lupa

12.3K 914 46
                                    

"Itu lawannya di belakang pohon, tembak Krow!"
"Aduh peluru gue abis, help!"
"Eh eh gue kesandung"

Bukan bukan, mereka tidak sedang berperang atau apapun sekarang. Semuanya sedang berkumpul di ruang keluarga dan bermain game bersama. Lebih tepatnya Gin, Garin, Krow, dan Rion yang tengah memainkan permainan tembak-tembakan itu. Sedangkan yang lain hanya mendengarkan teriakan itu dan fokus melakukan kegiatannya masing-masing.

"Udah lah anjir, capek gue" ucap Rion ketika mereka sudah menyelesaikan beberapa babak. Dirinya sudah mulai bosan memainkan permainan itu. Sedangkan yang lain mengerang tidak terima dengan ucapan Rion, mereka masih ingin memainkan beberapa babak lagi.

"Ayolah satu babak lagi deh" rayu Garin pada Rion dan sontak diangguki oleh yang lain. Memilih untuk mengalah, Rion menuruti kemauan mereka untuk melakukan satu babak lagi.

Hari ini adalah hari santai bagi mereka, semua pekerjaan sudah terselesaikan kemarin. Sekarang saatnya bagi mereka untuk bersantai dan bermalas-malasan. Apalagi cuaca di luar sedang hujan menambah suasana nyaman di rumah.

Di saat yang lain sedang sibuk dengan kegiatannya masing-masing, terdengar suara pintu terbuka dan langkah kaki mendekat. Awalnya semua orang tidak memperdulikan hal tersebut, namun setelah mendengar teriakan Mia lantas semua pasang mata menoleh.

"YA AMPUN MAMI" seru Mia yang melihat Caine masuk rumah dengan keadaan basah kuyup. Sedangkan Caine hanya menoleh singkat dan meneruskan langkahnya menuju kamar tanpa memperdulikan lantai yang basah karenanya. Hal itu sontak membuat semua orang yang ada di sana kebingungan. Seketika Rion membelalakkan matanya mengingat suatu hal.

"Weh anjing, gue lupa jemput Caine" tamat sudah riwayatnya, ia sudah berjanji sebelumnya akan menjemput Caine di salon dekat rumah. Hari itu Caine sedang merasa tidak ingin membawa kendaraan, jadi ia meminta Rion untuk mengantarnya ke sana.

Karena dirasa akan memakan waktu lama jadi ia menyuruh Rion untuk kembali ke rumah dulu dan akan menelepon jika dirinya sudah selesai dengan urusannya. Sedangkan Rion lupa hal tersebut karena terlalu asik bermain game dengan yang lainnya. Ia juga merutuki dirinya sendiri karena mengaktifkan mode do not disturb pada ponselnya. Benar saja, terdapat lima panggilan tak terjawab dari Caine beberapa menit yang lalu.

"Wah parah papi" ucap Mia setelah mendengar hal tersebut, yang lainpun ikut mengompori Rion.

"Mampus mami marah" tambah Selia, memang kakak beradik ini sangat kompak dalam hal ini.

"Sana susulin mami, biar nanti lantai Jaki aja yang ngepel" ucap Key, sedangkan Jaki yang mendengar namanya disebut berteriak tidak terima.

Tanpa pikir panjang Rion langsung beranjak dan berlari ke atas. Selama berjalan ia sudah berusaha untuk memikirkan cara untuk membujuk Caine yang sudah pasti marah padanya. Ketika ia sampai di kamar, masih terdengar suara air dari kamar mandi. Rion merasa panas dingin sekarang, dirinya merasa sangat bersalah karena membuat Caine memutuskan untuk pulang berjalan dan kehujanan. Terlalu sibuk dengan pikirannya membuat Rion tak sadar bahwa Caine sudah keluar dari kamar mandi.

Caine berusaha untuk tak memperdulikan Rion yang sedang berdiri melamun ketika ia keluar dari kamar mandi. Dirinya melangkahkan kakinya menuju ruang ganti untuk memakai pakaian. Mendengar suara pintu walking closet yang tertutup menyadarkan Rion dari lamunannya. Dirinya semakin panik saat melihat Caine sudah selesai mengganti pakaiannya. Sedangkan Caine sendiri masih berusaha untuk mengabaikan keberadaan Rion. Ia melangkahkan kakinya ke meja rias, berniat untuk mengeringkan rambutnya yang basah.

Merasa diabaikan membuat Rion ingin menangis saat itu juga. Ia mendekati Caine dengan ragu, dirinya merasa panik luar biasa. Bahkan ketika dirinya tengah ditodong dengan senapan tidak ada apa-apanya daripada situasi saat ini. Caine tidak pernah sekalipun marah, namun sekarang dirinya menjadi alasan kemarahan Caine. Ya tuhan bantu Rion untuk membujuk istrinya itu.

"Em, sayang maaf" ucap Rion pelan, kepalanya masih merangkai kata-kata yang akan ia ucapkan.

"Aku lupa karena diajak main terus sama yang lain" astaga Rion, alasan macam apa itu. Caine hanya melirik singkat dari cermin dan kemudian melanjutkan kegiatannya. Hal itu semakin membuat Rion panik.

"Sayang maaf ih, aku beneran lupa" dirinya sangat putus asa sekarang, Caine masih belum mau mengucapkan apapun, bahkan menoleh saja enggan. Setelah selesai mengeringkan rambutnya, Caine berbalik dan menatap Rion datar. Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju ranjang tanpa berniat untuk berbicara apapun. Belum sempat Caine melangkahkan kakinya, Rion lebih dulu memegang lengannya.

"Sayang demi tuhan, maaf" lirih Rion kembali, ia berusaha mati-matian agar Caine mau berbicara padanya. Tidak apa jika yang Caine katakan berisi umpatan pada dirinya, daripada harus mendapatkan silent treatment seperti ini. Caine menghela nafasnya kasar, ia sebenernya merasa sedikit pusing karena kehujanan tadi.

"Buang aja deh hapenya kalau ditelpon gak diangkat" akhirnya Caine angkat bicara, ia merasa sangat kesal saat ini. Ditambah setelah mencoba menelpon Rion, ponselnya mati kehabisan daya. Jadi mau tak mau ia nekat untuk menerobos hujan untuk pulang. Ia melepaskan tangan Rion pada lengannya, melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda tadi. Kepalanya sudah mulai terasa pening saat ini, tubuhnya merasa sangat tidak nyaman. Rion mengekori Caine, ia masih berusaha agar bisa mendapat maaf dari istrinya itu.

"Udah sana, aku mau tidur" ucap Caine setelah merebahkan dirinya dan menutupi hampir seluruh tubuhnya dengan selimut. Rion berusaha untuk ikut masuk dalam selimut, dan mendapat lirikan sinis dari Caine.

"Sumpah sayang, tadi aku tuh dipaksa buat ikut main game. Makanya aku gak inget buat jemput kamu, aku gak sengaja sayang" masih tetap berusaha untuk membujuk Caine yang sedang marah itu. Dengan sedikit keberanian ia tarik Caine untuk masuk ke dalam pelukannya. Merasa tidak ada penolakkan membuat Rion sedikit lega, ia mengusap rambut Caine pelan.

"Ish nyebelin tau gak sih" lirih Caine sambil memukul Rion, air matanya mengalir karena emosi yang ia rasakan saat ini. Ditambah dengan kondisi tubuhnya membuat suasana hati Caine menjadi sensitif. Melihat air mata mengalir dari mata Caine membuat Rion tambah panik.

"Ya ampun sayang jangan nangis, maaf sayang" ucap Rion sambil mengusap air mata yang mengalir di pipi Caine. Ia mengecup dahi Caine yang terasa hangat di bibirnya, buat rasa bersalahnya semakin besar. Caine masih menangis melampiaskan kekesalannya, mendengar isakan itu membuat hati Rion sakit. Ia terus menyalahkan dirinya sendiri karena membuat Caine jatuh sakit.

Beberapa menit kemudian Caine merasa energinya terkuras habis, tanpa ia sadari dirinya tertidur karena kelelahan. Rion masih setia mengusap rambut Caine, ia memandang wajah yang terlelap itu. Kecupan kembali ia berikan pada dahi Caine, sambil membisikkan kata maaf.

Perlahan Rion bergeser untuk mengambil plester kompres yang selalu Caine simpan di laci nakas. Kemudian memasangkannya pada dahi Caine berhatap agar suhu tubuhnya akan turun ketika ia bangun nanti. Rion kembali memeluk Caine erat hingga tak sadar jika dirinya ikut terlelap.






Baru inget punya draft ini, gantian gaksi mami marah sama papi wkwk. Buat yang udah baca ginji di trakteer ketik emot api di komentar🔥🔥🔥 anw hopes y'all enjoy and see you on the next story byeeeeee 💋🦖

Keluarga Mapia [TNF] [RionCaine]Where stories live. Discover now