36. Askara Bhumi Laksamana

7.9K 569 34
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!

Ig wp : caniasa_ne (jangan lupa follow)







Tengah malam sekitar jam 23.45, disaat semuanya telah tertidur pulas, tapi kara malah membuka matanya. Sedari tadi ia hanya pura-pura tidur.

Perlahan tubuh mungilnya bangkit dan turun dari ranjang dengan pelan supaya tidak menimbulkan suara.

Nasal kanula yang terletak dihidung sudah ia lepas, lagian dadanya sudah tidak merasa sesak. Dengan mendorong tiang infusnya pelan-pelan, kara melangkah menuju ranjang disebalik tirai pembatas.

Ya, tujuannya ialah dewa.

Kalau ada yang bilang kara bucin dewa, kalian salah. Kara tidak bucin, bagi kara, dewa adalah tempat dimana ia merasa nyaman. Tempat ia pulang. Tempat ia berlabuh saat ia kehilangan arah dan merasa kesepian.

Karena hanya dewa yang bisa memenuhinya.

Kara duduk dikursi samping ranjang dewa, kemudian menidurkan kepalanya dilipatan tangan kanan karena tangan kiri kara masih tertancap jarum infus. Ia tidak bisa melihat jelas wajah kakaknya, sebab kamar ini sudah mematikan lampu dan diganti dengan lampu tidur. Maklum VVIP.

Saat kara ingin memejamkan matanya untuk segera menyentuh alam mimpi, sebuah tangan lebar mendarat di kepalanya, membuat kara kembali mendongak melihat siapa gerangan yang menyentuh kepalanya

"Kenapa tidur disini, hm?"

Satu pertanyaan dilayangkan dengan sangat lembut dan suara pelan. Bahkan kara dapat melihat senyum tipis yang terbit dibibir pucat nya. Dengan cahaya remang-remang kara dapat melihat betapa menenangkannya wajah yang sedari tadi ia rindukan.

"Ada yang sakit?" Tanya nya sekali lagi, tapi kali ini terdengar sedikit khawatir.

"Eh e-eng-ga. aka hanya ingin tidur disini, boleh?"

"Tidak"

"Ta-tapi kenapa?" Tanya kara kecewa.

"Nanti badan kamu akan sakit, diatas dengan kakak tidurnya"

"Nanti kena luka kakak"

"Ranjangnya luas dek, kakak akan lebih geser ketepi biar gak terlalu dempet, sini naik"

Kara mengangguk senang. Ini yang ia butuhkan sedari tadi.

Setelah naik, kara duduk diam menatap sang kakak yang asik membenarkan jarum infusnya sendiri yang bergeser karena terlalu banyak bergerak. Untung yang diinfus sebelah kanan, jadi gak searah dengan infus kara yang berada ditangan kiri.

"Kak"

"Hm? Kenapa?"

"Kenapa kakak bangun?"

"Kakak memang belum tidur,sedari tadi kebangun, terus belum tidur lagi" balas dewa sekenanya. Tadi saat adiknya berjalan dari ranjang sebelah, ia mendengar suara dorongan tiang infus, tapi dewa malas merubah posisi apalagi saat mendengar bunyi itu mendekati ranjangnya.

Jadi, saat kara menidurkan kepalanya disisi kanannya, dewa bisa menyadari secara langsung.

"Kenapa kakak gak tidur, kakak kan masih sakit" tutur kara berusaha tetap bersuara pelan agar tidak membangunkan yang lain.

Apa kakaknya mendengar percakapannya dengan daddy mereka beberapa saat lalu?

"Karena mata kakak gak mau merem" balas dewa asal sembari terkekeh pelan. "Adek kenapa bangun?, adek kan juga masih sakit"

"Aka udah engga sakit, aka juga belum bobo dari tadi, aka pengen bobo sama kakak, pengen peluk juga, boleh?"

Dewa terkekeh kembali "manja banget sih adik kecil kakak ini. boleh-boleh, sini baringan"

Askara BhumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang