BAB 48

155 26 47
                                    

"Tae, Taehyung! Taehyung!"

Taehyung tersentak bangun. Ia memandang wanita yang berdiri di hadapannya dengan asing. Jantungnya berdebar-debar dengan begitu kencangnya seolah-olah ia baru saja berlari.

"Eo-Eomma?" Taehyung membelalak. Ia hampir melompat dari atas ranjang namun sesuatu menggigit nadinya. Ia menoleh. Di lengan kirinya tertancap jarum infus. Kenapa ia bisa diinfus segala? Apa yang terjadi pada dirinya? Di mana ini?

"Yoona!" Taehyung tiba-tiba saja berteriak keras teringat akan isterinya. Isteri yang baru ia antarkan sampai ke liang lahatnya. Taehyung menatap ibunya dengan tajam, "Eomma... Yoona... Yoona...."

Ibunya tersenyum. "Operasi Yoona sudah berakhir. Dia sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Eonjin sedang menemaninya sekarang."

Yoona... Selamat? Jadi... Semua yang ia saksikan barusan hanyalah sebuah... mimpi...?

Taehyung merasa seluruh tubuhnya lemas. Bukannya menyahut kata-kata ibunya, bahunya malah berguncang dengan amat keras.

"Mengapa kau menangis? Yoona baik-baik saja. Kondisinya sudah mulai stabil. Justru keadaanmulah yang Eomma khawatirkan." Ibu Taehyung mengelus punggung putera sulungnya yang masih berguncang hebat.

Taehyung memeluk ibunya erat-erat. Ia cengkeram lengan dan punggung wanita yang telah melahirkannya itu. Ia tak malu-malu menangis sekeras-kerasnya di atas bahu ibunya. "Aku... Aku bermimpi buruk, Eomma. Mimpi yang sangat jahanam. Aku bermimpi... Yoona... Dia pergi meninggalkanku untuk selama-lamanya."

Ibu Taehyung menghela nafas panjang. "Kau cuma bermimpi buruk, Tae. Kau terlalu kalut mencemaskan keadaan Yoona sampai-sampai kau sendiri jatuh pingsan. Perawat rumah sakit yang menemukanmu terkapar di atas bangku tunggu ruang operasi. Mereka langsung membawamu ke IGD."

Taehyung mengangguk. Tak henti-hentinya bibirnya yang basah mengucapkan kata syukur. Ia beruntung, ia bisa terbangun dari mimpi terkutuk itu. Mimpi yang tak mau lagi ia lihat.

"Aku ingin bertemu Yoona, Eomma. Aku harus melihatnya dengan mata kepalaku sendiri. Aku harus mendekap tubuh Yoona dan merasakan sendiri helaan nafasnya."

"Jangan paksakan dirimu. Kondisimu masih lemah." Ayah Taehyung berjalan menghampiri ranjang IGD yang ditempati oleh puteranya itu. "Dokter bilang, kau baru diperbolehkan untuk pulang kalau air infusmu sudah habis."

Sebenarnya Taehyung tidak peduli dengan keadaan dirinya. Persetan dengan air infus! Ia harus segera menemui Yoona. Hatinya belum akan merasa tentram kalau ia belum melihat isterinya dengan mata kepalanya sendiri, kalau ia belum menyentuh dan memeluk wanita itu dengan kedua lengannya sendiri, kalau ia belum mencium bibir wanita itu dengan bibirnya sendiri.

Tapi kedatangan dokter IGD yang hendak memeriksa kondisi vitalnya menahan keinginan Taehyung untuk segera lari ke samping Yoona.

Setengah jam kemudian, Taehyung terhuyung-huyung masuk ke dalam kamar rawat Yoona. Sebenarnya kedua orangtuanya sudah menyediakan sebuah kursi roda untuknya, tapi karena batinnya sudah terlalu gelisah tidak sabar ingin bertemu dengan isterinya, di tengah jalan Taehyung melompat dari atas kursi roda dan berlari menghampiri kamar yang ditempati oleh Yoona.

"Yoona! Yoona!" Luapan emosi yang dirasakan oleh Taehyung hampir saja membuatnya kembali jatuh pingsan. Ia sama sekali tidak percaya bahwa isterinya masih hidup. Isteri yang begitu ia cintai masih bernafas dan ada di sampingnya.

"Oppa," Eonjin menahan tubuh abangnya saat lelaki itu hampir saja ambruk di atas ranjang Yoona, "eonnie masih belum sadar. Dia masih dalam pengaruh obat bius. Dokter baru saja mengecek keadaan eonnie."

"T-tapi, Yoona benar-benar masih hidup, kan? Dia tidak meninggal? Tidak dikuburkan?"

"Oppa bisa lihat sendiri." Eonjin mendengus jengkel sekaligus geli melihat tingkah kakaknya yang seperti orang stres.

WHEN LILAC IS FALLING [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang