kamarku dengan wajah yang memerah menahan amarah. Aku tak peduli, biarkan saja dia seperti itu. Itu adalah ganjaran yang tak seberapa atas tindakan kejinya.

Ayoo terus ikuti cerita ini. Berikan kritik dan saran agar tulisan saya lebih baik dan rapi.

Thankyou🌹

LOST MY PROPERTY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang