28. Askara Bhumi Laksamana

7K 751 106
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!

ig wp : @caniasa_ne








Tamparan beberapa saat lalu berhasil memberikan bekas biru keunguan dipipi, serta luka menganga dihati remaja kecil yang kini terbaring diruangan serba putih dengan masker oksigen yang menutupi hampir sebagian wajahnya serta jarum infus yang turut serta tertancam ditangan sebelah kirinya.

Kalau ada yang bertanya bagaimana kejadian yang membuat remaja itu bisa sampai di ruangan putih yang biasa disebut rumah sakit. Jawabannya hanya satu. Lelah.

Tadi, saat tamparan keras mendarat dipipinya, bertepatan dengan datangnya pemuda kembar yang berlari memeluk tubuh lemasnya. Menyembunyikan tubuhnya dari sang daddy yang menatap kosong tangan kekar yang menampar pipi halus putra bungsunya

Darah yang menetes dari hidung mungil itu membuat ketiganya panik ditambah tubuh yang limbung kesamping tanpa tenaga. Sedari tadi ia menahan pusing, ditambah lagi tamparan yang membuatnya bertambah pusing, apalagi ia sudah merasa suhu tubuhnya mulai naik secara tiba-tiba saat terbangun dari pingsannya tadi sore. Cukup sudah penderitaannya hari ini.

Bukannya tidak mau berusaha menjaga kesadaran, namun kesadaran yang seolah menjauh darinya. Sehingga kegelapan merengut semuanya. Ini kali ke tiga ia kehilangan kesadaran hari ini.

Rekor baru, tolong di catat.

•••

"A-adek, b-bang a-adek hiks da-rah"

Dewa segera membawa tubuh gemetar gara kedalam pelukannya, adik kembarnya ini memiliki ketakutan berlebihan terhadap darah, peristiwa masa lalu membuatnya trauma dengan darah.

Apalagi tadi darah itu datang dari tubuh adik kesayangan mereka.

"Tenang ya, adek pasti baik-baik aja" tutur dewa mengelus pelan rambut gara. Sebenarnya dewa juga khawatir, tapi dia harus pura-pura agar adik nya tidak bertambah panik.

"Gara gamau ngomong sama daddy, daddy yang buat adek disini"

"Iya, udah ya, jangan nangis lagi. Nanti kalau adek tau kamu nangis, pasti adek ikutan sedih lagi"

Gara mengangguk, mengusap sisa air matanya seraya mengurai pelukan.

Suara deringan ponsel dari saku celana membuat gara segera melihat nama pemanggil, sedikit terkejut karena orang itu sangat jarang menghubunginya. Kira-kira ada apa ya?

Galanjing is calling

Gara mendongak menatap dewa yang juga sedang menatapnya dengan pandangan bingung

"Galan bang, kenapa ya tu anak tiba-tiba telfon?" Tanya gara

"Angkat" dewa menjawab seraya menekan tombol hijau pada panggilan

"HALO! LAMA AMAT LO ANGKAT TELFON GUE!!"

Sapaan mengejutkan membuat gara mengecilkan volume handphone nya. Karena tadi ia me load speaker agar dewa ikutan mendengar percakapan mereka. Membuat suster yang kebetulan lewat melirik gara dengan sedikit aneh. Gara malu.

"Lo bisa pelan aja gak ngomongnya, gue gak budeg" jawab gara setelah beberapa saat hanya diam

"Gak bisa!, ck buang-buang waktu"

"Lo ngomong apaan dah?"

"Lo bedua jatuh miskin kah?"

Pertanyaan to the point yang terlontar dari orang diseberang telfon membuat kedua anak kembar itu terkejut, kenapa galan bisa berfikir begitu?

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang