7th. Siapa Laki-Laki Bermata Tajam Itu?

517 57 22
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Membicarakan soal buku sama Jemy mungkin memang tidak ada habisnya. Dia suka membaca, menonton film bahkan sesekali menulis sebuah naskah cerita yang cuma berujung menjadi folder sampah di laptopnya. Sore ini gramedia Grand Indonesia terlihat sepi akan pengunjung, mengingat bahwa hari ini adalah hari Selasa. Jemy berjalan menyusuri rak bertanda 'Novels' kemudian berhenti tepat di hadapannya, netranya bergeser ke segala arah, berusaha menemukan satu judul yang sudah bertengger di dalam pikirannya sejak berada di rumah. Niat aslinya datang ke gramedia ini awalnya mencari buku untuk keperluan mata kuliahnya, tapi melenceng sedikit nggak masalah.

Anne of Green Gables, adalah series novel karya Lucy Maud Montgomery, itu adalah buku favoritnya sejak dulu. Tidak ada hal spesifik yang Jemy sukai dari cerita tersebut, kisah perempuan bernama Anne juga sama sekali tidak relate dengan kehidupan mewahnya. Jemy hanya menyukai nuansa damai yang bisa ia rasakan ketika membaca novel tersebut.

Sampul bewarna hijau bercampur krem dengan font judul yang tercetak menggunakan warna gold bisa Jemy lihat berada di rak urutan dua, tangannya langsung terulur untuk mengambil buku itu dengan senyum tipis yang tidak sengaja tertarik. Ia bawa kaki jenjang berlapis celana hitam polos milik brand Ralph Lauren menuju tempat pembayaran dengan sistem self-service. Setelah membayar, Jemy melangkah dengan semangat menuju ke tempat duduk di dekat jendela besar, ketika duduk disana—Jemy bisa melihat padatnya lalu lintas di sekitar bundaran HI yang sore itu dihiasi oleh semburat jingga ke-ungu ungu an di langit.

"Sorry, gue boleh duduk disini?" Jemy bertanya sopan pada seorang laki laki yang sudah lebih dulu duduk disitu, masalahnya posisi duduknya berada ditengah tengah, jadi Jemy sedikit sungkan untuk duduk disampingnya.

Cowok itu mendongak, "Boleh." Jawabnya singkat.

Prakk!

Jemy juga tidak tahu kenapa tangannya tiba tiba terasa lemas, buku yang semula berada di genggaman tangan Jemy merosot kemudian terjatuh ke lantai seirama dengan alisnya yang berkerut hampir menyatu. Dia masih menatap laki laki yang duduk dengan kaki menyilang di hadapannya dengan tubuh membeku saat orang itu kembali mendongak dan bertanya, "Kenapa?" Pada Jemy sambil membantu mengambil buku milik Jemy yang terjatuh di dekat kakinya.

Jemy mengerjap untuk menyadarkan dirinya kembali dan segera mengambil buku miliknya yang disodorkan oleh laki laki itu dengan gerakan kikuk. "Eh, enggak.. nggak apa-apa, kaget, soalnya lo mirip banget sama kembaran gue." Kata Jemy ketika ia sudah mendaratkan pantatnya disebelah laki laki itu.

"Really? Harusnya gue mirip sama lo juga dong?"

Jemy jadi tidak fokus, "Kita nggak identik." Lantas cowok itu mengangguk kecil sebanyak tiga kali dan kembali fokus pada bukunya.

The Hartono's FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang