Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!Sebulan berlalu sejak dimana makan malam bersama keluarga besar sebagai acara untuk menyambut kedatangan Askara, sibungsu laksamana yang telah lama menghilang.
Sejak saat itu pula kara sudah mulai terbiasa dengan suasana mansion milik daddynya. Bangunan megah yang kadang hanya diisi oleh maid dan bodyguard saja. Semua orang sibuk diluar sana. Apalagi semingguan ini, kara terasa bebas mau kemana pun tanpa pengawasan salah satu anggota keluarganya. Tapi ia juga merasa hampa, karena sudah terbiasa dengan hadirnya mereka beberapa saat yang lalu.
Tidak ada bedanya dengan rumah lama.
Bedanya hanya, disini lebih mewah dan semua kebutuhan nya tercukupi, but kara pikir ia akan menjauh dari sepi saat ia sudah bersama keluarga kandungnya. Ternyata sama saja.
Diluar tengah hujan deras, membuat suasana sore hari ini terasa lebih sejuk dari biasanya.
Sudah dibilang kan, kara tidak suka hujan.
Tapi kali ini kara ingin mencoba sesuatu yang sudah lama tidak ia lakukan. dulu sekali, saat kara masih berusia 5 tahun, ia sangat-sangat menyukai titik air yang jatuh dari langit itu, ia suka bermain genangan air yang terjadi akibat hujan. Tapi semua nya berubah sejak dimana ia menyaksikan sang ibu yang terpental jauh dan terkapar lemah ditengah jalan yang sedang diguyur hujan deras dengan mata tertutup dilengkapi genangan darah bercampur air hujan.
Kara menyaksikan semuanya, dimana mobil hitam mewah yang melaju kencang dari arah kiri, dan menabrak tubuh ibunya yang hendak menyebrang dari arah depan, lalu pergi begitu saja tanpa pertanggungjawaban.
Saat itu kara hanya masih berumur 10 tahun, ia merasa sangat gagal menjaga sang ibu, karena ia lebih dulu menyebrang tanpa menunggu sang ibu, membuat ibunya terburu-buru dan akhirnya tertabrak mobil.
Di depan Gramedia tempat kara membeli alat lukis, menjadi kali terakhir ia melihat sang ibu didunia.
kara rindu ibu.
Walaupun ia sudah memiliki daddy dan tiga saudara, tapi kara masih merasa kesepian, sebab mereka sekarang jarang dirumah. Kara sendiri di mansion besar ini. Dan walaupun ibunya bukanlah ibu kandung, tapi kara tetap menyanginga. Bagaimana pun ia hidup dengan sang ibu selama sepuluh tahun.
Kara juga rindu mommy.
Meskipun kara tidak pernah bertemu dan hidup bersama mommy, tapi kara ingin sekali merasakan hangatnya pelukan mommy, elusan lembut dikepala, ciuman sayang dan tidur bersama mommy. Semuanya kara sangat ingin.
Kira-kira kapan kara bisa bertemu mommy?
Kara melihat kearah jendela yang langsung menghubungkannya dengan taman belakang mansion yang tampak menyejukkan mata, padang rumput luas dengan pepohonan dan beberapa tanaman bunga serta-
Genangan air!!
"Ada payung ga ya?" Tanya kara pada diri sendiri
"YAA HOO, tepat sekali benda yang dicari ada di depan mata, jadi.. "
。◕‿◕。。◕‿◕。。◕‿◕。
"Hahahha udah lama banget gak main hujan!! Mommy!! Ibu!! Aka kangen kalian!!"
Kara berteriak sendiri ditengah hujan, memakai payung dan sepatu anti air sih. Anak itu seperti orang gila berteriak dan tertawa sendiri, tapi tawanya terdengar sumbang seperti dibuat-buat, kadang ia juga berlompat- lompat di atas rumput yang sudah dipenuhi air, untung disini sedang sepi, jadi mungkin tidak ada yang melihatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Askara Bhumi
Short StoryKara, atau Askara Bhumi adalah bocah pendek nan polos yang terkesan manis juga imut dengan pipi yang sedikit besisi ditubuh mungilnya. Bocah yang baru menginjak usia 13 tahun itu hidup seorang diri dirumah peninggalan sang ibu sejak 3 tahun lalu, ka...