II. Titik Balik

5.6K 196 27
                                    

Kamu sanggup hanya dengan melihatnya saja kemudian tahu kalau dia dalam keadaan baik?

Memangnya kamu yakin kalau kamu bertanya tentang keadaannya atau hal sepele lainnya, kamu dapat membuatnya merasa senang sebab kamu memperhatikannya?

Tidak mau berubah pikiran?

Kamu kira setelah dia dekat denganmu, dia tidak akan berpaling ke arah lain?

Memangnya kamu yakin kalau bersama denganmu saja sudah cukup dan lengkap baginya lalu dia akan mulai memikirkan tentang kalian?

Tidak mau berubah pikiran?

Kamu sangka duduk-duduk santai saja bisa membuatnya memperhatikanmu?

Memangnya kamu yakin kalau dengan menunggunya menyatakan cinta duluan itu adalah hal terbaik? Bagaimana kalau diantara kalian tidak akan pernah ada yang mengucapkan kata itu?

Tidak mau berubah pikiran?

 

Kamu duga dia tersenyum padamu karena dia menyukaimu?

Memangnya kamu yakin kalau dengan bermanja-manja padanya, kamu bisa melabelkan frase "Dia Milikku" pada dirinya?

Tidak mau berubah pikiran?

Kamu anggap mengais-ngais potongan memori masa lalu tidak membuatmu sakit hati?

Memangnya kamu yakin kalau dengan menangisinya, merindukannya, dan menyesali kepergiannya akan membuatnya kembali padamu?

Tidak mau berubah pikiran?

 .

.

.

Jangan sok tegar! Kamu bukan dewa!

Selagi masih ada waktu, ungkapkanlah yang sejujur-jujurnya.

Kamu punya suara! Kamu berhak mengutarakannya!

Dia ada di dekatmu, untuk apa lagi menunggu waktu yang tepat.

Hatimu sakit? Suruh siapa jatuh cinta! 

Tanggung saja akibatnya sendiri, jangan membebani dia dengan perasaanmu.

Kamu marah? Suruh siapa tidak mendengarkanku!

Jalin persahabatan dengannya lagi, buat dia nyaman berteman denganmu.

Tidak mau? Apa salahnya mencoba!

Siapa yang tahu kalau dia juga sebenarnya mencintaimu lebih dari yang kamu kira.

L'Éternité et AprésWhere stories live. Discover now