Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!Sore ini kara sudah diperbolehkan pulang, tadi anak manis itu sudah pamit dengan orang yang mengaku sebagai om nya yakni jayden, ia sempat ditawarkan agar tinggal bersama jayden saja, tapi jelas ditolak keras oleh ketiga anak madhava, jadi sekarang aksa membawa paksa adik bungsunya itu ke mansion laksamana lantaran tadi ditolak oleh kara sendiri, dia ingin tinggal dirumah sang ibu saja katanya, tapi aksa dan sikembar tidak peduli
"Bang, kak, kara pulang kerumah kara aja ya? Kara udah gakpapa kok serius deh, gak boong" sudah hampir seratus kali kara ujarkan kalimat yang sama,tapi tidak dihiraukan oleh ketiga pemuda yang pura-pura tidak mendengar ucapan kara, membuat kara kesal sendiri
"Abang~ abang aksa~" kara berucap mendayu-dayu berusaha membujuk aksa sambil menggoyangkan lengan aksa pelan, sebab aksa sedang menyetir
"Kakak~ kak biru! Kak gara! Ish kalian dengerin kara ngomong gak?!!" Habis sudah kesabaran bocah manis nan pendek ini
"Hmm" jawab ketiganya
Sudah sudah!! Kara membalik badannya menghadap keluar jendela mobil, karena saat ini dia duduk didepan disamping aksa, sedangkan si kembar dikursi belakangnya
Karena terlampau kesal telah diabaikan oleh ketiga orang yang mengaku saudaranya itu, membuat air mata yang sedari tadi kara tahan turun juga membasahi pipi, ingat kan, kara cuma bocah 13 tahun, selama ini ia hanya pura-pura kuat, tidak jarang pula kara menangis diam-diam, apalagi jika sedang kesal dan suasana hati yang masih sedikit sensitif karena selepas sakit, memang selalu begitu.
Air mata mengalir deras dipipi sedikit berisi milik kara, dengan bibir mungil semerah ceri yang ia gigit untuk menahan isakan, mata dan hidungnya memerah, bahkan pipinya pun ikut bersemu merah samar karena menangis, tangan yang awalnya diatas paha kara angkat untuk mengahapus air mata yang belum juga berhenti mengalir membuat aksa yang berada disampingnya merasa heran dengan diamnya kara, karena sejak tadi anak itu terus merengek untuk diantar pulang kerumahnya, padahal kan mansion laksamana juga rumahnya, rumah aslinya bahkan
Aksa memutuskan untuk memberhentikan mobilnya sebentar diarea yang sedikit menepi dari jalan " hei, kenapa diam?, coba liat abang dulu" Tanya nya sambil menyentuh bahu kara yang tidak kunjung menatapnya
Dewa dan gara juga merasa heran, kenapa adik bungsu mereka hanya diam, apakah dia marah?
Kara tetap diposisinya, ngambek ceritanya, tapi anak itu juga merasa sedikit sesak mungkin efek karena lama menangis, padahal kan baru keluar dari rumah sakit, kara tidak mau ke rumah sakit lagi
"Adek, kamu marah? Okey kakak minta maaf ya udah abaikan kamu, tapi kita gak mau pisah lagi sama kamu, makanya kita mau kamu ikut kita ke mansion, mansion itu juga rumah kamu, coba sini liat kakak dulu hm" gara berusaha membujuk dan bomm berhasil!! Gara memang ahlinya bujuk membujuk
Mereka terkejut melihat mata yang berkaca-kaca dengan hidung dan pipi merah, dan bibir yang sedikit lecet karena digigit kuat "hei kenapa nangis?" Tanya aksa khawatir
" Ada yang sakit?" Dewa ikut bertanya lantaran perasaan cemas menggerogoti hati
Kara menggeleng dengan air mata yang masih mengalir "hiks mau tidur" jawabnya asal, nafasnya sudah agak tidak teratur, kara tidak mau membuat semuanya khawatir, tapi tentu mereka tau kara sedang merasa sesak terdengar dari bunyi nafasnya yang sedikit memendek dan berat
" Jangan bohong, kamu sedang sesak, gara inhaler adek ada di tas lo kan?" Dewa memang sedikit peka dari yang lain, kalau gara pintar soal bujuk membujuk, dewa jagonya dalam hal kepekaan terhadap sesuatu. Aksa? Bisa memenuhi semua yang bersangkutan dengan adik-adiknya, dia selalu ada saat adik-adiknya membutuhkan. Semua perlengkapan obat-obatan si adik bungsu sudah aksa siapkan sejak mereka keluar dari rumah sakit, katanya untuk berjaga-jaga jika sang adik kambuh lagi seperti sekarang ini contohnya

KAMU SEDANG MEMBACA
Askara Bhumi
Short StoryKara, atau Askara Bhumi adalah bocah pendek nan polos yang terkesan manis juga imut dengan pipi yang sedikit besisi ditubuh mungilnya. Bocah yang baru menginjak usia 13 tahun itu hidup seorang diri dirumah peninggalan sang ibu sejak 3 tahun lalu, ka...