12] BUBUR

10.7K 1.3K 813
                                    

Losta Connecta by Andhyrama

www.andhyrama.com// IG: @andhyrama// Twitter: @andhyrama//FB: Andhyrama// Ask.fm: @andhyrama

***

Selasa terasa tidak istimewa. Hana masih belum berangkat, tidak ada sesuatu yang menarik di kelas. Gio seperti menghindariku, sedangkan Risa tampak biasa-biasa saja. Dia mendengarkan musik dengan headset di kelas saat istirahat sembari menggoyang-goyangkan kepalanya. Ia bergumam menyanyikan lirik dengan tidak jelas dari lagu rock—sudah bisa kutebak—milik band kesayangannya.

Setidaknya hari itu aku tidak bertatap muka dengan Sella. Aku lihat dia mencari-cariku ke kantin, tetapi aku langsung bisa kabur. Dia menuju ke kelasku, aku berhasil bersembunyi di bawah meja. Dia mengikutiku ke toilet cowok, tetapi cowok-cowok di toilet berhasil mengusirnya. Sungguh yang aku takutkan dari Sella adalah dia melakukan hal-hal agresif yang membuatku malu dan risi atau lebih parah dia mulai malak padahal duitku tinggal buat beli bensin.

Aku tidak bisa mengirim pesan ke Hana lagi. Aku masih dalam masa pendekatan dengannya, masa iya aku sudah membuatnya sebal kalau aku tidak menuruti kata-katanya—aku bukanlah Sella—untuk berhenti mengirimnya pesan. Telepon pun tidak pernah dia angkat, bahkan aku pakai ponsel Aldi buat menelepon Hana, dia tetap tidak mengangkatnya. Apa kalau penjual tahu bulat dia mau mengangkatnya, ya? Masih menjadi misteri.

Hari Rabu aku harus lebih menggebu. Iya, aku tidak akan menjadi pengecut yang hanya menunggu dari depan rusun. Aku akan ke sana dan mencari Hana. Aku akan bertemu bibinya dan minta izin untuk jenguk Hana. Aku benar-benar tidak ingin menyia-nyiakan waktu dengan berharap saja, aku harus bertindak!

Sebelum mampir ke rusun aku berhenti di dekat gerobak tukang bubur ayam. Aku mau beli dua bungkus buat Hana sama bibinya juga. Untung Ayah tadi memberiku uang lebih sehingga aku tidak perlu khawatir, lagi pula kalau habis aku tinggal minta lagi dengan pura-pura buat bayar buku. Aslinya buat bayar bubur.

"Bang dua bungkus," kataku yang turun dari motor.

"Hari ini banyak banget anak sekolahan pada beli bubur, ada apa ya Dek?" tanya tukang bubur yang punya kumis yang menyatu dengan bulu hidung itu.

"Kurang tau, Bang," jawabku yang memang tidak tau apa-apa.

Aku menunggu tukang bubur sembari berpikir, mumpung otaknya masih bisa dipakai. Nanti, aku bagaimana ya pas di depan Hana? Dia lagi sakit, paling aku tanya dia sakit apa. Kalau dia jawabnya rumah sakit ada di perempatan depan aku jawab apa ya? Perempatan hatiku adanya kamu. Aduh kok rayuanku kurang berkembang ya? Kayak begitu terus. Kepada siapa aku harus berguru? Bagaimana ini? Aku harus menyiapkan diri.

Bunyi suara ayam membuatku menoleh, ternyata ada motor ngebut yang hampir menabrak ayam. Aku langsung tau siapa yang tadi lewat, Risa. Kenapa dia harus ngebut, padahal di sini banyak polwan tidur. Kalau menabrak gerobak tukang bubur lagi, baru tau rasa dia!

"Itu anak cewek yang nabrak gerobak saya, cewek zaman sekarang benar-benar sudah lepas kontrol," kata tukang bubur yang ternyata adalah korban dari Risa.

"Itu teman saya, Bang. Dia memang kayak begitu, maklum saja," ucapku bukan bermaksud membela Risa. Walau bagaimanapun masalah itu kan sudah selesai, gerobaknya sekarang juga sudah bagus lagi.

Setelah mendapatkan dua bungkus styrofoam isi bubur ayam, aku segera menuju ke rusun Hana. Aku memarkirkan motorku di halaman rusun. Aku segera masuk ke sana dan menanyakan pada seorang bapak yang sedang berdiri memandang kehampaan dengan sarung tanpa pakaian memamerkan perutnya yang buncit.

"Misi, pak! Kenal yang namanya Hana? Tinggal di rusun ini," tanyaku.

"Yang namanya Hana banyak! Yang jelas kalau ngomong!" ucapnya tak santai dengan perut bergoyang-goyang seperti ada bayi di dalamnya yang sedang menandang-nendang.

Losta Connecta 「END」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang