Chapter.25 (S2)

311 62 16
                                    


↷✦; w e l c o m e ❞

Suara jam dinding terus berdetak, Alihnya berusaha memberitahu pemuda yang sedang duduk di sofa untuk segera tidur karena waktu sudah larut malam.

Sementara dengan pemuda yang dimaksud hanya bisa berdiam diri, kakinya sedari tadi bergoyang, wajahnya terlihat begitu gelisah seperti sedang ada masalah sehingga membuat pemuda tersebut hanya bisa diam di sofa.

Bahkan jarum jam sudah menunjukkan pukul satu malam, makannya dari tadi suara detakan jam dinding bersuara dengan keras karena ruangan yang begitu sunyi, suara tersebutlah yang menginginkan pemuda tersebut untuk melihat dirinya karena sudah terlalu larut.

"Mn.." Kedua bola mata nya menatap benda pipih yang ia pegang. "Udah jam satu.." lirihnya pelan, kemudian beralih menatap pintu apartemennya yang masih tertutup dengan rapat dengan tatapan teduh.

'Gen.. When are you coming home..'

─── ・ 。゚☆: *.☽ .* :☆゚. ───

Tempat yang bersenuasa warna biru dan merah begitu terlihat oleh mata pandang orang ketika memasuki tempat tersebut, sehingga membuat kedua bola mata mereka harus menyipitkan mata mereka ketika melihatnya.

Di dalam tempat tersebut sudah terdapat sebuah meja dengan kursi yang tentu saja begitu enak dilihat untuk di duduki, selain meja, terdapat seorang Barista yang diam di tempatnya, meskipun begitu kedua tangannya tetap lincah untuk membuat minuman pelanggan.

Tidak salah lagi, tempat tersebut adalah Bar. Biasanya banyak yang datang kesini hanya karena banyak fikiran, atau ada juga yang ingin memuaskan hasrat seksual mereka disini. Termasuk pemuda bernama Gentar yang duduk dengan punggung yang menunduk lesu, jangan salah paham! Ia kesini hanya untuk meredakan fikirannya, bukan untuk memuaskan hasrat seksual nya disini!

Sudah ada yang lebih aman dan selalu ada untuk dirinya ketika hasrat seksual nya menaik, mengapa harus mencari disini yang sudah tidak aman, yang telah di bongkar oleh banyak orang.

"Mau?" Tawar Barista tersebut kepada pemuda yang masih asik tiduran di meja. "Gen, kesini ngapain?" tanyanya tiba-tiba.

"Redain fikiran..?"

"Mn, benar. Kalau begitu kenapa tidak diminum alcoholnya?"

"He forbade me."

"Oh, sorry."

Gentar mengangguk kecil sebagai jawaban singkatnya.

"Kalau mau meredakan fikiran tidak perlu ke sini—"

"Ngusir?" potong Gentar menyalang.

Kepala sang Barista tersebut menggelengkan kuat. "Siapa yang bilang begitu? Aku cuman bilang kalau mau meredakan fikiran tidak perlu ke bar. Ke tempat yang sepi dengan pemandangan yang bagus saja, itu yang baru ampuh buat meredakan fikiran yang banyak dan mencari solusinya. Dia melarang mu kesini, kan? Nah, maka dari itu pergi ke tempat yang enak dipandang saja dari pada disini yang begitu berisik. Bahkan mereka tidak bisa berhenti menari." jelasnya kemudian beralih ke perempuan yang menari-nari tidak jelas di hadapan pria paruh baya, Alihnya menggoda pria paruh baya yang ada di hadapannya.

Tubuh mereka seketika meremang, mengapa perempuan tersebut ingin sekali di sentuh oleh pria paruh baya itu? Menjijikan dan tidak tau malu baginya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: 3 days ago ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Target - [Gensop] Where stories live. Discover now