*Part ini bunda Shani mode dede. Bertukar jiwa sejenak sama anaknya.
Tubuh yang sedang berbaring diatas kasur itu bergerak gelisah. Keningnya berkerut dengan keringat yang memenuhi area kening tersebut.
Salah satu tangannya mencengkram kuat ujung selimut seakan ia sangat ketakutan. Hingga...
"Dede!!!" Pekik Shani yang langsung terbangun duduk diatas kasur.
Nafasnya memburu membuat dadanya naik turun secara cepat. Degub jantung juga berdetak tak karuan Shani rasakan.
Semua badannya bergetar dengan keringat yang masih mengucur. Ia melihat ke samping kasurnya yang ternyata tidak ada siapapun.
"Dede.." Lirih Shani lalu segera turun dari kasur.
Ia terus memanggil anaknya ke semua ruangan yang ada di kamar. Rasa panik semakin menguasai Shani. Detak jantungnya yang sudah tak karuan semakin tak karuan. Bahkan sekarang keringat itu mengucur sampai leher jenjangnya.
"DEDEEE!!" Teriak Shani menuruni tangga rumah.
Veranda, Keynal, dan Jinan yang tengah sarapan bersama terkejut mendengar teriakan Shani. Lantas ve bangkit dari posisinya dan berlari menghampiri Shani.
"Mami, dede.. dede mana mam? Dia ga ada di kamar, dede ga ada dimana-mana, aku udah cari tapi tetep ga ada. Anak aku mana mam, dia kemana?!!!" Tanya Shani panik dengan suara bergetar di hadapan mami ve.
Veranda meraih salah satu tangan Shani dan mengelus punggung tangan tersebut. "Hei, kamu kenapa panik gini? Dede kan sekolah, baru aja berangkat sama supir. Dia bilang katanya kamu masih tidur terus dia gamau bangunin karna kamu nyenyak banget tidurnya. Jadi dia langsung berangkat habis sarapan" Ve berkata setenang mungkin pada Shani.
Shani menengok kesana kemari. "Jam.. sekarang jam berapa?"
"Jam setengah tujuh sayang"
Shani melepas tangannya yang digenggam Veranda dengan melipir ke dinding rumah. Ia menyandarkan punggungnya dengan tatapan kosong dan meluruhkan badannya ke bawah.
Bersamaan dengan itu air matanya menetes lirih. Ia menangis dalam diam sambil menekuk kedua kakinya.
Ve ikut berlutut di depan Shani sambil membelai rambut Shani. "Cici kenapa?"
Pertanyaan singkat dari ve malah membuat air mata Shani semakin deras mengalir. Ia hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
Keynal dan Jinan mulai datang mendekati mereka yang sama-sama ada di lantai.
"Mam, ini kenapa?" Tanya Keynal.
Veranda mendongak menatap suaminya. "Gatau pah, tadi tiba-tiba Shani nyariin dede sampe panik. Terus dia nangis kayak gini sekarang"
Jinan ikut berlutut di samping Shani dan mengusap air mata wanita tersebut. "Ada apa Shan?" Tanyanya.
Lagi-lagi Shani hanya menggeleng dengan menatap Jinan di sampingnya.
"Lo gausa ke kantor dulu ya hari ini. Gue yang urus semuanya nanti" Ujar Jinan.
"Gue tetep harus ke kantor. Meeting sama Royal Company gabisa di tunda. Dia juga kan mana mau meeting dipimpin selain gue" Balas Shani.
Akhirnya Jinan mengangguk.
"Yauda kamu ke kamar dianter sama Jinan ya. Nanti sarapan dulu sebelum ke kantor" Ucap ve yang diiyakan oleh anaknya.
Setelah itu, Jinan menuntun Shani untuk ke kamar dan menunggunya hingga selesai bersiap-siap.
~~~~
Shani tidak berlama-lama di kantornya. Ia hanya memimpin jalannya meeting hingga selesai dan setelah itu ia langsung pulang ke rumah. Badannya benar-benar terasa kurang vit dan sangat lemas hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, BUNDAKU S2 [END]
FanfictionSentuhan cinta, kasih sayang, dan kehangatan yang hanya untuknya. Dimohon untuk membaca season pertama dulu ya luv agar tidak bingung saat membaca season dua ini