46% FINNALLY!

77 2 0
                                    

Pada sebuah lorong panjang dan gelap itu, kakinya melangkah perlahan dengan mulut mendumal sambil memegang jidatnya yang berdarah. Terkadang Tirta berpikir kalau ia itu bukan yang paling kecil diantara mereka, karena nyatanya orang yang lebih tua darinya itu lebih kekanak-kanakan dibanding dirinya.

"Udah pada tua ada aja kelakuannya! Berdarah kepala gue!"

Kini ia tengah mencari ruang UKS untuk mengobati lukanya itu. Sesekali ia juga memastikan sekitarnya agar tidak ada orang di sekolah ini. karena sejak awal misi ini, Agam dan Gangga setuju kalau siapapun yang tau keberadaan mereka dimalam ini, mereka harus membunuhnya detik itu juga.

Setelah berjalan melewati lorong akhirnya terlihat juga ruang UKS yang ia cari itu. Nampak kalau pintunya itu tak dikunci dengan lampu yang masih menyala. Sebenarnya Tirta juga tidak curiga atau apa, karena sejak jaman sekolahnya dulu pintu UKS memang tidak pernah dikunci karena biasanya satpam juga kerap menginap di UKS. Mungkin sekarang yang membedakan adalah lampunya yang tidak pernah mati?

Namun, ketika kakinya itu hendak sampai di ruang UKS, Tirta justru dibuat mematung ketika ia melihat tiga orang keluar dari ruangan itu sambil bergurau. Tubuhnya semakin tidak bisa bergerak ketika ia menyadari bahwa salah satu dari ketiga orang itu adalah...

Denora Isyana.

"Muka lu kek bekicot magetan!"

Sementara itu jantung Nora hampir merosot ke tanah ketika hampir tengah malam yang ia anggap sudah tidak ada satu orangpun yang tinggal disini selain dirinya Alya dan Asoka, Nora kini menemukan laki-laki tinggi dengan jidat yang terluka?

Ah tidak...bukan itu maksud Nora. Lebih tepatnya ketika kedua matanya itu bertemu dengan sepasang netra gelap yang selalu bersinar, yang membuat Nora semakin terbius dengan rupa laki-laki yang kini berhadapan dengannya.

Alisnya itu tebal dan hitam, bibirnya indah dan merona, garis rahangnya itu begitu tegas, kulit wajahnya juga pucat ditambah dengan warna matanya yang menyala karena sinar bulan. Ketika ia memandang langit malam itu ia menyadari kalau bulan bersinar penuh. Apakah ia bertemu vampire?

"TIRTA?!!"

Tunggu siapa? Tirta?

Tidak tidak...tidak mungkin. Laki-laki itu tidak akan kembali sampai kapanpun. Bahkan ketika vampire berubahnya bukan lagi menjadi kelalawar tapi menjadi tapir sekalipun, Tirta tdak akan kembali.

"Lo? Lo ngapain...enggak lo kemana aja?!"

Bahkan ketika Alya dan Asoka sudah bisa bersuara ketika melihat laki-laki ini, Nora masih belum bisa berkata apapun. Entah karena otaknya berusaha mencerna hingga membuat lidahnya kelu atau memang, Nora menolak kehadiran Tirta yang sudah ia anggap tidak akan pernah kembali lagi itu.

Namun ketika bibir laki-laki itu mengucap namanya

"No..nora..."

Rasanya seluruh anggota tubuhnya itu melemas. Nora bahkan harus dibantu Alya dan Asoka ketka ia hampir roboh ketika mendengar suara Tirta.

Dadanya itu sakit luar biasa ketika Nora lagi-lagi berusaha memastikan laki-laki didepannya. Hatinya seperti remuk ketika laki-laki itu muncul lagi didepannya setelah berhasil membuat dirinya hampir gila ditinggalnya. Hingga sebulir air mata itu jatuh membasahi pipinya ketika ia memandang Tirta, "Brengsek kamu Ta."

Dibalik wajahnya yang datar itu, Tirta merasakan ada belati yang menjelma pada sebuah kalimat tajam yang menghunus ulu hatinya, membuat Tirta juga tidak bisa berkata apapun pada Nora. Ia juga melihat betapa kecewanya dua temannya itu ketika memandangnya.

Hingga ia mendengar langkah seseorang dibelakangnya. Ketika ia menoleh, matanya membulat saat Bisma sudah menodongkan sebuah pistol yang mengarah pada tiga orang didepannya. Hal itu jelas membuat tiga orang itu langsung syok bukan main melihat ada orang dibalik Tirta yang menodongkan pistol dengan tatapan tajam kearah mereka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 26 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THE TIM Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang