[7]

6.1K 395 8
                                    

P.S : Yang dicetak miring itu flashback yaa :) Selamat membaca.

•••

Nick duduk termenung di meja makan dengan secangkir kopi di hadapannya. Detik berlalu sangat cepat sampai tak terasa, langit yang tadinya sangat gelap dan kelam kini telah berganti dengan sinar yang menusuk mata. Kepalanya terasa sangat pening akibat terjaga semalaman.

Suara jerit pilu Claude tadi malam benar-benar membuatnya tak bisa sekedar menutup mata untuk beristirahat. Ia benar-benar khawatir pada wanita itu. Meskipun ia tahu itu hanyalah sebuah mimpi buruk, tapi hal itu justru membuatnya semakin merasa bersalah karena ia tahu dirinyalah penyebab tidur-tidur Claude tidak pernah nyenyak.

Ting tung!

Nick mengerutkan alisnya. Ia berdiri dan berjalan menuju pintu. Saat melewati ruang tengah tadi, ia sempat melirik jam masih berada di angka 6. Siapa yang bertamu sepagi ini?

Nick pun memilih membuka pintu untuk menghilangkan rasa penasarannya.

Nick sedikit tersentak saat melihat seorang wanita cantik dengan umur yang terpaut 3 tahun lebih tua darinya, sedang berdiri dengan setelan rapi dan senyuman manis di hadapannya.

"Cassie?"

"Boleh aku masuk?" tanya wanita itu. Namun sebelum Nick sempat menjawab, wanita itu terlebih dahulu menerobos masuk tak menghiraukan tatapan membunuh dari adik laki-lakinya itu.

Cassie melepas heels hitamnya kemudian berjalan menuju ruang tengah.

"Nick, aku lapar!" ucap Cassie sambil duduk di sofa dengan kaki yang ia naikkan ke atas meja.

Nick berdecak melihat pemandangan itu, "Aku belum masak," Nick duduk di depan Cassie.

"Kalau begitu buatkan kakakmu ini sarapan. Kau tidak tahu, kakakmu yang cantik ini sangat lapar dan lelah setelah menempuh perjalanan 3 jam dari rumah. Belum lagi aku harus berangkat pagi buta."

"Tidak ada yang menyuruhmu melakukan itu," ucap Nick datar.

"Ishh!" Cassie mengerucutkan bibirnya dan melempar bantal sofa tepat ke wajah Nick.

"Sakit!" sentak Nick jengkel.

"Buatkan aku sarapan, Nick!!!!"

Nick berdecak dan dengan cepat menghampiri Cassie untuk membungkam mulut wanita itu yang mulai tidak bisa berhenti merengek kencang.

"Hmmmpphh hmmmpp!!"

"Hentikan, Cassie! Kau bisa membangunkan, Claude!"

Cassie diam seketika. Ia mengangkat satu alisnya dan menatap Nick dengan tatapan menggoda. Sedangkan Nick hanya bisa berdecak dan merutuk mulutnya yang tak bisa diajak kompromi. Bisa-bisanya ia keceplosan seperti itu. Wanita itu pasti akan menggodanya mati-matian.

Nick pun melepas bekapannya dan berjalan menuju dapur.

"Hey!! Katakan padaku, siapa itu Claude, huh?!!" Cassie mengekor di belakang Nick sambil terus menggoda adiknya.

"Diamlah, Cassie!" ucap Nick jengkel sekaligus dengan pipi yang merona malu.

"Astaga! Lihat pipimu, Nicky! Kau benar-benar lucu kalau sedang salah tingkah!" Cassie tertawa terbahak-bahak.

"Namaku Nick bukan Nicky!" Nick melotot tajam.

"Nicky? Apa yang salah dengan Nicky? Aku senang memanggil adikku dengan sebutan Nicky. Nicky. Nicky."

"Berhenti, Cassie." geram Nick.

"Nicky. Nicky. Nicky. Nicky. Nicky-"

"Shit!" Nick mengumpat dan menghampiri Cassie hendak menghukum wanita itu. Namun, Cassie dengan gesit menghindar dan keduanya kini saling mengejar mengelilingi meja makan dengan tawa yang tiada henti.

How It EndsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang