Part.68

2.6K 376 40
                                    

Baron tercengang, kembali duduk pada tempatnya semula. Ia memegang kembali kepalanya yang memang sedang pusing itu.

"Lo tau gue sebagai Baron atau Dirga?" tanya Baron pada lelaki itu.

"Dua-duanya! Gue tau lo korban si Raul! Gue tau lo punya rencana buat si Raul! Gue tau lo abis nyelamatin gadis polos itu! Gue tau!" ucap lelaki itu ringan. Tidak menatap Baron, ia asik memainkan sendok pada gelas kopinya.

"Terus, mau lo apa?" tanya Baron datar, kepalanya sekarang terasa mau pecah, sakit!

"Gue mau dilibatin dalam apapun rencana lo!" jawab lelaki itu.

"Maksud lo?!"

"Gue juga mau ngehacurin Raul!"

"Tapi.."

"Raul Bapak gue! Gue tau! Bukan alesan buat ga benci semua kejahatan dia!" Dimas memotong ucapan Baron.

Ya, lelaki yang tiba-tiba duduk disamping Baron adalah Dimas! Iya! Dimas anak Raul, kakak dari Dias!.

Baron terdiam, berusaha mencerna pembicaraan ini.

"Apa yang bikin gue harus percaya kalau lo bener beda dari bokap lo?!"

Dimas tertawa sinis.

"Lo pikir si Raul nyuruh gue buat deketin lo, pura-pura jadi temen lo terus jebak lo?! Kaya apa yang mau dilakukan adek gue yang sakit itu?!"

"Bisa jadi kan?"

"Bisa! Tapi, demi Allah, gue ga ikut-ikutan! Gue juga coba benerin pikiran adek gue itu, tapi dia terlanjur dirusak pikirannya sama laki-laki itu!"

"Bapak gue yang tolol mikir lo bisa dijebak dengan cara murah!"

"Kalau gue emang bener antek Raul, gue ga akan ngumpetin Dias! Demi Allah, lo bisa pegang omongan gue! Gue di pihak lo!" Dimas menyampaikan semua pikirannya dengan tegas dan lugas.

Apakah lelaki ini manipulative seperti sang ayah atau memang tulus?! Baron terdiam, herannya ia percaya pada semua omongan Dimas!

Mereka perlu bicara serius di tempat yang proper, tapi Baron belum mempercayai Dimas sedalam itu untuk membawanya ke markas.

"Ikut gue!" sahut Baron, ia memutuskan untuk membawa Dimas ke rumah keluarganya. Jika Dimas mengenalnya sebagai Dirga dan Baron, dia juga pasti mengetahui rumah keluarga Baron, jadi tak ada salahnya ia membawa Dimas kesana.

"Bang!" Dimas menahan tangan Baron yang hendak beranjak. Baron menengok pada lelaki itu, memandangnya dengan tatapan bertanya.

"Tolong bayar dulu Bang! Gue buru-buru, ga bawa dompet, disini ga bisa pake QRIS!" ucap Dimas dengan senyum malu-malu.

Baron memandang tak percaya pada lelaki ini! Kejadian sebelumnya begitu misterius, tapi ujungnya malah srimulat! Tak menjawab, Baron segera memberikan selembar 20 ribuan pada Bapak Kacang Hijau, kemudian beranjak dari sana.

Dimas mengikuti Baron, kemudian kembali menahan tangan Baron yang sedang menyiapkan motornya. Baron kembali menengok dan bertanya dengan pandangannya. Mulai kesal karena kepalanya benar-benar sakit saat ini.

"Mau kemana Bang?"

"Ikut dulu aja!"

"Gue bakal dipukulin ga?"

"Dipukulin siapa?!"

"Lo sama temen lo?"

"Temen gue siapa?"

"Yang bule! Kaya lo pukulin orang suruhan bokap gue!"

"Ga akan ada pukul-pukulan, kecuali lo nahan gue lagi sekarang! Mau ikut gue apa ngga?!"

Silent Mode Operation! (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang