Senyuman

177 17 8
                                    

"Waktu yang akan menjawab, bila dia takdir mu akan tetap kembali pada diri mu."
.
.
.
.
🦋🦋

Harapan itu nyata, bersama akan perjuangan yang tidak pernah goyah langkahnya.

Jika kepergian adalah luka paling dalam. Masih ada kematian tanpa sebuah kepastian. Rindu mu, tidak berujung pada mimpi.

5 tahun telah berlalu. Saat dimana dia pikir akan begitu sulit dia lewati. Setiap detik, menit, bahkan jam. Bayangan akan begitu gagal melewati segala bentuk hal yang telah dia putuskan. Sekarang, dia cukup mampu.

"Kane, kamu jadi magang di perusahaan Daddy mu?"

Pemuda yang kini berusia 21 tahun itu nampak lebih dewasa. Garis rahang yang tegas dengan mata hitam tajam. Memakai kemeja putih dengan bawahan hitam. Hari ini, dia akan magang di perusahaan Daddy nya sendiri.

"Iya, biar enggak ribet." Yah, dari pada repot-repot mencari perusahaan untuk magang. Lebih baik kan ke perusahaan orang tuanya sendiri. Itung-itung belajar, jelas pasti itu semua akan turun padanya nanti.

"Jangan dengerin omongan Rajen kalau dia minta kamu pegang Burendra. Pegang AX aja." Pria sebagai Papa kandungnya itu nampak mendengus. Melirik sosok pria lain berwajah dingin baru saja sampai di meja makan.

"Masih ada Dewandra kan?" Arka bertanya. Jujur saja, dia sempat syok akan perintah Rajen yang gila.

Pria itu memang cukup gila. Dia sadar tengah dimanfaatkan saat dalam posisi terpuruk. Katanya, dari pada dia sibuk memikirkan adiknya, lebih baik menyibukkan diri. Seperti Rajen dulu.

Tapi dia tidak segila Rajen. Beruntung Papanya cukup peka.

"Itu biar Ken ambil, kamu cukup AX aja."

Diam-diam Arka tersenyum senang. Mengejek Rajen dalam hati karena tidak bisa berkutik. Ini saja pria itu sudah terbungkam. Apalagi sampai Raja tau bila pelatihan Arka selama ini agak gila.

"Adik mu juga bulan ini sudah magang."

Lelaki muda itu menatap cepat. Kentara terkejut dan heran. "Kuliah kita aja beda setahun loh?"

"Percepatan kuliah," balas Rajen datar. Kini dia balik menatap dengan ejekan. Seolah mengatakan Arka bodoh, dikalahkan adiknya sendiri.

"Bagus kalian lulus bareng. Udah makan nanti kalian telat."

Pada akhirnya mereka makan dalam diam. Sesaat Arka nampak terdiam. Dia tidak pernah tau bagaimana kabar adiknya. 5 tahun ini dia benar-benar membatasi sebagai cara agar bisa kuat berjauhan. Walau sesekali Raja memberikan kabar mengenai perkembangan adiknya. Terakhir kali saat Kana masuk kuliah. Lalu sekarang sudah magang.

Foto pun dia tak pernah lagi menatap. Hanya dalam bayangan yang semakin kabur bagaimana rupa adiknya. Dia benar-benar membentengi diri.

"Aku berangkat dulu. Kalau Daddy mah bos, jadi enak telat."

Dia lalu bangkit menyalami dua pria itu. Dengan cepat berlalu karena waktu semakin mepet. Meninggalkan Raja yang menggeleng tak habis pikir.

"Kalau kamu suruh Arka ambil AX aja. Burendra siapa yang ambil Dek?" Rajen bertanya setelah selesai makan. Dia menatap adiknya dengan tenang.

SILENTIUM || End✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang