𝟏𝟓.𝐅𝐨𝐫𝐜𝐞 (𝟐𝟏+)

6K 101 0
                                    

Even the moon knows how passionate I am at night.

"Antar aku pulang,"ujar Arisa sambil berdiri, menahan rasa sakit di selangkangannya, gadis itu enggan menatap Denial, entah kenapa sedikit kesal dengan penjelasan yang diberikan pria itu mengenai fakta tentang ibunya. Benar atau tidaknya, mengatakan bahwa ibunya adalah siluman rubah itu benar-benar keterlaluan.

Denial mengangkat salah satu alisnya, mendengar permintaan Arisa untuk pulang.
"Kau tidak mau tinggal di sini dulu? Bagaimana kalau pihak sekolah datang ke rumahmu, bagaimana kau akan menjelaskannya?"

"Bawa aku pulang!" Mata Arisa menatapnya tajam, ada yang sedikit berbeda dari cara gadis itu menatapnya, membuat Denial tersenyum miring.

"Kau membentakku? Benarkah? Apakah begini caramu berbicara dengan suamimu?"

Arisa menyipitkan matanya.
"Bawa aku pulang." Ada penekanan dalam intonasi Arisa saat gadis itu mengulang perkataannya yang membuat Denial melangkah lebih dekat, pria itu tidak suka diperintah.

"Pulang ya?" Denial langsung menarik kasar lengan Arisa hingga gadis itu kehilangan keseimbangan dan tubuhnya terjatuh ke pelukan Denial. Arisa menjerit gugup, ia mencoba melepaskan diri namun Denial terus menekan pinggangnya agar tetap diam.

Arisa kemudian mengalihkan pandangannya membuat Denial mendengus kasar, gadis itu benar-benar tidak dalam suasana hati yang baik. Dia segera menyingkirkan keengganan hati mereka masing-masing dan pindah tempat ke kamar Arisa, mendorong gadis itu dengan kasar hingga dia terjatuh di tempat tidurnya sendiri.

Arisa sedikit meringis dan hendak berteriak saat Denial menekan tubuhnya, mulut gadis itu langsung ditutup oleh tangan Denial. Arisa menatap mata merah Denial yang tampak menakutkan.

"Jangan melawan," titah Denial dengan suara serak sambil melepaskan tangannya dari mulut Arisa dan membuat gadis itu diam.

Denial segera menjauh dari tubuh Arisa dan segera keluar dari kamarnya, menghilang ,meninggalkan sosok Arisa sendiri di sana. Gadis itu segera duduk dan mendengus kasar.

Pandangannya kemudian menatap langit-langit kamar, entah mengapa perasaan sedih menyergapnya. Bayangan  ibunya yang sudah setengah baya tiba-tiba terlintas di benaknya, kenangan, kehangatan, tawa, entah kenapa membuat Arisa menitikkan air mata. Gadis itu mulai amat merindukan malaikat pelindungnya, perlahan-lahan ia menundukkan wajahnya dan mulai terisak-isak dalam hati di dalam kamarnya sendiri.

Arisa terus menangis dalam diam, meremas seragamnya sedikit untuk meluapkan emosinya. Ibunya pasti sangat senang melihatnya bisa melihat dengan normal tanpa kacamata, tetapi di sisi lain, ibunya pasti sedih melihat kondisinya saat ini.

Memikirkan semua itu hanya membuat kegelisahan Arisa semakin memuncak, gadis itu pun menangis sesenggukan, ia tak sanggup jika sudah menyangkut ibu yang sangat dicintainya. Ia menangis cukup lama lalu langsung berbaring. Karena merasa sangat lelah dengan sisa-sisa air matanya, Arisa pun mulai tertidur.

Memasuki dunia mimpinya hingga malam datang.

Nenek dan kakek Arisa yang pulang kerja dan mendapati cucu perempuannya tidur mengenakan seragam sekolah merasa kasihan padanya, sehingga mereka membiarkannya tidur untuk menghilangkan rasa lelahnya. Meninggalkan gadis itu sendirian di kamar dengan tubuhnya yang lelah, beristirahat diiringi noda air mata di pipinya.

Malam semakin larut, nenek dan kakek Arisa mulai beristirahat di kamar masing-masing dengan keheningan yang ada. Membiarkan malam menciptakan kedamaian.

Tepat di tengah malam, tidur Arisa sedikit terganggu, gadis itu perlahan membuka matanya, merasakan udara dingin menerpa tubuhnya. Gadis itu langsung mengerjapkan mata beberapa kali.
Menyadari bahwa hari telah malam.

Marriage With The Devil (GHOST CURSED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang