Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!Sepulangnya dari makam sang ibu, kara langsung beranjak pulang mengingat hari sudah sore, ia takut nanti telat sampai di kediaman barunya di mansion laksamana
Kara tepuk jidatnya agak keras "sttt duh gue lupa bawa uang lebih, terpaksa jalan kaki, mana jauh lagi" ucapnya menghela nafas pelan, apa kara lupa fungsi handphone?
Tidak kok, tapi handphone miliknya mati lantaran ia lupa mengecas itu hp tadi malam, belum terbiasa makanya ia sampai lupa.Jarak makam ibunya dengan mansion mommy dan daddy kara sekitar 15 menitan jika naik mobil dengan kecepatan 20km/jam atau setara dengan 5 km , kalau jalan kaki kan lumayan jauh, tapi mau gimana lagi, kara sudah tidak punya uang untuk naik ojek atau angkutan umum, jadi anak itu memutuskan jalan kaki saja
Sekitar 10 menitan berjalan, tiba-tiba hujan turun sedikit deras, daritadi memang agak mendung, tapi kara tidak menduga hujan datang secepat ini, untung saja tadi ia kesekolah bawa jaket, jadi tidak terlalu kedinginan. kara memutuskan untuk berhenti sebentar diruko yang sedang tutup, mungkin sudah tidak ada penghuninya
Hampir satu jam, hujan baru berhenti. tidak sepenuhnya, karena masih menyisakan gerimis kecil, kara memutuskan beranjak dan segera melanjutkan jalan pulang, hari sudah sangat sore dan hampir gelap, anak 13 tahun itu terlihat sangat risau, ia takut nanti daddy, abang dan kakak kembar marah karena ia pulang telat
"Huh capek" sekarang kara begitu lelah, sudah 35 menit ia berjalan dibawah gerimis yang masih setia menemani sore menjelang malam hari ini, membuat tubuh kara semakin dingin walau ia sudah memakai jaket, untungnya kara masih ingat jalan menuju mansion
"Mana masih jauh lagi, sekarang udah mau pukul 6, hiks udah gak kuat jalan, hiks ab-ang, kakak hiks dad-dy ma-af"
Sekarang anak itu sudah duduk ditrotoar dan terisak pelan karena kelelahan, ia sudah berjalan sekitar 45 menitan sejak dari makam sang ibu, tapi ini masih baru setengah jalan, jika ditempuh dengan jalan kaki mungkin membutuhkan waktu sekitar 90-120 menit untuk sampai di mansion, sekarang kara baru setengah jalan tapi ia sudah tidak sanggup lagi untuk berjalan
" Hiks jangan kambuh juga yaa, ini kita masih jauh masa rewel hiks" dengan masih terisak kara usap pelan dadanya yang mulai rewel, mungkin efek dingin yang menusuk kulit, bukankah penderita asma parah atau tidak parah tidak boleh berdiam diri ditempat yang dingin apalagi terkena angin sore menuju malam yang tidak baik untuk kesehatan?
"Huhhh ayo kita jalan lagi, biar cepat sampai rumah dan istirahat, gak boleh cengeng, tolong kerja sama nya juga ya" ujar kara menatap telapak tangannya yang masih setia mengusap dada
。◕‿◕。。◕‿◕。。◕‿◕。
Di mansion laksamana madhava dan ketiga anaknya sedang berkumpul di ruang keluarga, bersiap untuk mencari si bungsu yang tidak kunjung pulang dari sore tadi, mereka pikir mungkin kara pergi keluar sebentar bersama temannya, tapi setelah gara memutuskan untuk menelfon nares dan menanyakan kara, tapi nares bilang setelah sekolah dibubarkan mereka pulang kerumah masing-masing dan tidak ada janji untuk main, hal itu sontak membuat pikiran mereka melayang kemana-mana, perasaan khawatir yang menyelimuti hati membuat mereka tidak bisa berpikir jernih, apalagi nomor kara yang tidak aktifMereka memang baru pulang saat jam menunjukkan pukul 6 sore, sekitar satu jam yang lalu, niat hati ingin melepas lelah dengan menemui si bungsu, tapi mendengar satpam depan yang mengatakan bahwa tuan muda kecilnya belum pulang sama sekali.
kara memang mengatakan bahwa ia ingin pulang sendiri dan tidak perlu dijemput, mungkin setelah ini mereka tidak akan membiarkan kara pulang sendiri lagi, setelah mandi dan berbincang dengan sang daddy, aksa, dewa dan gara memutuskan untuk keluar mencari si bungsu bersama daddy mereka yang juga sangat khawatir akan kondisi si bungsu, bayangan akan kehilangan sang istri melintas dikepala, membuat nya berpikir macam-macam, apalagi diluar sedang gerimis
"Dad, biar aksa yang nyetir" ucap aksa cepat saat melihat daddynya hendak membuka pintu kemudi, madhava hanya mengangguk saja, ia juga tidak ingin anak-anaknya yang lain terluka jika nanti ia tidak fokus menyetir
"DAD, BANG, KESINI SEBENTAR!" teriak gara yang memang sudah didepan gerbang bersama dewa, ingin menunggu didepan rencananya tapi tak sengaja netra dewa menangkap siluet seseorang yang mereka kenal berjalan pelan dengan jarak yang sedikit jauh, ingin memastikan dewa memutuskan untuk melihat lebih dekat dengan gara yang langsung memanggil Daddy dan Abang nya
Dan benar saja yang mereka lihat adalah si bungsu yang sejak tadi menjadi topik kekhawatiran mereka, dewa segera mempercepat langkah bahkan sedikit berlari untuk segera mendekat dan merengkuh tubuh mungil yang sudah tidak bertenaga itu, bibir yang pucat pasi, tidak ada rona lagi di muka manis milik sang adik, membuatnya bertambah khawatir saat mendengat nafas berat dan tubuh yang oleng kesamping, untung saja dewa sigap menangkap tubuh mungil adik kecilnya
"A-adek, adek kenapa, hei" ujar dewa panik saat melihat sang adik yang menatapnya dengan tatapan sayu nyaris tertutup, kondisi adiknya benar-benar kacau saat ini
"Hei sayang, nak, dengar daddy?" Madhava yang baru sampai ditempat dewa dan kara berada langsung mengambil alih tubuh si bungsu dan mendekapnya erat untuk menyalur kehangatan
"Da- hhh -ddy shhh ma-af" perlahan tapi pasti mata dengan netra coklat terang yang terlihat begitu indah milik kara tertutup bersamaan dengan nafas yang memendek dan terdengar sangat pelan, ia benar-benar tidak kuat lagi menahan kesadarannya, syukur saja sudah sampai dirumah walau masih berjarak sekitar 30 langkah lagi menjelang gerbang mansion
"DAD CEPAT BAWA ADEK MASUK MOBIL!!" seru aksa yang sudah berada disamping mereka dengan mobil milik daddynya, selalu aksa yang masih bisa berpikir jernih di kondisi seperti ini, ia sigap menjemput mobil sesaat setelah memastikan bahwa yang mereka lihat adalah adiknya, apalagi melihat adiknya yang sedang tidak baik-baik saja
Madhava segera menggendong kara untuk dibawa masuk kedalam mobil "dewa panggil jayden untuk datang ke mansion, sudah tidak ada waktu ke rumah sakit, kita bawa adek ke kamar rawat di mansion saja" ujarnya panik
"Baik dad"
Mansion laksamana memang punya kamar rawat pribadi, kamar itu jarang digunakan karena mereka memang jarang sakit, makanya kemaren mereka belom menyetok oksigen saat kara kambuh pertama kali di mansion, kamar itu dibuat atas perintah sang mommy dulu, karena mommy mereka pikir akan ada kondisi dimana dokter yang datang kerumah bukan kita yang menghampiri dokternya, contohnya saat sakit ditengah malam, atau saat kondisi seperti sekarang
.
.
Hai, maaf ya kalau update nya gak menentu gini, rl ku juga lagi tidak menentu.
"Aka sayang kalian semua banyak-banyak"-Askara
Jangan lupa vote, silent readers itu tidak boleh tauk🐹, vote juga part sebelumnya jika ada yang baru bertemu dedek kita askara
Follow akun kak sa sekalian ya hehe😄
Seeyou next part
_Esa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara Bhumi
Short StoryKara, atau Askara Bhumi adalah bocah pendek nan polos yang terkesan manis juga imut dengan pipi yang sedikit besisi ditubuh mungilnya. Bocah yang baru menginjak usia 13 tahun itu hidup seorang diri dirumah peninggalan sang ibu sejak 3 tahun lalu, ka...