Bab 31: Tour Arunika 5

1 0 0
                                    

༺༻༺༻༺༻

*  *  *

Lalu, prajurit itu keluar meninggal kan pos. Sang komandan diliputi kebingungan dan kekhawatiran, ia tenggelam dalam perasaan itu.

Melihatnya seperti itu membuat mereka simpati terhadapnya, tetapi apa boleh buat, mereka pun tidak memiliki saran atau ide untuk membuat rencana.

Melihat semua orang dalam kebingungan, Ria mencoba mencari ide ketika semua orang sedang dilanda kegamangan. Ia mencoba keluar dari pos, mencari udara segar dan suasana yang lebih baik.

"Cacing pasir... Mengalahkan nya atau... Jika tidak bisa mengalahkan makhluk itu, apakah bisa mengembalikan nya ke tempat asal nya saja?" gumam nya, yang mencoba mencari ide.

"Ya, itu bukan ide yang buruk, kau tahu, cacing itu tidak bisa beradaptasi di tempat ini, makhluk itu akan terus mencari sumber air untuk bertahan hidup." ucap salah satu prajurit yang mendengar diri nya bergumam.

"Ha!? Apakah ngarai tempat asal makhluk itu terdapat sumber air yang banyak?" tanya Ria pada prajurit itu.

Ia menjawab, "ya, banyak kabar burung mengenai itu. Tapi itu bukan hal yang dapat bisa di percaya, tapi memang kemungkinan di ujung selatan sana terdapat sumber air yang melimpah, dari retakan bumi, salah satu nya oasis di kota kita."

Setelah mendengar hal itu, Ria terfikir kan sesuatu di benak nya.

"Bagaimana kalo buat saja umpan, memancing cacing pasir itu kembali ke tempat asal nya." pikir nya.

Ide mentah nya itu ia hendak sampai kan pada mereka, ia pikir ide itu akan menjadi jalan keluar dari masalah ini.

Ia pun masuk kembali ke dalam pos, dan mengejutkan semua orang yang tengah termenung.

"Hei!! Aku punya usulan!" teriak nya, yang mengejutkan semua orang.

Semuanya terkejut, bahkan Sang komandan sampai jatuh dari kursi nya karena ulah nya Ria. Ria hanya terkekeh-kekeh melihat semua orang terkejut, dan sebagian memarahinya karena itu.

"Ria! Jangan ngagetin napa... Belum pernah ngerasain di tampol sama martil gw, lu..." Hans yang kesal.

"Hihi... Maaf semuanya, aku hanya ingin mengusulkan ide ku, apa kalian ingin dengar?" ujar nya.

Sang komandan bangkit berdiri lalu membenarkan kursi nya dan duduk kembali, berusaha tetap tenang, menahan emosinya.

"Uhh... Baiklah, apa ide mu?" ucap nya, berusaha menenangkan diri.

"Begini, jika terlalu beresiko menghadapi cacing pasir itu secara langsung, bagaimana kita pulang kan saja makhluk itu kembali ke tempat asal nya." usalan Ria.

"Memang nya kau tahu di mana tempat asal cacing itu, nak?" tanya nya, sembari menaikan alis nya.

"Aku dengar—makhluk itu tinggal di ujung selatan, dalam ngarai yang dalam." jawaba nya.

"Itu ide yang bagus Ria, tapi apa kamu tahu cara membawa nya?" tanya Sang Putri.

"Kalo itu, aku masih belum terpikirkan kak, hihi..." jawab nya.

Lalu, komandan berdiri dan berjalan menuju dinding yang terdapat peta, ia berkata bahwa itu memang benar tentang tempat asal cacing tersebut. Namun, ia menegaskan bahwa tidak ada yang dapat memancing cacing itu kecuali menggunakan air.

"Cuman itu? Kalo itu si Mars juga bisa ngelakuinnya." jawab Satya.

"Tapi kita perlu membawa air yang cukup banyak, karena jarak antara tempat asal cacing itu dan kota Arunika sangat lah jauh, jadi sebelum sampai ke tempat itu, air yang di bawa akan terlebih dahulu menguap di perjalanan." ujar nya pada mereka.

3 Idiot, Pejuang Dan Sang PutriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang