Hari ini, pengunjung yang datang di tempat kerja Shilla lebih banyak dari hari biasanya. Hal itu dikarenakan akan ada acara wisuda di salah satu universitas swasta yang berada di dekat sana.
“Shilla, kamu sibuk nggak? Tolong ambilin make up baru di ruang persediaan dong. Udah aku pisahin di atas meja.”pinta salah satu pegawai disana.
Shilla yang baru saja selesai merias salah satu pengunjung pun mengangguk. Ia langsung melangkahkan kaki nya menuju ruang persediaan.
Tak lama Shilla pun kembali dengan membawa sekotak peralatan make up yang dimaksud salah satu teman kerja nya itu. Setelah memberikan peralatan make up kepada temannya, ia pun membereskan tempat yang ia pakai untuk merias pengunjung tadi.
Saat ia sedang sibuk merapikan tempatnya itu, ia pun di kagetkan oleh suara yang berasal dari dekat pintu masuk.
“Mba sebenernya mau masuk nggak sih?”kata seseorang itu dengan keras.
Suara itu berhasil membuat seluruh orang yang berada di ruangan itu kaget dan kompak menoleh. Termasuk Shilla.
Ia memalingkan kepala nya ke sumber suara. Seketika matanya terbelalak kaget. Dilihatnya salah satu teman kerja nya itu bersama seorang wanita yang sedang menatapnya. Wanita itu, wanita yang sangat dikenal nya. Ify.
Shilla terdiam. Tak mungkin untuknya kabur dan menghindar dari Ify saat ini. Karena ia tau, semua akan percuma. Shilla hanya bisa pasrah. Yang dapat Shilla lakukan hanya satu.
Menghadapi wanita itu.
Ify juga terdiam. Berdiri di tempatnya dengan mata yang terpusat pada satu titik. Kedua bola mata Shilla. Ia menatapnya tajam. Tak peduli dengan orang yang sedang menatap heran ke arah nya.
Shilla pun menghela nafas berat. Ia melangkahkan kakinya menuju orang yang ia yakin ingin menemui dirinya.
Saat sudah sampai di depan Ify, Shilla menolehkan kepalanya ke arah teman kerja nya yang tadi membentak Ify.
“Ini temen aku, mba. Dia mau ketemu sama aku.”ucap Shilla
Mendengar ucapan Shilla,teman kerja Shilla mengangguk mengerti. Ia menolehkan kepalanya ke arah Ify.
“Bilang dong mba kalo mau ketemu sama Shilla. Jangan berdiri aja di depan pintu. Mba itu ngehalangin jalan tau nggak?”kata teman kerja Shilla dengan sinis kepada Ify.
Mendengar kalimat yang memekakan telinganya, Ify pun langsung menoleh ke arah teman kerja Shilla dan menatapnya tajam. Membuat orang yang di tatap seketika ciut saat melihat tatapan Ify yang menurutnya mengerikan.
Menyadari itu, Shilla pun langsung menarik tangan Ify dan membawanya ke luar salon. Ia sama sekali tak ingin Ify mengeluarkan kata-kata pedas yang dapat membuat teman kerjanya itu menangis.
Diluar, Shilla melepaskan tangan Ify dan langsung berdiri berhadapan dengan wanita itu.
“Ngapain lo kesini?”tanya Shilla sambil menatap Ify.
Ify melengos mendengarnya. Ia menghela nafas berat. Tak menyangka kalimat itu akan terlontar di awal pembicaraan mereka.Ify pun menolehkan kepalanya ke arah Shilla dan menatapnya tajam.
“Lo itu orang paling jahat yang pernah gue kenal.”kata Ify lirih namun terdengar tajam.
Shilla terdiam. Ia tak bisa berkata lagi, lidahnya kelu seketika mendengar ucapan itu. Ucapan yang paling menohoknya. Ia hanya bisa berdiri dan membalas tatapan dari manik mata wanita yang kini ada di hadapannya. Menunggu kelanjutan dari ucapan yang akan ia lontarkan.
Ify menatap dalam mata Shilla.
“Selama 2 minggu lo ngilang. Gue hubungin lo, nomor lo nggak aktif. Gue dateng ke rumah lo, ke tempat yang sering lo datengin, tapi lo nggak ada di sana. Di tengah keterpurukan gue karena gue nggak nemuin lo, gue dapet kabar yang ngebuat gue pengen langsung ngebunuh lo. Ternyata lo udah keluar dari Hervic dan pindah ke sekolah musuh besar kita.”ucap Ify. Ia menghela nafas berulang kali untuk mengatur napas nya, agar kedua mata nya yang sudah berair itu tak mengeluarkan isinya.
Shilla masih terdiam. Ia sama sekali tak berniat untuk membalas ucapan Ify. Shilla ingin Ify mengeluarkan seluruh caci maki yang Shilla yakin sudah lama dipendamnya.
“Meski gue marah besar sama lo, tapi gue nggak pernah ngubah pemikiran gue untuk ketemu sama lo. Meski lo sekarang udah jadi bagian dari musuh besar Hervic, gue tetep nyari lo. Gue nggak peduli dengan moto, misi atau visi sekolah kita yang bersangkutan tentang Expend. Dan ini balesan lo ke gue. Lo nanya ngapain gue dateng ke sini. Lo itu sebenernya punya hati atau nggak sih?!” ucap Ify mengeluarkan segala uneg-unegnya. Tanpa mengedipkan mata, air mata yang sudah ditahan nya pun jatuh ke pipi nya.
Shilla terhenyak. Tak menyangka wanita seperti Ify dapat melakukan itu semua. Ia pun memalingkan wajahnya. Sama sekali tak sanggup melihat temannya itu menangis di hadapannya.
“Lo nggak tau, banyak pertanyaan yang selama ini ngeganggu pikiran gue.”ucap Ify.
Shilla menolehkan kepalanya dan kembali menatap wanita yang ada di depannya.
“Lo dimana? Gimana kabar lo? Apa lo baik-baik aja? Apa lo terluka?”ucap Ify sambil menatap Shilla dengan air mata yang mengalir deras di pipinya.
“Semua itu yang ngebuat hati gue nggak tenang.”lanjutnya.
Ify menunduk. Ia memejamkan matanya.
“Gue takut, Shilla. Gue takut lo kenapanapa.”ucap Ify terisak.
Tanpa sadar air mata Shilla juga mengalir. Membayangkan orang yang ada di hadapan nya ini begitu mengkhawatirkannya,
Shilla pun melangkah maju, mendekati Ify yang masih menunduk. Ia pun merengkuh tubuh Ify. Membiarkan wanita itu menangis dalam dekapnya.
Shilla sendiri memejamkan matanya. Meluapkan segala kerinduan yang jujur ia pendam selama ini. Sejenak melupakan keinginannya, untuk tidak bertemu siapapun dalam masa lalunya.
***
“Wah, bener-bener nyari mati tuh orang.”ucap Sion saat mendengar cerita Gabriel mengenai Tristan yang keukeuh tidak mau menceritakan apa yang dibicarakannya dengan Ify.
Sion menoleh kearah Cakka yang saat itu sedang menyeruput minumannya.
“Kita nggak ngasih pelajaran aja, Cak sama Tristan itu?”tawar Sion
Gabriel pun ikut menatap Cakka. Berharap temannya itu akan menganggukan kepalanya dan menyetujui usul Sion.
Cakka pun berhenti meminum minumannya. Ia mencomot kentang goreng yang tersaji di depannya.
“Biarin ajalah. Dia kaya gitu kan karena perintah Ify. Hargai aja kenapa?”ucap Cakka yang langsung di sambut kecewa oleh Gabriel.
“Emang lo nggak penasaran, Bos. Apa alasan Ify yang tiba-tiba berubah aneh hari ini?” timpal Ray.
Membuat mereka semua yang berkumpul di sebuah cafe itu menoleh kearah Cakka.
Cakka terdiam. Jujur ia penasaran, sebenarnya ada apa dengan sahabat wanita nya itu. Tapi jika di pikir-pikir, Ify juga memiliki hak untuk tidak menceritakan segala hal tentang dirinya. Yang Cakka lakukan saat ini bukan karena ia tak ingin tahu apa yang terjadi. Tapi ia hanya berusaha menjaga privasi Ify.
“Udahlah. Kita nggak perlu tau masalah Ify. Kalo Ify nggak mau Tristan ngebocorin masalahnya ke siapapun, kita ikutin aja mau nya.”putus Cakka.
Gabriel menghembuskan nafas nya berat.
“Tapi gimana kalo Ify itu nemuin cowok, Cak. Lo nggak takut apa kalo Ify di apaapain sama orang itu?”ucap Gabriel.
“Lo cemburu?”tanya Irsyad tiba-tiba.
Pertanyaan itu sontak membuat semua teman-temannya menoleh ke arah Gabriel.
Gabriel sendiri bingung. Mulut nya sedari tadi terbuka untuk mengucapkan sesuatu, namun tak ada satu pun yang terlontar dari mulut nya.
Hal itu membuat teman-temannya, termasuk Cakka tertawa geli melihat tingkah Gabriel yang salah tingkah itu.
“Lo masih suka sama Ify?”tanya Irsyad lagi.
Pertanyaan itu membuat Gabriel semakin salah tingkah. Ia menggelengkan kepalanya.
“Nggak.”ucap nya dengan susah payah.
Kini mereka tertawa lepas. Tak peduli bahwa tempat dimana mereka berada adalah tempat umum yang dikunjungi oleh banyak orang. Mereka sama sekali tak bisa menahan hasratnya untuk tertawa. Lucu bagi mereka, sesosok Gabriel yang mengerikan saat bertarung melawan musuh bisa begitu berbeda jika menyangkut masalah Ify, mantan kekasih nya itu.
***
Ify dan Shilla duduk di kedai di samping tempat kerja Shilla. Tempat dimana ia duduk saa ia pertama kali bertemu dengan Tristan.
Ify sedang memakan makanan ringan yang tersedia di kedai itu. Sedangkan Shilla asik meminum lemon tea nya.
Tak lama, Ify pun menyodorkan hp nya ke arah Shilla. Membuat Shilla mau tak mau menatap ke arah wanita itu.
“Nomor lo? Catet yang bener. Kalo sampe lo boong, gue bakal buat berantakan tempat kerja lo itu.”ancam Ify
Shilla mendecak kesal mendengar perkataan temannya. Ia pun meraih ponsel Ify dan mencatat nomor baru nya di sana.
Setelah ia men’save kontak nomornya, ia langsung memberikannya ke Ify.
Ify pun dengan segera meraih hp nya dan memencet tombol hijau untuk melakukan panggilan.
Hp Shilla yang berada di kantong bajunya bergetar. Ia mengambil hp nya dan melihat nomor asing tertera di layar ponsel touchscreennya.
Shilla langsung menatap Ify. Yakin nomor itu adalah milik orang yang ada di depannya kini.
Ify langsung memutuskan sambungan panggilannya.
“Oke. Ternyata lo nggak bohong sama gue.”kata Ify sambil menatap Shilla
Shilla melengos. Temannya satu ini sangat kekanak-kanakan.
“Ohya, gimana keadaan lo? Baik-baik aja?”tanya Ify.
Shilla menolehkan kepalanya dan menatap ke Ify lagi. Ia tersenyum miris.
“Nggak terlalu baik menurut gue.”jawab Shilla.
“Gue tau. Lo pasti dimusuhin disana.”ucap Ify yang sangat tepat mengarah pada kenyataannya.
Tak mungkin Shilla yang notabane nya mantan siswa yang merupakan musuh besar Expend akan disambut baik disana. Siapapun tau itu.
Shilla mengangguk.
“Disana juga ada orang yang ngingetin gue sama lo.”kata Shilla sambil menatap Ify.
“Ohya? Siapa?”tanya Ify sambil memakan makanannya.
Shilla menghela nafas dan tersenyum kearah Ify.
“Oik.”jawab Shilla
Mendengar kata itu, Ify menaikan salah satu alisnya. Ia pun menelan makanan yang ada di mulutnya dan memajukan duduknya sambil menatap Shilla.
“Oik itu...nama orang?”tanya Ify.
Shilla tak menjawab pertanyaan Ify. Ia hanya menggaruk belakang telinganya yang tak gatal. Tak menyangka pertanyaan konyol itu bisa keluar dari mulut teman yang ada di depannya kini.
Shilla kembali menoleh ke arah Ify. Menatap lagi temannya yang sedang menunggu jawabannya.
“Iyalah. Lo kira nama makanan?”kata Shilla kesal.
“Gue kira nama hewan.”jawab Ify cepat.
Mendengar jawaban Ify, Shilla hanya memalingkan wajahnya. Pasrah dengan kelakuan temannya itu.
Shilla menghembuskan nafas berat. Ia menoleh ke arah Ify lagi.
“Kelakuan nya aja yang kaya hewan.”sahut Shilla.
Mendengar itu, Ify mendecak kesal. Ia menyenderkan tubuhnya ke badan kursi yang terbuat dari besi itu sambil melipat dada. Ia menatap Shilla tajam.
“Jadi menurut lo kelakuan gue kaya hewan?”tanya Ify tak terima.
Shilla tak segera menjawab. Ia malah meminum lemon tea nya itu. Membasahi kerongkongannya agar kembali segar. Setelah itu ia menatap Ify yang juga masih menatapnya.
“Se’enggaknya lo udah jinak sekarang.”sahut Shilla
Ify melengos. Ia pun memajukan duduknya dan meminum orange juice nya lalu kembali memakan makanannya.
“Kenapa lo nggak jinakin aja orang itu, kaya lo jinakin gue dulu.”ucap Ify.
Shilla langsung menatap Ify. Ia terhenyak. Tapi tak lama, ia tersenyum. Ucapan Ify memaksanya kembali untuk menatap masa lalu. Masa dimana orang yang ada di hadapannya saat ini adalah orang yang dulu paling ia benci di Hervic. Ia tak menyangka, kejadian saat itu membuatnya berteman dengan Ify hingga sekarang.
Saat itu Shilla masih duduk di kelas X. Ia bersama teman-teman yang satu kelas dengan nya duduk di kantin. Menikmati makan siang sambil bercanda dan penuh dengan tawa.
Tak lama 3 orang wanita datang menghampiri meja mereka. Membuat Shilla dan yang lainnya langsung mengatupkan mulutnya dan berhenti tertawa.
Shilla menoleh ke arah orang itu,begitu juga yang lainnya. Mereka mengenal siapa yang datang. Orang yang juga duduk di kelas X tapi sudah dikenal karena sering membuat onar. Ify, Angel dan juga Zahra.
Kedekatan mereka dengan beberapa kakak kelas yang merupakan preman di sekolah itu, membuat mereka sedikit bebas untuk melakukan apa yang mereka suka meskipun mereka tergolong siswa baru disana.
“Ada perlu apa kalian kesini?”tanya Shilla.
Angel menatap orang yang berbicara itu.
“Kita nggak suka murid beasiswa makan di kantin ini. Kalian yang sekolah disini dengan gratis nggak pantes untuk dapetin fasilitas disini.”kata Angel
Shilla melengos. Ia pun menatap orang itu
“Apa hak kalian ngelarang kita? Kalian yang punya sekolah ini?”tanya Shilla
Angel langsung mengatupkan mulutnya. Zahra terdiam sedangkan Ify menatap Shilla tajam.
Mereka tak menyadari suasana riuh di kantin seketika hening dan menatap mereka. Melihat kejadian langka karena ada siswi yang berani melawan 3 orang yang terkenal mengerikan itu.
Shilla berdiri. Ia menatap Ify yang berda di depan Angel dan juga Zahra. Yakin bahwa wanita itu adalah pemimpinnya.
“Kita emang sekolah disini dengan gratis. Tapi kita layak untuk dapetin fasilitas disini karena kita termasuk siswa yang bermartabat disini. Nggak kaya kalian, orang yang suka ngerusak fasilitas sekolah dan memporak porandakan suasana sekolah yang harus nya tenang. Harusnya kalianlah yang nggak pantes untuk dapetin fasilitas di sekolah ini.”ucap Shilla
Mendengar kalimat itu, Zahra berniat untuk maju. Ingin menyumpal mulut Shilla dengan gelas yang ada disana. Tapi dengan cepat Ify menahannya. Ify menatap Shilla dengan tajam.
“Lo akan nyesel karena lo ngelawan kita. Gue akan buat lo berlutut di hadapan gue dan minta maaf sama gue.””ucap Ify.
Shilla tak menjawab. Ia hanya menatap Ify dengan wajah yang menunjukan ia tak takut sama sekali dengan gertakan Ify.
Ify pun berbalik dan meninggalkan Shilla dan yang lainnya. Angel dan Zahra pun mengikuti Ify. Mereka juga pergi meninggalkan rombongan Shilla.
Dari situlah masa gelap Shilla di Hervic dimulai. Ia telah menjadi target Ify untuk menjadi bulan-bulanannya. Ia sering dikerjai Ify, bahkan tak jarang kelakuan Ify membuat Shilla terluka secara fisik. Tapi Shilla tetap tak goyah dengan tekadnya, sampai mati ia tak akan berlutut untuk meminta maaf kepada wanita kejam itu.
3 bulan berlalu.
Shilla masih menjadi mainan untuk kesenangan Ify. Shilla pun mulai terbiasa dan tidak merasa kaget lagi jika sesuatu aneh terjadi padanya. Ia juga mulai bisa menghindari dari jebakan yang dipasang Ify untuk mentelakai dirinya.
Saat itu Shilla duduk di teras depan kelas nya. Tak lama rombongan para preman kelas X berjalan melewati kelas Shilla. Disana ada Cakka yang berjalan di paling depan, selanjutnya Ify yang dirangkul oleh Gabriel, Zahra, Angel, Sion, Irsyad, Ray dan para preman yang lainnya.
Saat menyadari keberadaan boneka nya, Ify pun menghentikan langkahnya. Karena lengan Gabriel melingkar di pundak Ify, otomatis langkah Gabriel juga terhenti. Hal itu membuat seluruh barisan yang ada di belakang mereka juga mengikuti Ify dan Gabriel. Berhenti di tempatnya.
Begitu juga Cakka yang berjalan di depan. Karena merasa tidak ada orang yang mengikutinya di belakangnya, ia pun menoleh. Di dapatinya Ify berdiri di depan seorang wanita yang ia yakin orang yang sering Ify ceritakan. Wanita yang membuatnya merasa kesal dan ingin melukainya.
Cakka menghela nafas. Ia lalu memutar tubuhnya dan berjalan mendekati Ify dan yang lainnya.
Setelah berada di dekat mereka, Cakka menatap Ify dari samping.
“Ngapain lo berhenti?”tanya Cakka.
“Gue pengen nyapa barbie cantik gue.”jawab Ify sambil tersenyum sinis.
Cakka menoleh ke arah wanita di depan Ify yang ia tahu bernama Shilla itu. Wanita itu menatap tajam mata Ify dan menunjukan bahwa ia sama sekali tak takut dengan Ify.
Semua orang yang berada di kelas lain pun keluar. Menonton para preman sekolah itu yang kini berhenti di depan Shilla. Kabar bahwa Shilla yang bersitegang dengan Ify sudah menyebar ke seluruh pelosok sekolah. Termasuk sampai ke telinga pemimpin Hervicise School sebelum Cakka.
Pemipin Hervic sebelum Cakka yang dikenal sangat menyayangi Ify layaknya seorang adik itu tak pernah mengurusi atau campur tangan masalah Ify dengan wanita yang sering ia ceritakan. Yang dapat pemipin Hervic itu lakukan hanya memberikan kebebasan Ify untuk melakukan sesuatu yang ia suka.
“Gimana? Lo udah nyiapin lutut lo untuk berlutut di depan gue?”tanya Ify menatap Shilla
“Gue sama sekali nggak berniat untuk berlutut di depan lo.”jawab Shilla cepat.
Ify tersenyum sinis.
“Ternyata 3 bulan gue ngerjain lo belum ngebuat lo nyerah juga." ucap Ify sambil tersenyum.
“Ngapain gue nyerah sama lo yang ngelawan gue dengan cara pengecut.”balas Shilla.
Senyum Ify perlahan memudar. Mendengar ucapan Shilla yang melukai telinga nya, membuat Ify menatap Shilla tajam.
“Pengecut?”ulang Ify
“Kenapa? Ada yang salah?”jawab Shilla enteng. Ia membalas tatapan Ify tak kalah tajamnya.
“Lo yang selalu ngasih gue jebakan dan ngebuat gue terluka tanpa nunjukin diri lo yang berdiri langsung di depan gue bukannya itu nama nya pengecut. Banyak orang yang ngebantu lo untuk ngerjain gue, lo punya pendukung di belakang lo. Tanpa mereka, lo bukan apa-apa. Untuk apa gue nyerah dan takut dengan orang kaya lo.”ucap Shilla.
Rahang Ify mengeras. Mendengar perkataan Shilla membuat amarah nya memuncak.
Para preman itu hanya terdiam menatap Shilla dan Ify. Sedangkan orang yang menonton mereka memandang Shilla dengan pandangan takjub, heran, dan yang lainnya. Ada juga yang ketakutan karena membayangkan apa yang akan Ify lakukan kepada Shilla selanjutnya.
Ify maju selangkah. Memperdekat jarak nya dengan Shilla. Hal itu juga membuat lengan Gabriel yang berada di pundak Ify terlepas.
Ify menatap Shilla.
“Oke. Gue ikutin mau lo. Gue akan ngelawan lo secara langsung.” ucap Ify.
Membuat semua orang yang ada disana menggigit jari mereka.
“Ikut gue.”ucap Ify sambil menatap Shilla.
Ify pun pergi meninggalkan rombongannya. Shilla menatap punggung Ify. Ia menghela nafasnya. Tak lama, Shilla pun mengikuti langkah Ify.
“Wah. Hebat tuh orang.”puji Irsyad
Sion merangkul Ray yang ada di sampingnya.
“Kita taruhan siapa yang menang.”ucap Sion terhadap Ray.
Ray mengangguk setuju.
“Oke. Gue dukung Ify.”ucap nya
“Gue dukung Shilla.”balas Sion.
Mereka langsung pergi melewati Cakka dan berjalan menyusul Ify dan Shilla.
Gabriel menatap punggung kedua temannya dan berdecak kesal.
“Dia ngebuat masalah cewek gue jadi bahan taruhan? Bakal gue hajar mereka.”ucap Iel dan berjalan menyusul mereka.
Irsyad, Angel, dan Zahra berjalan mengikuti arah temannya pergi. Saat berada di dekat Cakka, Irsyad menepuk pundak Cakka, mengisyaratkan agar Cakka mengikuti mereka dan mengetahui apa yang akan Ify lakukan.
Cakka hanya menghela nafas. Tak lama, ia pun berjalan mengikuti teman-temannya yang sudah mendahului nya.
***
Ify, Shilla, Cakka dan yang lainnya berdiri di depan lab IPA. Ruangan disana sangat luas dan terpisah dari gedung yang lainnya. Jadi para guru tidak bisa memantau mereka yang sedang berkumpul di sana.
Ify berdiri di depan Shilla dan menatapnya.
“Kita undi siapa yang akan ngasih tantangan. Kita tulis nama kita di 5 robekan kertas itu dan kita masukin ke tabung yang udah Ray ambil dari ruang lab.”usul Ify
Shilla menoleh kearah sebuah meja di dekat Cakka berdiri, yang di atas nya ada tabung transparan dan robekan kertas yang dimaksud Ify.
Shilla menoleh ke arah Ify.
“Oke.”kata Shilla menyetujui
Shilla dan Ify pun mendekat ke arah meja. Mereka menulis nama mereka di robekan kertas itu dan melipatnya kecil lalu ia masukan ke tabung transparan itu.
Setelah selesai, Ify menyerahkan tabung itu pada Cakka.
Cakka mengerutkan keningnya. Tak paham akan maksud Ify.
“Berhubung lo calon penerus pemimpin Hervic, lo yang ambil kertas ini.” pinta Ify.
Cakka menghembuskan nafas beratnya. Sebenarnya ia tak ingin ambil andil dalam masalah wanita ini, namun Cakka juga tak bisa menolak permintaan sahabatnya itu.
Cakka pun mengambil tabung itu. Ia mengocoknya dan menuangkan isi tabung itu agar salah satu dari kertas itu keluar.
Setelah mendapatkan 1 kertas yang bertuliskan nama diantara mereka berdua, Cakka pun menaruh tabung itu ke atas meja lagi.
Cakka melihat kedua wanita itu bergantian. Dilihatnya Ify dan Shilla menatap kertas itu dengan ekspresi wajah yang sama.
Cakka mulai membuka lipatan kertas itu. Membuat seluruh jantung orang yang ada disana berdegup lebih kencang dari biasanya.
Setelah kertas itu terbuka sempurna, Cakka membacakan tulisan nama yang ada dikertas itu.
“Ify.”ucapnya.
Mendengar itu, Shilla menghembuskan nafas sambil memejamkan matanya kecewa, sedangkan Ify tersenyum penuh kemenangan. Suara riuh pun menghiasi teras lab kala itu. Ada yang merasa senang, ada juga yang kecewa dan ketakutan.
Gabriel pun merebut kertas di tangan Cakka. Ia tersenyum lebar membaca nama di kertas itu. Gabriel memutar kertas itu dan memampangkan isi kertas itu kepada semua orang, menunjukan nama yang Cakka baca bukanlah kebohongan yang Cakka buat.
Melihat itu, Ify menatap Shilla.
“Ini semua bukan rekayasa gue.” kata Ify
Shilla hanya terdiam menatap wanita yang ada di hadapannya.
Melihat ekspresi Shilla yang terlihat masih ragu membuat Ify melengos. Ia menghela nafas.
“Oke. Kalo lo belum percaya, kita buktiin sekarang.”kata Ify.
Ia menatap Zahra dan Angel.
“Tuang semua kertas di tabung itu. Buka semua kertas dan taruh di atas meja. Supaya Shilla percaya, gue sama sekali nggak nuker tabung itu dengan isi nama gue semua.”perintah Ify.
Angel dan Zahra mengangguk.
Mereka pun menuangkan kertas robekan itu dan membukanya satu persatu. Mereka pisahkan nama Ify dan Shilla di atas meja.
Setelah selesai semua, semua orang pun mendekat ke meja itu, terlihat disana bahwa kertas robekan bertuliskan nama Shilla ada 5 sedangkan nama Ify ada 4.
Melihat itu, Ify menoleh dan menatap Shilla.
“Gue nggak curang kan?”tanya Ify
Shilla menghela nafas nya.
“Oke. Apa tantangan lo?” ucap Shilla
Ify menarik salah satu bibirnya. Membuat semua orang yang ada di sana merasakan firasat buruk untuk Shilla.
“Tantangan nya...”ucap Ify menggantung.
Semua orang menatapnya. Menunggu kelanjutan dari ucapan Ify.
“Balap mobil.”lanjutnya.
Mata semua orang terbelalak, termasuk Shilla. Mereka semua kaget mendengar ucapan Ify.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bonds
Fiksi RemajaExpendivic School. Hervicise School. Berdiri di antara dua kubu yang saling bermusuhan. Aku ingin melindungi ikatan itu. Aku ingin menjaganya agar tak terlepas. Ketika aku dipaksa mengorbankan salah satu dari dua hal yang aku sayangi, Bagaimana cara...