37. Askara Bhumi Laksamana

4K 476 52
                                    

Typo tandai!
Vote dulu sebelum membaca!!

Ig wp : caniasa_ne (jangan lupa pollow)






Silent readers, Bisulan😌.

Dua bulan berlalu sejak dimana putra-putra dhava di rawat di rumah sakit. Kara pernah di vonis mengalami cidera punggung ringan. Sekarang anak itu sudah pulih dan beraktivitas seperti biasa. Begitupun dengan kondisi dewa dan gara, keduanya sudah membaik dan sudah belajar berdamai dengan situasi dan traumanya masing-masing.

Madhava juga sudah mulai sibuk lagi dengan urusan kantornya. Sesekali mahesa datang bersama kedua putranya, Renan dan alex.

Selama dua bulan pula, kara tidak melihat lagi galan dan teman-temannya. Jaylen sering berkunjung, tapi tidak dengan galan. Di sekolah pun kara tidak pernah melihatnya.

Kara belum sempat bicara banyak dengan abang sepupunya itu, apalgi galan sempat membantunya waktu itu. Jadi bocah 13 tahun itu memutuskan mengunjungi tempat yang mungkin seperti markas galan dan teman-temannya disekolah ini. Kara sempat mengingat jalannya sewaktu galan mengantarnya pulang.

Kara berjalan pelan menuju rooftop saat bel istirahat baru saja dibunyikan, kara izin ke teman-temannya bahwa ia akan menyusul dan ada urusan sebentar.

"Sepi. Waktu itu bang lan kesini" gumam kara saat melihat kursi rooftop yang kosong dan rapi.

Kara terus berjalan sampai ia menemukan bangunan seperti ruangan rahasia di ujung rooftop yang berdindingkan kaca yang dibalut gorden yang sedikit menjorok ke dalam. Ia bisa melihat, didalam sana terlihat galan serta satu orang lagi yang ia kenal. Kara mendekat dengan mengendap-endap agar tidak ada yang melihat kehadirannya.

"SELALU BEGITU ALASAN KAMU GALAN!!! TAPI TIDAK PERNAH BERUBAH! KAPAN KAMU TERUS BERSIKAP BEGINI?! HA!!??" Teriak seseorang yang kara kenal.

Teriakan yang tidak pernah kara dengar sebelumnya, siapa sangka dia bisa begitu. Terlihat galan yang tidak merespon dan hanya menunduk

Tapi yang membuat kara lebih kaget ialah saat orang itu menjambak rambut abang sepupunya itu hingga ia mendongak, sesaat setelahnya wajah itu tertoleh kesamping.

Tamparan yang meninggalkan jejak merah dengan jelas di pipi putih galan. Tapi anehnya, ia tetap tidak bereaksi apa-apa. Seolah tamparan tadi bukanlah apa-apa. Bahkan tatapannya sangat kosong.

Ah, kara merasa dejavu.

Ia pernah melihat tatapan yang sama dengan milih galan, kakak keduanya. Ya, tatapan yang sama. Tatapan yang paling kara takutkan adalah tatapan kosongnya. Saat kara melihat pria yang bersama galan mengambil sesuatu didalam lemari diruangan itu, seketika kara terbelalak kaget. Dengan spontan kara keluar dari persembunyiannya dan berlari, kemudian membuka pintu kaca itu dengan kasar dan terburu. Membuat galan dan pria yang bersmaanya tadi kaget melihat kedatangannya.

Kara segera beralih mendekati galan dengan buru-buru memeluknya dan menyembunyikan galan dibelakang tubuh kecilnya.

Kara menatap nyalang orang didepannya "Om apa-apaan!!! Ja-jangan sakiti abang!!" Sinis kara walau sedikit terbata. Ia masih syok melihat apa saja yang baru saja terjadi didepannya.

"Ka-kara" kaget nya terbata-bata

"Kenapa om jay lakuin ini ke abang? Abang kan anaknya om jay juga? Kenapa om tega?" Tanya kara kali ini dengan suara rendah

Jaylen terdiam, tapi kemudian ia melihat galan dengan tatapan benci "anak ini memang pantas mendapatkan semuanya, sudahlah tidak berguna bikin malu keluarga pula!!!" Sinis jaylen kemudian meninggalkan ruangan itu dengan menghembaskan sebuah rantai besi kearah galan, untungnya tidak kena

Askara BhumiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang