Shani sudah menginjakkan kakinya ke dalam bangunan megah yang ia kunjungi. Dengan mata yang masih sembab, ia mempercepat langkahnya agar segera sampai di apartemen miliknya.
Ya, dia memutuskan untuk kesana supaya bisa menenangkan diri sejenak. Atau mungkin saja ia tidak akan pulang ke rumah dengan waktu yang belum ditentukan.
Cuaca diluar tiba-tiba berubah mendung membuat siang ini menjadi terasa malam hari saking gelapnya. Gemuruh petir mulai bersahutan disertai dengan kilat menakutkan.
Shani yang sudah masuk ke dalam kamarnya langsung menyalakan semua lampu.
JGGEERR...
Shani terperanjat kaget saat petir tersebut memekakan telinganya. Dada Shani berdegub cepat dan entah kenapa ia jadi teringat lagi dengan perkataan Christy yang menyakitkan.
Duduk di tepi kasur dengan tubuhnya yang tegang, ia merogoh ke dalam tasnya untuk mengambil ponsel.
"Aww.." Ringis Shani saat kepalanya terasa sakit seperti di tusuk benda tajam.
Karna tak kuat melawan sakit itu, ia pun berbaring miring dan menyelimuti badannya. Hujan sudah turun dengan sangat lebat membasahi kota tersebut.
Tangan gemetar Shani mencari kontak seseorang untuk ia hubungi sekarang. "H-halo" Ucap Shani saat sambungan telfonnya terhubung.
"Kenapa Shan?"
Shani mengambil nafas perlahan lalu menghembuskannya sebelum berbicara. "Tolong liatin Christy di ruangan gue, nan. Lo obatin pipinya dia ya? Gue minta tolong" Ucap Shani dengan susah payah sebab sesak di dadanya.
"Udah ko Shan, baru aja selesai gue kompres. Tadi gue ga sengaja denger karyawan bilang kalau lo sama dede berantem. Kalian ributin apa sih emang? Lo dimana sekarang?"
Shani mengusap air matanya. "Gue ada ko. Lo gausa khawatirin gue. Titip dia ya nan, gue belum bisa pulang buat beberapa hari ke depan. Gue minta tolong jangan kasih tau dia dimana gue sekarang. Gue yakin lo pasti tau dimana gue dan gue mohon jangan kasih tau dia ya. Kalau dia tau gue dimana, gue akan pergi lebih jauh dari ini nan"
"Gue masih ga paham kalian berantem kenapa sampe kayak gini. Christy juga gue tanya ga jawab apa-apa, dia cuma nangis doang tadi. Tapi lo beneran oke kan Shan?"
"Ya, gue oke ko. Bilangin sama mami dan papa untuk melakukan hal yang udah gue bilang ke lo. Gue mohon, gue mau sendiri sekarang, gue gamau ketemu sama siapa-siapa dulu, tolong ya nan"
"I-iya lo tenang aja, awas aja lo macem-macem. Tapi ini anak lo tidur disini, dia mau nungguin lo balik katanya, terus gimana?"
"Ajak pulang aja nan. Aww.. sshhh"
"Astaga, lo kenapa? Jawab gue Shan! Gue samperin lo sekarang ya"
"Ngga, gausa, jangan. Gue gamau ketemu siapapun termasuk lo. Gue baik-baik aja ko cuma pusing doang. Sekali lagi gue minta tolong sama lo untuk semua yang udah gue bilang tadi. Byee" Shani mematikan telfonnya dan menarik selimutnya lebih keatas.
Hujan yang turun meredam suara bising isak tangis Shani. Dia menangis. Menangis sambil memejamkan matanya diatas bantal.
Rasanya ia sangat kelelahan secara fisik dan batin. Perlahan dengkuran halus mulai terdengar dikamar tersebut. Shani tertidur dengan wajah dan bantal yang sudah basah. Bahkan pakaian kantornya masih belum ia ganti sejak memasuki kamarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIA, BUNDAKU S2 [END]
FanfictionSentuhan cinta, kasih sayang, dan kehangatan yang hanya untuknya. Dimohon untuk membaca season pertama dulu ya luv agar tidak bingung saat membaca season dua ini