Chapter 8

3K 289 43
                                    

Di hari pemakaman yukiya. Karma bisa melihat ketegaran hati nagisa. Saat nagisa menyambut ramah semua kerabat yang datang untuk berdoa di makam yukiya. Berbanding terbalik saat ia mengantar yukiya ke peristirahatan terakhirnya. Nagisa terus menangis, sampai akhirnya ia jatuh pingsan.

Tamu-tamu sudah pergi dari rumah nagisa kecuali karma

Nagisa hendak ke dapur manaruh sisa makanan ke dalam kulkas, Tapi mendapat karma yang duduk di meja makan "Ah, kenapa masih di sini karma-kun, pulanglah orang tua mu pasti khawatir"

Kama menengok ke asal suara
"Tadi ibuku berpesan, bahwa kau harus Menginap di rumahku untuk malam ini nagisa"

"Aku disini saja karma-kun, aku tidak apa kok. Hari ini.. terima kasih ya, kau sudah banyak membantu" tolak nagisa sopan

"Bukan masalah. karena kau menolak tawaranku. Aku akan menginap disini malam ini"

"Ehh... Begitu ya? Baiklah kalau gitu"

(∆_¶)

'Kondisi ibu saat di rawat sangat memprihatinkan. Selain dari keadaan pendarahan di otaknya, ternyata ibu mempunyai penyakit paru-paru. Sehingga ia harus memakai tabung oksigen, dan masih banyak lagi alat bantu untuknya bernafas. Mungkin penyebabnya karena ia terlalu banyak bekerja. Pelaku kecelakaan ibuku menanggung biaya Rumah Sakitnya. Ia sudah bertanggung jawab.. .Aku bersyukur ibu sudah tidak kesakitan lagi' nagisa duduk di jendela kamarnya. Sambil melihat bintang malam. Sampai sebuah suara memecahkan lamunannya.

"Hey, masih belum tidur?" karma yang berbaring di futon. Berbalik menghadap nagisa

"Maaf, apa aku membangunkanmu?" nagisa menghadap ke arah karma

Karma berdiri dan menghampiri nagisa dan ikut duduk di jendela "nggak, aku belum tidur"

"....."

"Karma, menurutmu aku harus bagaimana?" nagisa buka suara

"Huh?" karma heran

"Aku memilih jalan untuk bersekolah di SMA kunugigaoka adalah keinginan ibuku. Ia bilang, setiap lulusan dari sana, memiliki koneksi untuk kerja dan masuk univeritas mana saja. Makanya aku giat belajar sehingga mendapat beasiswa. Agar saat lulus, aku akan bekerja di sebuah perusahaan. dan membelakangi mimpiku menjadi dokter.." ucap nagisa murung

"..." karma terdiam mendengar penjelasan nagisa. Sekarang ia mengerti kenapa nagisa tidak pernah membalas jika dia dan siswa lain mengerjainya.

"..Tapi sekarang.. semua nggak ada artinya" lanjut nagisa menundukan kepalanya

"Kalau begitu, raihlah mimpimu itu, dan nikmatilah hidup tanpa beban untuknya. Bibi pasti akan bicara begitu" jawab karma

"Hm, begitu ya" mata nagisa berkaca mendengarnya.

"Ah, itu karena bibi khawatir denganmu, katanya kamu terlalu bekerja keras"

"Ah, itu.." air mata nagisa satu persatu jatuh. Nagisa mulai menagis

Karma terpaku melihat air mata yang jatuh dari mata nagisa, Sakit sekali melihat keadaan nagisa yang seperti ini, cukup! ia sudah tidak mau melihat nagisa menagis lagi. Mulai sekarang ia berjanji pada dirinya sendiri akan menjaga nagisa dan selalu berada sampingnya.

Karma menarik nagisa kedalam pelukannya. Dan memeluknya erat, menyalurkan kekuatan untuk nagisa

"..." nagisa membulatkan mata kaget. Setelahnya Nagisa kembali menangis, ia merasa hangat dalam pelukannya, ia merasa ibunya lah yang memeluknya. ia terus menangis dalam pelukan karma
.
.
"Pagi, apa tidurmu nyenyak" sapa nagisa di meja makan. sedang merapikan makanan

A Tomorrow For MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang