34. Askara Bhumi Laksamana

5.1K 535 59
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!





Saat kesadarannya hampir habis, darah yang menetes membahasahi pelipis, bahkan nafas yang hampir habis, kara melihat kakaknya yang juga melihatnya dengan senyum tipis. Tadi, sebelum keduanya menghantam kerasnya aspal jalan raya, kara merasakan kakaknya mendekap tubuhnya yang meluruh dan melindungi kepala kara dengan telapak tangan kekarnya. Kakaknya juga rela membiarkan tubuh dan kepalanya menyentuh kerasnya jalan lebih dulu demi melindunginya.

Kara berusaha menggapai tangan kakaknya yang sudah berlumuran darah yang berasal dari belakang kepala. Kepala kara juga terluka, tapi tidak separah kakaknya.

Disaat kara berusaha menyamping, disitulah ia merasakan sakit yang teramat dari pinggang serta punggungnya. Mungkin karena tadi bagian itu yang tertabrak mobil lebih dulu. Pikirnya.

"K-ka-k"

Tidak kuat. Dalam sekali kedip, pandangan kara mengabur dengan dengungan kencang yang membisingkan telinga. Samar-samar kara mendengar suara ribut, ada banyak derap langkah yang mendekat, yang kara dengar, orang-orang langsung histeris saat sadar bahwa yang kecelakaan adalah salah satu putra madhava laksamana. Mereka tidak mengenal dirinya, tapi dirinya lebih dulu ditolong untuk diselamatkan.

Kara berusaha membuka matanya meski susah payah "ka-kak hah tol-long" kara berucap sembari menoleh ke arah kakaknya yang malah banyak yang memvidiokan daripada menolongnya yang lagi dalam keadaan sekarat.

"Hhh hah To-long pa-k hhkk ka-k"

"Nak dewa juga akan ditolong nak, kamu tenang dulu ya, kalian akan dibawa di ambulance yang sama" jawab salah satu orang yang menolong kara.

"Betul nak, kita juga masih dalam daerah dekat rumah sakit, nak dewa yang meminta kami untuk menolong kamu lebih dulu "sambung yang lainnya

Saat kara baru saja memasuki mobil ambulance dan diberikan pertolongan pertama, raga sang kakak menyusul untuk dibaringkan disebelahnya. Kara kembali menoleh ke arah sang kakak, kakaknya seperti mengucapkan maaf tanpa suara, tangannya juga perlahan menyentuh tangan kara dan menggenggamnya dengan erat seolah memberi kekuatan.

'ma-af d-ek,' tangan itu perlahan terangkat menghapus darah yang mengalir didahi sang adik. Mengelus pipi tembem itu dengan jari jempolnya

Seakan lega mengetahui luka di kepala adiknya tidak terlalu parah, hanya lecet sedikit didahi sehingga berdarah. Dewa tersenyum lagi sebelum berakhir menutup matanya. Selain karena lelah, sakit yang tidak kunjung hilang sangat menyiksa. Dewa memilih untuk hanyut dalam ketenangan yang datang menjemput.

Kara masih menyaksikan kakaknya terpejam. Tangan yang semula berada dipipinya, kini terkulai lemas. Kara yang merasa sakit dipunggungnya semakin menjadi, memilih mengikuti sang kakak yang mencari ketenangan lewat pejam.

。⁠◕⁠‿⁠◕⁠。


Sementara di kamar rawat gara, terlihat aksa yang sedang membersihkan tubuh anak itu dengan telaten. Sekitar sepuluh menit yang lalu, gara tersadar setelah tiga hari tidur dalam pingsannya.

"Abang"

"Iya,hm?"

"Makasih"

Aksa terkekeh, kemudian mengusak rambut gara dengan pelan. Membuat gara tersenyum senang diperlakukan selayaknya adik oleh abang sulungnya. Jarang-jarang abangnya ini bersikap manis begini.

"Abang"

"Apa lagi, hm??" Tanya aksa gemas melihat tingkah sang adik yang menurutnya lucu. Kenapa ia baru sadar?

Askara Bhumi Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang