Kesepakatan

591 86 2
                                    

"Si mami masih kritis pih?" Echi menatap lirih ke arah Rion yang sedang duduk melamun didepan ruangan milik Caine.

"Hm, dia masih kritis." Echi yang mendengar hal itu membuang nafasnya panjang dan menyandarkan tubuhnya ke belakang kursi tunggu.

"Kesepakatan itu udah selesai kan pih?" Kini Elya yang bertanya kepada Rion, yang membuat si empu tersentak ketika mendengar pertanyaan dari seorang gadis berambut merah tersebut.

"Udah El, papi yakin kesepakatan itu udah selesai." Rion menjawab pertanyaan tersebut dengan suara yang terdengar cukup tegas.

"Kalau kesepakatan itu udah selesai tapi kenapa si mami masih kena pih." Ucap Key yang baru saja tiba dengan Enon dan yang lainnya.

"Kesepakatan apa sih pi? Si Gin sama Krow juga dari tadi ngomongin itu mulu." Enon menatap Rion dengan tatapan bingung nya karena sedari tadi ia tidak mengerti apa yang saudara-saudara nya itu katakan.

"Panjang ceritanya Non."

"Pendekin pih." Kini bukan Enon yang bersuara melainkan Echi yang juga menatap Rion dengan tatapan bingung nya pula.

"Keluarga kita gak sengaja nge buka portal dunia ghaib waktu itu yang ngebuat kita harus numbalin satu orang saat itu."

"Mereka semua disebut sebagai Kinogawa." Rion menarik nafasnya untuk melanjutkan perkataannya.

"Dan waktu itu, papi sama yang lain udah ngasih tumbal, dan papi yakin banget kesepakatan itu udah selesai disitu."

"Tapi pas tau si mami kayak gini yang jelas papi juga bingung disini, makanya kita tunggu si mami pulih dulu baru nanti kita semua tanyain."

"Kesepakatan nya tuh simpel Chi Non, mereka minta cuma tumbal sebagai tanda permintaan maaf dari kita semua." Echi dan Enon hanya menganggukkan kepalanya ketika mendengar semua penjelasan dari Rion.

..

"Ini dimana? Apakah aku sudah mati?" Caine menatap sekelilingnya yang hanya terdapat dinding berwarna putih saja.

"Kak Caine?" Gadis berambut merah tiba-tiba saja muncul dihadapan Caine dengan tatapan mata yang menunjukkan rasa rindu yang mendalam.

"Mira?" Sontak saja Caine langsung memeluk tubuh mungil adik nya itu dengan erat.

"Kakak kenapa bisa disini?"

"Sengaja, biar ketemu kamu." Caine melepaskan pelukan nya dan beralih menatap wajah cantik milik Mira tersebut.

"Kakak gak boleh disini, Kakak harus pulang."

"No, kakak mau disini sama kamu." Vaune menggelengkan kepalanya ribut ketika mendengar pernyataan dari Mira.

"Enggak kak, Kakak harus pulang tempat kaka bukan disini."

"Apa kakak tega ninggalin mereka semua?" Caine terdiam mendengar hal itu.

"Mereka semua masih butuh kakak disana, beda sama aku. Aku disini udah bahagia kak, aku punya banyak temen dan juga aku seneng bisa ngeliat kakak disana seneng-seneng sama mereka semua." Mira kembali memeluk Caine dan menyembunyikan wajahnya di dada bidang milik Caine.

"Kaka jangan khawatir sama aku, aku disini baik-baik aja." Caine mengangguk dan beralih membalas pelukan Mira dengan mata yang terpejam.

"Kakak sayang sama kamu dek." Ucapan lirih itu mampu membuat air mata milik Mira turun seketika.

"Aku tau, aku juga sayang sama kakak." Setelah mengatakan hal itu tubuh Mira perlahan menghilang dari dekapan hangat milik Caine.

Caine yang merasakan tubuh adik nya menghilang itu meluruhkan badan nya dan beralih memeluk dirinya sendiri dengan isakan tangis yang keluar dari bibir mungil miliknya.

Dangerous City Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang