Chapter 15

144 18 7
                                    

Percakapan itu tidak ada ujungnya, yang dapat menghentikan hal itu adalah sepiring kue bolu buatan umma Rahma.

"Ni kue nya dimakan dulu Ustadz biar tidak lapar," ucap umma Rahma dengan tawa lirihnya.

"Iya tu umma udah lapar Ustadz muda ni," canda Ahkam.

"Masya Allah umma terima kasih," sahut Rasyid.

"Makan habisin loh, kalau gitu umma kebelakang dulu ya," umma berjalan menuju dapur.

"Iya umma," sahut Ahkam.

Mereka berdua melanjutkan obrolan itu, hingga dering telfon berbunyi. Ahkam mengecek layar handphonenya, ternyata seorang guru yang mengajaknya untuk ke mesir.

Ahkam mengangkat telfon, sambil menunggu Ahkam selesai mengobrol lewat telefon. Rasyid mencicipi bolu yang di bawa oleh umma Rahma, tanpa sadar perutnya terasa kenyang.

Rencana akan ke Mesir satu pekan lagi, di undur bulan depan karna melihat kondisi Ahkam yang masih sakit. Guru yang mengajaknya pun sedang ada kegiatan jadi, tidak bisa di tinggal jauh dari kota bahkan negara.

"Gimana jadi pergi ke Mesir ?" tanya Rasyid.

"Enggak jadi, beliau juga ada kegiatan," jawab Ahkam.

"Oo berarti ada waktu untuk cari jodoh bawa ke Mesir itu mah," ucap Rasyid dengan tertawa.

"Ehh ada-ada aja ente," sahut Ahkam.

"Tapi beneran ente mau nikahkan," ucap Rasyid.

"Iya," sahut Ahkam dengan tertawa manis.

"Eh udah jam segini, ane pamit pulang," pamit Rasyid setelah melihat jam ditangan.

"Oke," sahut Ahkam.

"Titip salam sama umma dan aba ente ya bro," ucap Rasyid.

"Iya siap itu mah Insyaallah," balas Ahkam dengan semangat.

*****
Jam terus berlalu hari pun mulai berganti, Zaza masih sangat penasaran siapa orang yang akan dikenalkan dengannya. Bisa juga hal ini membuatnya akan menikah dengan cowok itu, karna orang tuanya seperti banyak mendukung hal ini.

Zaza menatap layar handphone, menunggu beberapa pesan dari grup kajian. Sudah dua pekan tidak ada kabar apapun, tentang ustadz pengisi kajian itu.

Muhammad Hafidz Ahkam adalah seorang cowok yang membuat Zaza seperti kebingungan saat ini, apa dirinya harus menunggu seseorang yang belum tentu membalas rasanya, atau dengan seorang cowok yang dikenalkan orang tuanya.

Zaza merebahkan badannya di atas kasur, mendengar ulang kajian tahsin. Kajian yang dirinya ikuti waktu pertama kali, berusaha keras merubah diri menjadi lebih baik.

"Huu udah enggak pernah kajian bingung mau ngapain, biasanya juga kajian," ucap Zaza.

Zaza keluar kamar mencari cemilan untuk di makan, rumah sangat sunyi karna kedua orang tuanya sedang tidak berada di rumah.  Didalam kulkas ada keripik singkong cabe merah, cemilan kesukaan Zaza.

Budhe Maryam yang menjual keripik singkong itu, sudah menjadi langganan keluarga Zaza membeli padanya. Setelah merasa cukup dengan cemilannya, Zaza menuju ke depan televisi dan menonton film kartun Upin Ipin.

Cukup lama Zaza duduk didepan televisi, ada suara ketukan pintu. Zaza terlihat bingung kenapa ada orang yang mengantarkan begitu banyak makanan.

"Mbak ini di taruk dimana ya?" tanya seorang wanita kurir.

"Hah apa ni mbak," sahut Zaza terlihat bingung.

"Ini pesanan yang alamatnya diantar ke sini mbak kata bapaknya," jelas wanita kurir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 01 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ahza Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang