BAB 52

119 20 34
                                    

Taehyung merangkul kepala Yoona. Rambut isterinya itu berantakan namun justru semakin membuat jantung Taehyung berdebar-debar keras.

"Kau tahu, Yoona?"

"Tahu apa?" Yoona mendengak. Pelukan lengannya masih melingkar erat di tubuh Taehyung. Meskipun mereka berdua berbaring di atas karpet tanpa mengenakan sehelai benang, meskipun hujan masih merintik di luar jendela paviliun, sepasang suami-isteri itu sama sekali tidak merasa dingin.

"Aku masih naksir padamu."

"Naksir? Mungkinkah?"

"Kau tak percaya?" Jari-jari tangan Taehyung bermain-main di rambut Yoona. "Rasakanlah debaran jantungku ini."

Yoona meletakkan telapak tangannya di atas dada Taehyung yang lengket oleh keringat. Jantung suaminya itu berdetak kencang. "Apa yang membuat dadamu bergemuruh sekencang ini?"

"Engkau. Engkaulah alasannya." Senyum Taehyung. "Bukankah tadi aku bilang kalau aku masih naksir padamu?"

"Tak mungkin." Cibir Yoona. "Kau sudah memilikiku----tubuh, hati, jiwa, dan segala yang kupunya. Mana mungkin kau masih naksir padaku. Seperti anak remaja saja." Yoona mengikik geli.

Taehyung mengubah posisi tubuhnya sehingga wajah Yoona berada tepat di depan wajahnya. "Setiap kali menatapmu, jantungku masih saja bergetar tak karuan. Apalagi kalau kau sedang tersenyum seperti ini. Aku jadi teringat saat pertama kali kita berjumpa. Kau sama sekali tidak mengenakan riasan apapun----kecuali mungkin sedikit lipgloss. Tapi saat itu hatiku menyeletuk bahwa kau sangat cantik sekali."

"Tapi waktu itu kau belum naksir padaku." Yoona mencubit dada Taehyung. "Padahal aku sudah kesengsem padamu."

Taehyung memamerkan senyumnya yang sangat menawan. "Oh, ya? Kau sudah naksir padaku sejak pandangan pertama, ya?" Taehyung selalu senang menggoda Yoona----mengingatkan sang isteri tentang siapa yang terlebih dulu jatuh cinta di antara mereka berdua.

"Salahmu. Kenapa kau begitu tampan dan menawan hati? Seharusnya kau tahu kalau wajahmu ini terlalu menarik untuk dilihat oleh perempuan manapun di dunia ini."

Taehyung terkekeh. Ia senang setiap kali Yoona memuji ketampanan wajahnya. "Kau beruntung ya karena si tampan ini hanya jatuh cinta padamu."

Yoona menarik leher Taehyung, "ya, aku sangat beruntung." Kecupnya mesra dan penuh rasa syukur.

"Tapi kau tetap menyuruhku untuk berselingkuh." Decah Taehyung----berpura-pura kesal.

"Untung saja kau tidak menuruti perintahku itu, ya?" Yoona tersenyum pahit.

"Apa kau menyesal sudah menjebakku dengan Seyoung?"

"Aku sangat menyesal." Yoona mengangguk. "Semalaman tadi aku tak bisa memejamkan mata karena membayangkanmu mencumbu Seyoung."

"Kau cemburu?"

"Sangat. Hatiku rasanya seperti yang dirobek-robek, padahal aku hanya membayangkannya saja."

"Apa sekarang kau masih ingin menyuruhku untuk berselingkuh atau memiliki kekasih gelap?"

Yoona menggeleng kuat-kuat. "Tidak. Aku tak mau. Aku tidak akan sanggup jika harus membagi dirimu dengan wanita lain."

Taehyung meremas tangan Yoona. "Kalau begitu jangan pernah membagi diriku dengan siapapun."

Yoona mengangguk dan tersenyum lirih. "Aku memang bodoh, ya, Tae?"

"Ya, kau memang bodoh." Segurat senyum terukir di bibir Taehyung.

"Maafkan aku. Aku tidak akan pernah mengulangi kebodohanku itu." Yoona menggigit bibir penuh sesal.

WHEN LILAC IS FALLING [VYOON FANFIC]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang