33. Askara Bhumi Laksamana

4.9K 570 64
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!

Ig wp : caniasa_ne (jangan lupa follow)







Yang bahagia juga punya luka. Tawa yang biasanya terdengar paling keras ia keluarkan hanya untuk menyelaraskan luka yang ia pendam rapat-rapat didalam dada.

Tapi bukan berati yang biasa saja tidak punya luka, semua ada luka nya masing-masing. Cuma beda cara mengungkapkannya saja. Ada yang ditutupi lewat tawa, lewat sikap yang terlalu biasa atau lewat senyap yang tidak pernah bersuara.

Hari ini, luka yang sebelumnya sudah hampir hilang, kembali tergores dan robek.

Luka tanpa adanya darah yang mengalir, jauh lebih menyakitkan daripada luka yang terlihat nyata oleh mata.

Kata ketiga saudaranya, ia adalah hal yang paling istimewa dari segalanya.

Sayangnya, bagi dirinya sendiri, ia hanya orang lemah yang tidak akan bisa bertahan tanpa mereka.

Ya, dia itu lemah.

Saudaranya adalah rumah, jika salah satu mengalami kerusakan, maka rumah itu tidak akan sempurna untuk ditempati. Begitu juga dengan pemiliknya.

Dia pengen marah, tapi tidak tau pada siapa, marah juga tidak ada gunanya. Toh, selama ini ia tidak pernah didengar jika berpendapat, tidak pernah diterima jika memberi saran, bahkan tidak pernah ditanya apa maunya.

Tak apa, jika ini demi ketiga saudaranya, ia akan lakukan semuanya. Ia tak ingin rumah itu hancur hanya karena keegoisannya.

Flashback on

Ada dua anak kembar berumur sekitar 5 tahunan sedang melakukan panggilan vidio lewat handphone yang entah mereka dapatkan dari mana

"nanti mau hadiah apa kalian, nak?" Terdengar suara lembut diseberang menyapa indera

"Kakak mau robot!! Yang besar!" Jawab yang lebih kecil lebih dulu dengan semangatnya

Tak ingin kalah, yang satunya lagi menyahut tak kalah semangat "Kalau abang mau mobil-mobilan dad!!!!"

---

"Abang, kakak kecil, daddy punya hadiah... TADA!!!"

"Buat abang mana?"

"Itu kan ada dua bang"

"Tapi abang minta mobil bukan robot" ucapnya cemberut. Terlihat lucu sekali padahal, tapi sayangnya mata dengan warna coklat gelap itu berkaca-kaca menahan tangis

"Sengaja gak daddy beliin biat nanti abang bisa main barengan sama adik di rumah"

"Tapi abang udah janjian main mobil-mobilan baru sama dery"

Dery yang disebut adalah anak tetangga sebelah

"Yang ada dulu aja bang, daddy capek mau istirahat, kalian jangan lupa istirahat"

Selepas perginya sang daddy, terlihat bahu yang semulanya kokoh, jatuh kebawah dengan lesunya, tangan kecil yang mengusap ujung mata, untuk kemudian tersenyum lebar ke arah sang adik yang menatapnya iba.

"Abang sedih ya?"

"Eh, enggak kok!! Ayo main robot sama-sama"

"Tapi kan abang gak suka main robot"

"Siapa bilang? Suka kok, yaudah ayo" tangan mungilnya menarik pelan lengan sang adik kemudian tangan sebelahnya memegang paper bag besar yang didalamnya berisi hadiah miliknya begitupun dengan si adik yang kini tersenyum manis ke arahnya.

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang