31 💌

4.6K 697 107
                                    

Christy memasuki gerbang rumahnya sambil menuntun sepedanya. Setelah menaruh sepeda tersebut ke tempat semula, ia melangkah masuk ke dalam rumah dengan mata yang masih basah.

Ternyata oma dan opa nya belum pulang hingga sekarang. Christy duduk di ruang tengah dan melamun mengingat kejadian di danau tadi.

Kalau tadi ga ada aku, siapa yang nolongin kamu?

Cepet sembuh lukanya ya.

Suara Shani di danau tadi menggema sangat jelas di telinga Christy. Ia menangis dalam diam dan memandang lurus ke depan.

"Luka di tangan dan lutut aku ga sebanding sama luka di hati bunda. Kenapa tadi bunda pergi? Kenapa bunda gamau berhenti pas aku kejar? Kenapa bunda menghindar? Sesakit itu ya bun aku nyakitin hati bunda? Aku minta maaf. Hukum aku dengan cara apapun asal bukan kayak gini"

"Jangan hukum aku dengan menghindari aku seperti ini bunda. Aku takut bunda bener-bener ngejauhin aku dan gamau kembali sama aku. Please pulang bun, aku selalu nungguin bunda kembali ke rumah kita"

"Aku selalu berharap ketika aku lagi di kamar bunda dateng dan peluk aku seerat-eratnya. Aku rindu bunda, rindu sentuhan lembut dan kasih sayang bunda"

Christy mencurahkan segala keluh kesahnya di dalam hati. Air matanya dibiarkan berjatuhan ke bajunya tanpa mau ia seka.

Diluar rumah, ada sebuah mobil yang baru saja berhenti. Tanpa mengetuknya sama sekali, ia langsung nyelonong masuk dengan langkah terburu-buru.

Saat hendak ke kamarnya untuk mengambil sesuatu, ia dibuat kaget karna melihat Christy yang menangis sendirian.

Ia mengurungkan niat awalnya dan melangkah mendekati Christy.

"Hei, sayang.. Kamu kenapa nangis? Ini juga ko banyak plester? Kamu jatuh?" Tanyanya sembari duduk di samping gadis tersebut.

Christy menoleh menatap wanita di sampingnya dengan sesenggukan. "Onty hiks.."

Wanita tersebut adalah Jinan. Ia sengaja pulang ke rumah hanya untuk mengambil sebuah berkas saja yang memang tertinggal. Namun, karna melihat kondisi Christy ia jadi lupa dengan tujuan awalnya itu.

Tangan Jinan terangkat mengusap air mata Christy. "Kenapa? Cerita sama onty"

Christy menatap Jinan dengan berlinang air mata. "Ta-tadi aku kete-mu s-sama bunda" Ucapnya terbata-bata.

Reflek Jinan membulatkan matanya. "Ketemu bunda? Ko bisa? Kamu diapain? Kamu dijahatin atau diomelin atau dipukul? Bilang sama onty" Cerocos Jinan yang dibalas gelengan kepala oleh anak itu.

Christy mencoba menenangkan dirinya agar lebih mudah bercerita kepada Jinan. "Tadi aku iseng main sepeda ke danau, terus aku jatuh karna aku keilangan keseimbangan. Tiba-tiba ada orang yang nolongin aku dan ngobatin luka aku juga"

"Awalnya aku gatau kalau itu bunda karna penampilannya yang tertutup banget. Dia juga diem aja ga ngomong apa-apa pas obatin luka aku. Terus sampe akhirnya dia bersuara sekalian pamit pergi. Dari situ aku baru sadar kalau itu bunda. Sayangnya bunda tetep pergi meskipun aku udah kejar dia" Jelas Christy.

"Lukanya gapapa?" Tanya Jinan.

"Ngga ko onty. Tadi sih perih tapi pas udah dipakein plester jadi ga sakit lagi" Jawab Christy sambil melihat plester yang ada di siku dan lututnya.

"Oma sama opa ga ada dirumah?"

Christy menggeleng. "Mereka ada acara gitu katanya onty"

Jinan pun hanya ber-oh ria saja dan mengangguk beberapa kali. "Mau ik–"

DIA, BUNDAKU S2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang