31. Askara Bhumi Laksamana

8.7K 693 36
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!

ig wp : @caniasa_ne ( jangan lupa follow )

📝Ada sedikit catatan dibawah hehe!!







Kata maaf yang terucap memang sudah terbalaskan, sang empu yang disakiti juga sudah memaafkan. Tapi itu di mulut.

Berbeda dengan hatinya yang masih terluka akan rasa kecewa, luka itu belum sembuh sepenuhnya, atau luka itu akan membekas selamanya?

Yang sudah terluka tidak mungkin bisa sempurna seperti semula.

Sebenarnya, sang pemilik hati yang terluka ingin sekali diam dengan kecewanya. Tapi rasa tidak tega selalu menghantui ketika melihat wajah-wajah orang yang kemaren menyakiti hatinya begitu menyesal dan penuh akan kesedihan. Ia ikut sedih melihat semuanya.

Daripada menuruti ego, ia lebih memilih menuruti hati untuk menata kembali yang sempat hancur dan mengesampingkan sakit yang masih membelenggu diri.

Tidak baik bertengkar terlalu lama, apalagi dengan saudara dan orang tua sendiri, bukan?

"Adek"

Panggilan pelan serta sentuhan pada bahunya menyadarkan kara akan lamunan yang sempat hadir menemani kesunyian ruangan santai lantai atas yang terletak disamping kamarnya

"Abang bikin aka kaget!!" Tukas kara dengan raut kesalnya

Aksa terkekeh "lagian adek ngelamun, lagi ngelamunin apa,hm?"

Kara menggeleng "engga apa-apa, abang jangan kepo, ini urusan anak muda" jawabnya tak sadar diri.

Aksa melongo mendengar jawaban dari bocah pendek nan mungil itu "anak muda-anak muda, kayak udah gede aja, kamu mah anak kecil!!" balas aksa dengan nada julid khasnya yang jarang sekali keluar.

"Ck! Abang mana tau ak-

Aksa segera meletakkan telunjuknya didepan bibir kara "shuut! Diem! Abang mau ngajakin makan ice cream sekalian jalan-jalan keluar, mumpung masih sore, adek mau ikut?"

Netra coklat terang itu langsung berbinar mendengar kata ice cream, kara lantas mengangguk semangat dan melompat dalam gendongan aksa setelah menyingkirkan telunjuk sang abang yang berada dibibirnya.

"AYO-AYO!! AKA MAU ICE CREAM!!" pekiknya semangat

"Iya adek, ganti baju dulu atuh, masa jalan-jalan pakai boxer" pasrah aksa melihat kelakuan adiknya yang terkadang diluar prediksi BMKG.

•••

Setelah berganti pakaian, aksa kembali kekamar adik bungsunya yang tampaknya juga sudah selesai mengganti bajunya.

Kini keduanya berjalan kelantai bawah dengan kara yang ia gendong di punggung. Anak itu masih malas berjalan rupanya.

Sesampainya dilantai dasar, terlihat dua anak kembar yang tampak keren dengan style casualnya.

"Kakak-kakak juga ikut?" Tanya kara melihat keduanya yang berpakaian rapi seperti ia dan abang sulungnya.

"Iya" jawab aksa

kara terlihat senang, pasalnya nanti mereka akan senang-senang rame-rame. Kalau cuma berdua, kaya ada yang kurang.

"Kakak~, mau gendong boleh?" Tanya kara pada dewa dengan menampilkan tatapan bak anak kucing minta di pungut andalannya. Gara sontak membuka mulutnya terkaget, adiknya itu ada-ada saja. Sudah enak digendong aksa dari tadi, eh malah minta pindah ke gendongan dewa.

"Itu udah digendong kan?" Balik dewa bertanya, bukan menolak, ia hanya ingin sedikit menjahili adik kecilnya ini

Kara cemberut "ck! Bilang aja gamau!" Jawabnya memalingkan muka

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang