Bab 25: Bermalam Di Gurun

2 1 2
                                    


༺༻༺༻༺༻

"Haa... Akhirnya, bisa balik juga, tapi kira-kira apa gunanya buah ini dah?" ujar Hans.

"Situ gak dengar apa? Apa yang di omongin Sang penjaga?" tanya Satya.

"Gwa cuman nonton doang," jawab nya.

"Cah... Kan di bilang, bisa ngendaliin apa yang gak bisa di kendaliin." ujar Satya.

"Kayak apa?"

"Gak tau lah, mana ngerti aku bro soal begituan." kata Satya.

Lalu Hans membuat raut wajah bingung saat mendengar hal itu, "lah, bukan nya lu paham yang kayak beginian."

"Dih, situ kocak."

"Maneh berdua nu kocak, angges, ulah di pikiran, pan tugas urang cuman ngabawa buah eta." ucap Mars.

Artinya: "kelian berdua yang lucu, udah, jangan di pikirkan, kan tugas kita cuman membawa buah itu."

Lalu Sang Putri bertanya pada Mars, "Mars, kenapa kamu selalu memakai bahasa itu? aku tidak mengerti."

Alih-alih Mars yang menjawab, justru mereka berdua lah yang menjawab nya secara serentak.

"Lu kocak...! Udah di bilang dia orang Sunda!! Malah pake nanya!!" jawab Hans dan Satya.

Lalu Sang Putri hanya bisa tersenyum dan tertawa kecil "haha, aku hanya bertanya saja."

"Tapi pan, sami maneh berdua teh jeung aing, sami-sami sunda." ujar Mars.

Artinya: "tapi kan, sama kalian berdua kan sama aku, sama-sama sunda."

Dan pada akhirnya, kedekatan Sang Putri dengan mereka mulai terjalin. Selama perjalanan menuju rakit, mereka berempat saling berbasa-basi mengenai perjalanan yang mereka tempuh dan tugas yang telah mereka selesaikan.

Juga, selama perjalanan, mereka menikmati keindahan alam yang mempesona. Setelah beberapa lama berbasa-basi dan terpesona oleh keindahan alam, akhirnya mereka sampai di tepi telaga dan mulai menyiapkan rakit untuk menyeberangi telaga.

Setelah melepaskan tali dan menaiki rakit, Hans menepuk-nepuk bahu Satya dengan maksud tertentu.

"Bro...?"

"Iya! Iya! Udah tau gwa, hoverboard gwa mulu yang di pake, asem..." ucap Satya yang kesal.

Rakit mereka pun melaju sedikit demi sedikit, perlahan dan semakin kencang. Pergi meninggalkan hutan Artpide dan Kerajaan Qruixi, dengan buah pohon Kristal di tangan mereka.

Di perjalanan, mereka tidak lagi melihat kabut yang menutupi area Telaga Biru. Dalam benak, mereka berpikir itu mungkin karena angin yang berhembus dan membuat kabut tersebut berpindah atau menghilang.

"Hm, bagus lah, jadi gak terbayang-bayang sama masa lalu." ujar Hans.

Dan mereka melanjutkan perjalanan mereka tanpa ada kendala atau hal yang menghambat. Setelah sampai di seberang sisi lain, mereka merapikan barang-barang terlebih dahulu, seperti Satya yang mengempiskan kasur anginnya dan melipatnya.

"Hm.. Gw lupa belum makan buah yang di kasih raksasa ijo itu." ucap Hans saat membuka tas nya.

"Bener juga, tapi entar aja lah, aku masih rada kenyang." kata Satya.

"Udah kelar bro?" tanya Mars.

"Dah nih, ayo lanjut lagi, keburu malem." jawab Satya.

Setelah merapikan barang-barang, mereka meneruskan perjalanan mereka keluar dari pegunungan Hidra. Setelah melalui gua dan keindahan nya, mereka sampai di bagian luar lembah Hidra.

3 Idiot, Pejuang Dan Sang PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang