56. Keputusan Final

5.2K 497 50
                                    

Silau,  Mentari tak pernah Lelah menaungi bumi. Laksana seorang ibu memeluk putranya. Memberi kehidupan pada jiwa-jiwa yang diliputi duka dan tawa. Dari sekian banyak nyawa, hanya gadis itu yang termenung mencari makna.

Atas dasar apa Tuhan menghidupkannya? Atas Dasara apa Tuhan menhendakinya ada di tempat ini? Ia hanya manusia lemah yang berusaha kuat. Belum cukup, Tuhan bahkan merebut keluarganya. Ia tak punya siapa-siapa. Dunia sermaia ini, dan ia hanya sebatang kara. Yatim piatu yang mengais sisa-sisa semangat.

Sebuah notif dari aplikasi biru kentara. Gadis bermata layu itu membuka pesa yang beberapa hari lalu dikirimkan oleh seseorang yang berada jauh di sana.
“Ayu anake Pakde Munawir yo?”

Ia tersenyum. Membalas pesan yang akhirnya mendapat balasan. Syukurlah, tali silahturahminya terhubung lagi setelah lost contact beberapa tahun.

Ayu ingat, dulu saat kecil Bapak dan Ibu pernah dikunjungi saudara dari Jawa Timur. Itu saudara dari Bapak. Karena jarak, Ayu sekeluarga tidak pernah menemuinya lagi kecuali saat itu.

Ada satu anak yang seumuran dengan Ayu. Sepupunya Bernama Lina. Dan hanya bermodalkan nama dan tempat tinggal, Ayu mencari kontaknya di facebook. Menghubungi satu per satu nama Lina.

Astaga! Ayu hamper putus asa. Sebab, kemana lagi Ayu harus berpijak jika tak mempunyai kenalan sama sekali? Menyelamatkan janin ini hanya akan menjadi wacana jika Ayu tak menemukan mereka.

Rangga?

Demi Tuhan Ayu tidak mau menambah garam di atas luka. Sudah cukup dengan penolakan kala itu. Ayu tak akan merepotkannya lebih jauh lagi.

Ayu membalas pesan itu. Untuk saat ini Ayu hanya beralasan ingin berkunjung. Dia berjanji akan menceritakan semuanya setelah sampai di sana dan mengutarakan maksudnya berkunjung. Terkesan tidak tahu diri memang. Tapi Ayu tak punya pilihan.

“Iya Mbak, monggo main ke rumah. Ini Bapak sama Ibu udah kangen.”

Tersenyum, syukurlah. Masih ada orang yang mau menerimanya. Sekarang Ayu harus memikirkan biaya transportasi ke sana dan cara untuk kabur. Sebelum itu….

Ayu menunduk. Seseorang Tengah bersantai di pangkuannya. Menjadikan paha Ayu sebagai bantalan kepalanya. Sedangkan dirinya sibuk memperhatikan layer Ipad yang menunjukan kurva naik turun sebuah saham.

Setahu Ayu, bukan hanya pebisnis saja. Adeen juga menekuni investasi saham. Terlihat ada ribuan lot yang ia punya dari berbagai saham.

Dulu Ayu pernah punya cita-cita itu. Sekarang? Jangankan memikirkan cita-cita. Punya kewarasan untuk tidak mengakhiri hidup saja sudah mending.

“Mas?”

“Hm?”

“Nanti malem jalan-jalan yok Mas.”

“Tumben?” sahut Adeen. Tak menduga Ayu yang mengajaknya duluan.

“Iya, lagi pingin. Itu lho, ada event jajanan di taman kota.”

“Oh, iya. Baiklah. Kamu ingin makan apa?”

Ayu terdiam sejenak. Perihal makanan entah kenapa membuat dirinya trauma. Mengingat kenyataan yang Ayu ketahui tentang obat itu. Ah, ngomong-ngomong, sejak Ayu tahu Adeen punya niat buruk. Sampai detik ini Ayu tak pernah menyentuh masakan Adeen. Dengan berbagai alasan Ayu berhasil menghindarinya.

Bukankah hubungan ini terlihat baik-baik saja?

Kelihatannya memang begitu. Tak ada yang mengetahui niat Ayu yang sebenarnya. Tetaplah tersenyum, karena dengan begitu si manipulator handal pun akan terkecoh. Cara menghadapi orang seperti Adeen adalah dengan tidak menyenggol sisi nyamannya. Biarkan begini saja. Berikan dia kenyamanan setelah itu pergi dengan tenang.

Menolak Jadi JandaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang