77. Anggap Saja Usai?❄️✨

35 5 2
                                    

Happy reading✨❄️

❄️❄️❄️

Motor dipacu di atas kecepatan rata-rata, tak perduli sebanyak apa pengendara lain yang mengklakson akibat kerusuhan yang mereka berdua perbuat.

"VAN BERHENTI LO ANJING!!" teriak Elisa, amarahnya jadi semakin memuncak.

Vandra tak menjawab iya terus memacu kecepatannya, Elisa yang memang biasa ugal-ugalan dengan motor pun tak kalah laju mengejar Motor Vandra meski sebelah tangannya memegangi pisau.

Sampai mereka di daerah jalanan lumayan kecil dan banyak tikungan, dengan salah satu sisinya berupa danau luas yang hanya dibatasi pembatas besi setinggi satu meter.

Elisa tak tahan jika hanya terus kejar-kejaran, di depan sana tikungan tajam, Vandra mengurangi kecepatannya. Berbeda dengan Elisa yang memilih lebih menarik gas, tujuannya adalah mencegat Vandra agar terhenti laju motornya meski ia jelas akan celaka.

"Brakh!" Bukan Elisa yang menabrak. Tetapi, Haru dan Rendy dari depan sana ditabrak oleh Vandra karena Rendy sengaja menghadang kendaraan Vandra dari depan, ternyata Haru dan Rendy lewat jalan pintas.

Satu kedipan mata barusan, Kedua motor itu sudah saling menghantam, Haru terpental ke arah pembatas jalan sana, Rendy terpental ke tengah jalanan sana.

Bahkan, Vandra sendiri sudah terkapar akibat terlempar ke pepohonan besar yang ada di sisi kiri jalan.

Elisa yang sebelumnya berusaha menghindari mereka pun tetap terguling motornya, ia jatuh tak jauh dari Vandra.

Tak ingin membuang waktu, Elisa bangkit saat itu juga untuk menghampiri Vandra jarak mereka sekitar 4 meter. Haru dan Rendy pun sama, keduanya langsung bangkit meski luka-luka, Rendy lah berada di depan Haru.

"VANDRA!!" Haru berteriak tanpa disangka. Ia baru kali ini benar-benar merasa emosi.

Vandra tau ia dalam bahaya.

"Dor! Dor!" satu peluru pistol dari dua peluru yang di layangkan mendarat di kaki Rendy.

"Akhh!" Rendy langsung terduduk memegangi pahanya yang tertembak.

Tepat saat itu Haru sadar, hasil benturan barusan, berhasil menambah kekaburan pandangannya, meski begitu ia tau Rendy tertembak, segera Haru ke arah Rendy meski tak terlalu jelas oleh matanya.

Vandra menyeringai saat itu juga dan bangkit sambil meraih sebuah kayu yang berada dekat dengannya. Vandra tak takut mati, tetapi ia tak ingin mati sia-sia di tangan Elisa yang kini sudah ada di hadapan Vandra.

"Sa, jangan, Sa! Bahaya!" teriak Rendy yang mati-matian menahan rasa sakitnya.

Elisa tak menggubris, ia tetap membawa sebilah pisau yang memang ia bawa sedari tadi di genggamannya.

Kayu yang dipegang Vandra melayang, Elisa bisa menghindarinya. Segera Elisa menubruk tubuh Vandra dari depan hingga cowok itu terhuyung. Pisau di genggamannya pun Elisa lesatkan, tetapi ditangkis.

Digenggam begitu saja bilah pisau tajam tersebut oleh Vandra, sebelah tangannya yang masih memegang kayu langsung menghantarkan kayu tersebut ke tengkuk Elisa hingga Elisa terduduk kesakitan.

Will We Be Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang