75. Calling (2)

913 159 12
                                    

Setelah meninggalkan handphone Barou, Haruhi pergi dari stratum Ubers sebelum Barou ingat kalau harus menginterogasi dirinya. Gadis itu kembali ke stratumnya dan bersiap-siap untuk latihan.

Selama latihan, meskipun bukan jadwal tanding, atmosfer diantara Haruhi dan Kaiser sedikit berbeda. Kaiser terlihat dingin dan acuh pada gadis itu, sungguh tidak seperti biasanya.

Haruhi sendiri paham kenapa lelaki itu bisa seperti itu. Mana mungkin Kaiser bisa memperlakukannya seperti sebelumnya padahal ia sudah mengetahui sisi Kaiser yang sebenarnya.

Awalnya orang-orang mengira karena mereka lagi fokus latihan, jadinya menganggap satu sama lain seperti rival. Namun ternyata di luar jadwal latihan mereka tetap seperti itu. Tak bertukar sapa maupun bertengkar. Bahkan tidak melirik sedikitpun.

Malam harinya, seusai mandi dan makan malam, Haruhi mengambil handphonenya. Ia mencari kontak seseorang dan menaruh handphonenya di samping telinganya.

"Moshi-moshi, Mamah gimana kabarnya?" tanya Haruhi begitu telepon tersambung.

"Haruhi-chan!~ Mamah baik-baik saja. Kamu gimana disana?" tanya Mama Itoshi di seberang telepon.

"Haru juga baik-baik saja. Makasih ya Ma, sudah bantu jagain Shiho. Kedepannya mohon bantuannya" ujar Haruhi tulus berterima kasih pada wanita paruh baya yang sudah seperti ibunya itu.

"Santai aja~ kalian sudah seperti anak Mamah kok~ ngomong-ngomong apa disana ada Rin?" tanya Mama Itoshi.

"Rin ada di gedung lain. Jadi kami tidak pernah bertemu setelah pembagian kelompok. Kalau Mamah khawatir, Haru akan menjenguknya" tawar Haruhi karena ingin membalas budi wanita itu.

"Aduh Haru-chan baik banget~ Rin-chan belum ada telepon Mama, jadinya khawatir~" ujar Mama Itoshi.

"Mungkin sebentar lagi. Soalnya aktivitas pemain hari ini sudah selesai. Mungkin dia lagi bersih-bersih diri" ujar Haruhi menenangkan wanita itu.

"Arigatou ne, Haru-chan. Kau memang menantu yang bisa diandalkan" ujar Mama Itoshi serius.

Sedangkan Haruhi hanya terkekeh canggung karena menganggap itu sebagai pujian semata.

"Oh iya, Sae ada nitip pesan padamu."

Deg!

Jantung Haruhi berpacu lebih cepat kala mendengar nama itu. Entah karena marah, atau karena sesuatu yang lain.

"Ada apa?" tanya Haruhi dengan suara yang sedikit bergetar.

Sebenarnya Haruhi ingin tetap memanggil Sae dengan sebutan Sae-nii di depan Mama Itoshi. Cuman lidahnya terlalu kelu untuk mengucapkan panggilan itu. Toh, hubungan kakak-adik mereka sudah berakhir.

"Dia ingin memberikan nomor teleponnya. Karena Haru-chan sudah pindah duluan sebelum Sae ke Spanyol, kalian pasti belum bertukar nomor telepon. Saat itu Haru-chan juga masih kecil jadi tidak ada nomor telepon sendiri. Siapin pena dan kertas, dicatat ya~"

Haruhi tidak menyiapkan kertas dan pena, karena itu tidak dibutuhkan. Ia bisa langsung mengingatnya begitu mendengarnya satu kali. Biarpun ada yang terlewat juga tidak masalah. Haruhi tidak begitu memperdulikan nomor telepon lelaki itu. Ia lelah.

Mama Itoshi menyebutkan nomor Sae perlahan-lahan dan berulang kali. Berkat itu Haruhi langsung mengingatnya meskipun ia tidak ingin.

"Sae ingin kau langsung menghubunginya setelah mendapat nomornya, agar dia bisa menyimpan nomormu" ujar Mama Itoshi.

'Sial. Kalau kayak gini kan aku gak bisa menghindar. Kalau gak nelpon pasti dia nanya ke mamanya kenapa masih ga ada telepon' batin Haruhi kesal karena Sae begitu cerdik.

[Thief] Blue Lock x Female Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang