Selamat membaca 🐹
***
Plakkkk
"Tidak becus, kamu gagal Alice." Putri yang selama ini ia sayang, kini ia pukul dengan membabi buta. Lebam mulai terlihat di sekujur tubuh perempuan tersebut, Alice menangis tersedu-sedu.
Sakit. Sangat sakit.
"Kamu memang menyusahkan dan tidak ada artinya lagi bagi saya. Membuat Kennan jatuh cinta padamu saja, kamu Gagal!"
"Anak tidak tahu untung!"
"Papi..."
Bughhhhh!
"Jangan memanggil ku dengan sebutan itu, putri yang tidak bisa di andalkan seperti mu, memang anak perempuan itu adalah aib." Baskara menggeram marah, ia tidak peduli lagi akan Alice kini.
"Papi...sakit...Arghhhhh...hiks pap—"
Plakkk!
Bughhhh!
Bughhhhh!
Bughhhhh!
Tamparan dan pukulan kembali di dapatkan Alice, sedangkan satu pria lainnya hanya terkekeh pelan saja. Ia seperti deva ju akan kejadian yang ada di hadapannya kini.
"Hanya itu?" Denzi melangkah ke arah Baskara yang memegang tongkat besi itu, pria itu melemparkan tongkat tersebut kesembarang arah.
"Ingin saya ajarkan bagaimana menghukum seseorang yang gagal dari keinginan kita?!" Baskara menoleh singkat dan menggeleng, "Dia adalah parasit saya. Maka biar saya yang menghukum nya. Jika ia mati, baguslah memang dari awal saya tidak menginginkan nya."
Degg.
Alice mendongak menatap papinya ada sorot kecewa dimata yang bergelinang air mata tersebut, "Mari menerima hukuman mu, Alice."
"T-tidakkk...Alice...M-mohonnn...jangaann papiii," tubuhnya sudah tak bertenaga lagi hanya suara yang bisa ia keluarkan walaupun tidak terlalu besar. Tubuhnya sudah lemah, karna siksaan Baskara yang tidak main-main, Ayah yang menjadi kebanggaan nya dan kebahagiaan kini menjadi iblis dalam sekejap mata.
Menyiksa nya tanpa main-main karna gagal membuat anak musuhnya mencintai nya, Alice menggeleng lemah kala tangan sang ayah melayang dengan sebuah botol minuman kaca yang di kepal Baskara kuat.
"Alice, kamu memang tidak ada untungnya bagi saya. Hanya parasit dalam hidup saya," Alice menggeleng kecil, mata itu terpejam kuat saat botol kaca tersebut telah pecah mengenai kepalanya.
Darah segar mengalir disela-sela rambut Alice, darah merah pekat membasahi wajahnya. Pukulan itu tak main-main, terlihat oleh serpihan kaca yang tertancap pada luar kepala Alice.
"Woooww," Denzi tersenyum smirk dan menepuk tangannya kuat sambil mengangkat sebuah cangkir yang berisi air beralkohol. Baskara menatap datar kini pada putrinya yang sudah tak berdaya lagi, mata itu menatap sayu dirinya.
Salah satu kaki Baskara ia angkat dengan menekan kepala Alice yang ada pecahan kaca itu, sangat kuat sampai teriakan kesakitan keluar dari mulut Alice. "ARRRRGGGGHHHHHHH," Sungguh itu menyakitkan, Alice menangis, perempuan itu masih terdapat sedikit kesadaran.
Melihat putrinya tetap sadar dan tidak tiada membuat serangain indah terlihat di wajah pria 40an itu. "Kamu masih hidup Alice?" Mata yang dilumuri oleh darah itu menatap Baskara tanpa arti, nafasnya terengah-engah.
Baskara tersenyum, ia melirik beberapa anak buahnya yang sekitar 10 orang berdiri di sekeliling tempat ruangan pribadi nya, Melihat tatapan mencurigakan oleh Baskara entah kenapa seketika membuat Denzi tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
2. Kepahitan dalam Cinta [END]
Mystery / ThrillerSebelum baca cerita ini lebih baik baca cerita orang tuanya dulu ya, biar gak bingung nanti. Jangan lupa follow, komen dan votenya. See you. JANGAN LUPA RAMEIN AND FOLLOW *** "Hay gue kennan Lo siapa?" "Kenzo." *** "Lo seperti kakak gue yang hilan...