Bagian 08

10.5K 1.6K 475
                                    

Dedarah
Bagian 08

a novel by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

○●○

Apa hantu paling terkenal di daerah kalian?

Percayakah kalian kalau orang yang mati arwahnya bisa gentayangan?

Saat kecil, apakah kalian pernah diharuskan pulang sebelum Maghrib karena akan ada Wewe yang menculik anak-anak?

Sekarang kalian sedang baca sambil duduk, berdiri, atau tiduran? Atau ada gaya lain?

○●○

Darma sudah mendengar semua ceritaku. Dia menatapku, seperti masih mencoba memahami cerita yang kukatakan dengan cepat tadi. Lalu, dia memutar, melihat ke atas, dan kembali menghadap ke arahku.

"Kau mungkin saja sedang paranoid," kata Darma. Ternyata dia sama saja. "Maksudku saat kau melihat adikmu melakukan hal berbahaya: menyeberang, melompat dari pohon. Lalu, masalah kutukanmu, bisa saya bilang ini semacam santet. Seseorang ingin melukaimu dengan menggunakan ilmu hitam.

Apa yang saya katakan ini disebut sebagai hipotesis. Jawaban sementara yang muncul dari praduga. Jawaban saya kemungkinan akan berkembang setelah kita mulai meneliti masalah ini," ungkapnya yang ternyata cukup meyakinkan.

"Bantu aku," kataku. "Aku memang tahu, kita tidak banyak bicara, bahkan kita tidak pernah saling memanggil—kecuali kau mungkin. Namun, kurasa aku sedang berharap padamu."

Aku menjadi sosok seperti ini—memohon dan mengharapkan orang lain—karena ada rasa dendam dan amarah yang ingin segera kuluapkan pada siapa pun yang telah mengutukku. Segala reputasi Darma yang sering dibicarakan orang membuatku punya harapan dia bisa membantuku. Aku tidak mungkin minta bantuan ke ibuku, atau orang dewasa lainnya.

"Saya cukup mengerti kondisimu. Rema yang sombong dan selalu mengusir saya sekarang sedang mencoba meminta bantuan. Tenang. Sebagai seorang gentleman, saya akan membantu," kata dia yang mulai menyebalkan. "Dengan satu syarat."

"Apa?" Aku tidak suka berbasa-basi.

"Jadilah pacar saya," jawabnya seraya tersenyum penuh kemenangan.

Jika masalahnya tidak seberat ini, mungkin aku akan segera menendangnya, dan meludahinya. Namun, kurasa ada peluang muncul di sini. Biarkan saja dia mengharapkan itu—menjadi pacarku—agar dia punya semangat lebih. "Aku akan mau jadi pacarmu, jika pelakunya sudah tertangkap."

"Deal!" Darma mengajakku berjabat tangan.

Aku mengangkat tanganku dengan malas.

"Ayo, keluar dari hutan ini." Dia memandang sekitar. "Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan jika ada orang lain memergoki kita," ujarnya yang kemudian mulai berjalan.

"Arah keluar lewat sini," kataku seraya menunjuk jalan yang benar.

"Maaf," kata dia yang kemudian melangkah ke jalan yang kutunjukkan.


Darma ingin mengajakku ke markasnya. Aku tidak tahu apa yang dia sebut markas, mungkin rumahnya atau bangunan lain yang dia gunakan untuk menghabiskan waktu. Namun, aku bersikeras untuk mengecek Rajo di rumahku. Aku tidak bisa tenang jika aku belum melihat Rajo—yang asli—baik-baik saja.

Dedarah 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang