Penyamaran

3.2K 257 16
                                    

"Apa maksudmu? Kau belum pernah datang ke acara seperti ini sebelumnya bukan? Lalu mengapa tiba-tiba kau memutuskan untuk—"

"Bagus bukan? Akan ku jadikan malam ini pengalaman pertamaku datang sebagai perwakilan dari Perusahaan Fixlerin. Aku, Cecil Fixlrein, akan datang menggantikan kakakku," ucapnya sambil tersenyum, yang aku tahu itu sangat terpaksa.

"Aku tahu kau sedang marah padaku. Tapi kau tak seharusnya berbuat hal ceroboh seperti ini, Cecil," kataku tegas sambil menatap matanya tajam.

"Aahh. Berhenti menceramahiku. Kau pikir aku anak kelas 5 SD? Aku sudah berumur 13 tahun. Ayo Iru!" Cecil pun menarik tangan Iru dan beranjak pergi dari ruang makan. Iru menatapku sejenak.

"Pergilah. Turuti kemauannya," ucapku dingin dan berlalu dari sana.

Suara langkah kaki menggema di koridor yang ku lewati. Dengan cepat tanganku membuka pintu kamarku. Aku melepas pita yang bertengger di kepalaku dan melemparnya asal ke kasur.

"Cecil.. Bagaimana bisa ia berubah sedrastis itu? Aku tak pernah melihatnya bersikap kurang ajar seperti itu sebelumnya," gumamku sambil menatap langit-langit kamarku.

"Apa aku benar-benar melakukan suatu kesalahan yang tidak bisa termaafkan? Sampai kapan aku akan jadi manusia yang hina seperti ini?" Gumamanku terhenti karena suara ketukan dari luar pintu.

"Nona?" suara Ken.

"Hm?"

"Bolehkah saya masuk?"

"Tentu." Ken membuka pintu dan segera masuk ke kamarku. Ia duduk di tepi kasurku dan menatapku yang masih berbaring tak mengubah posisi oleh kehadirannya. Ia hanya diam dan menatapku.

"Jika kau kemari hanya untuk diam dan menatapku kau bisa pergi, Ken," sindirku sambil melirik ke arahnya.

"Maafkan saya. Saya sungguh menyesal. Karena perbuatan bodoh saya menceritakan masa lalu Anda kepada Iru, semuanya terbongkar dengan mudahnya. Bahkan pada orang yang paling Anda cintai di dunia ini, Nona Cecil. Saya tahu bahwa Anda menjaga rahasia itu bertahun-tahun. Namun saya membongkar semuanya dengan mudahnya—" suara Ken terdengar bergetar.

Aku terduduk dan memandanginya.

"Ini bukan salahmu. Setiap keputusan yang diambil pasti memiliki resiko bukan? Dan resiko itu terjadi kini. Sesuatu yang wajar," jawabku santai.

"Tidak, Nona. Saya telah menghancurkan hubungan baik antara adik dan kakak. Ah, saya sungguh bodoh. Bahkan saya juga membuat Iru terebut dari Anda." Kalimatnya yang terakhir membuatku sedikit terkejut.

"Merebut? Iru bukan siapa-siapa, Ken. Jadi—"

"Saya tahu," tukasnya cepat.

"Huh?"

"Saya tahu Anda menyimpan rasa pada Iru. Tidak hanya sebagai teman atau pelayan dan tuan. Tetapi perasaan cinta kepada lawan jenis. Ah, Anda tumbuh menjadi seorang gadis remaja, Nona." Senyumannya mengakhiri kalimatnya. Aku terdiam sejenak lalu menghela nafasku.

"Ah.. aku sungguh tidak bisa menyembunyikan apapun darimu, Ken. Karena kau telah bersamaku selama lebih dari lima tahun."

"Ya, aku mempunyai perasaan lebih pada Iru. Aku tahu itu salah. Aku mencintainya. Lalu apa yang harus ku lakukan? Aku mulai menyadari perasaan ini saat school trip. Tepat saat aku menyadarinya, ia sedang berciuman dengan orang lain. Lalu saat aku sampai ke rumah kau menceritakan masa laluku pada orang yang ku cintai. Ia mengetahui semua aibku. Adikku pun mengetahui semuanya."

"Nona, cukup. Itu akan membuat saya semakin merasa bersalah," potong Ken.

"Aku hanya menceritakan kisahku. Kau boleh mendengarnya atau boleh menutup telingamu. Cecil mengetahui semuanya lalu ia marah besar padaku, mungkin benci, atau bahkan tidak sudi melihat wajahku lagi. Lalu Iru berusaha menenangkannya. Ah, malam ini Iru terlihat tampan bukan? Tapi sayang bukan aku yang bersanding dengannya saat ini. Katakan apa ada hal yang jauh lebih buruk bisa terjadi padaku?" kataku tersenyum remeh. Ken hanya menunduk dan mungkin merasa bersalah. Amat sangat merasa bersalah.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang