18 💌

4.6K 530 41
                                    

2 hari kemudian

Christy sudah mulai masuk ke sekolah barunya setelah kemarin ia dan sang bunda mendatangi sekolah elit milik Natio family. Awalnya gadis itu menolak untuk bersekolah disana, ia ingin masuk di sekolah lain saja yang bukan milik keluarganya.

Namun, Shani tetaplah Shani yang tidak bisa dibantah jika sudah berkata sesuatu yang menurutnya hal itu adalah yang terbaik. Sang anak pun hanya bisa menurut dan pasrah dengan keputusan Shani.

Saat ini, di kantor wanita tersebut, ia tengah santai sambil membaca buku di ruangan pribadinya.

Kaca mata bening miliknya setia bertengger di hidung mancung si bidadari yang seakan menyamar menjadi wanita cantik di bumi. Jari jemari lentiknya bergerak membalik kertas demi kertas buku yang ia baca.

Seakan buku tersebut mencuri perhatiannya hingga membuat dia sangat betah lama-lama membaca buku diatas meja kerjanya.

Ting

Pesan masuk di ponsel Shani mengalihkan perhatiannya. Lantas ia meraih benda pipih itu yang terletak di samping buku tersebut.

Aran : Hai Shan, maaf ganggu waktu kamu di jam kerja gini. Aku cuma mau ngasih tau aja kalau Chika pagi tadi sudah dinyatakan meninggal oleh dokter yang selama ini menangani pengobatan dia. Chika udah ga sanggup melawan penyakitnya dan sel kanker itu memang sudah menyebar luas. Mohon doanya ya Shan, tolong kasih tau juga sama dede.

Shani membolakan matanya dan reflek menutup mulutnya tak percaya atas apa yang baru saja ia baca dari pesan Aran. Kedua matanya juga berkaca-kaca dengan masih menatap bubble chat tersebut.

Ceklek.

"Shan, mak.. an yuk" Jinan melambatkan ucapannya saat melihat Shani meneteskan air mata. "Eh, lo kenapa?" Tanya Jinan segera menghampiri Shani dan memeluknya dari samping.

Tangan Shani bergetar dan ponselnya terjatuh ke atas meja begitu saja.

"Shu shu.. shushu.. Kenapa Shan? Lo abis baca apa?" Tanya Jinan lagi.

Shani perlahan mendongak menatap Jinan dengan belinang air mata. "Chika, nan.. Chika..." Lirih Shani.

"Chika? Kenapa dia?"

"C-chika meninggal nan"

"Innalilahi wa innailaihi rajiun"

Jinan mengusap-usap lengan Shani dengan lembut sekaligus mengelus pipi wanita tersebut. Ia memang sudah mengetahui perihal Chika sebab Shani pernah menceritakan tentang bagaimana Christy masih hidup kepadanya juga ve serta Keynal saat Christy masih koma.

"Chika akan di makamkan di Surabaya nan, tapi gue gabisa buat kesana. Gue masih trauma sama kejadian waktu itu. Tapi kalau dede mau kesana buat liat Chika gimana nan? Gue belum bisa ngilangin rasa takut gue setelah kejadian yang gue alami sama anak gue" Ujar Shani mencengkram ujung blazernya.

Kejadian menakutkan di pesawat yang ia tumpangi saat akan pulang ke Jakarta bersama Christy, terputar dikepalanya begitu saja.

Teriakan para penumpang, rasa panik yang menyelimuti, dadanya yang derdegub kencang, hingga rasa takut yang menguasai dirinya. Semua itu terekam jelas diingatan Shani dan membuat dadanya sesak.

"Hei hei Shan.. Are you okay?" Jinan membungkuk seraya menangkup kedua pipi Shani.

Jinan menyadari Shani yang tiba-tiba kesulitan bernafas dengan memukul dadanya berkali-kali.

"Ikutin gue, tarik nafas pelan-pelan.." Jinan memberi instruksi pada Shani yang langsung diikuti oleh wanita tersebut. "Oke, hembuskan.. Tarik nafas lagi.. Hembusin lagi"

DIA, BUNDAKU S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang