22. Berhenti Mencintai

42.5K 3.3K 27
                                    

Gue akan berhenti mencintai lo mulai sekarang.

• • •

Sesaat kepala Nata menunduk. Melihat kembali sebuah kertas yang dipegang sebelah tangannya yang lain.

Maaf, gue masih menyukai lo. Meskipun gue tau hati lo bukan untuk gue.

Seketika seperti ada sesuatu yang berkecamuk dalam pikiran Nata, yang membuatnya meragukan kembali niatannya untuk menaruh kertas tersebut di laci meja Naya. Nata tidak tahu, pantaskah dia melakukan hal ini, ketika sudah jelas-jelas ia tahu, bahwa Naya sudah menjadi milik orang lain?

Tapi, kalau ia masih begini terus, menuliskan ungkapan-ungkapannya di kertas itu, kemudian mengirimkannya pada Naya, bagaimana bisa ia berhenti menyukai gadis itu? Yang ada malah perasaannya pada gadis itu semakin tumbuh dan berkembang, bukan? Apa mungkin ini sudah saatnya bagi Nata untuk benar-benar menguburkan perasaannya pada Naya?

Lagi pula, bukannya yang Naya tahu pengirim tulisan-tulisan di laci mejanya selama ini adalah Nael? Dan kalau sampai ia melakukan ini lagi, bagaimana kalau Naya menanyakan hal itu secara langsung pada Nael? Bagaimana kalau setelah mengetahui bahwa pengirimnya bukanlah Nael dari mulut Nael langsung, nantinya Naya malah menaruh curiga padanya? Tidak. Itu tidak boleh terjadi. Nata harus mengehentikan apa yang selama ini diam-diam dia lakukan, sebelum semuanya menjadi kacau.

Setelah cukup lama di ambang kebimbangan, Nata memutuskan untuk urungkan niatnya. Sebelum membuka pintu kelas X IPA Dua yang hanya berjarak beberapa sekian senti di hadapannya, Nata melepaskan kembali tangannya dari daun pintu tersebut, bahkan tanpa sempat ia memutarnya.

"Gue akan berhenti mencintai lo mulai sekarang, Nay," putus Nata, sebelum akhirnya ia memutar balik tubuhnya, dan berjalan menjauh dari ruang kelas Naya.

Saat mengatakan itu Nata tahu untuk melakukannya pasti tidaklah mudah. Tapi Nata janji, ia akan berusaha keras untuk memusnahkan perasaan sepihaknya.

Sambil berjalan Nata meremas kertas yang tidak jadi ia berikan pada Naya, yang kemudian ia buang ke salah satu tempat sampah yang tersedia di koridor yang dilewatinya. Berharap perasaannya dapat ikut terbuang bersamaan dengan kertas itu.

🌺

Entah kenapa, hari ini Naya tidak merasa seperti biasanya. Sejak bangun tidur sampai jam istirahat sekarang pun, di kelas Naya tidak mengeluarkan kata sebanyak hari biasanya. Bahkan Nael pun sampai heran dibuatnya karena kebungkaman Naya yang tanpa sebab itu.

"Nay, lo sakit, ya?" tebak Sera, ketika anak-anak kelasnya yang lain sudah pada bubar mengisi perut masing-masing. Menyisakan Naya, Hellen, dan dirinya di dalam kelas.

Setelah merapikan mejanya, Hellen ikut menyeruak. Dan ia pun mewajarkan tebakan Sera ketika ia melihat wajah Naya. "Muka lo pucet amat, Nay, kayak mayat idup. Mau ke UKS nggak?"

Naya menggelengkan kepalanya pelan. "Kalian kalau mau istirahat, duluan aja," katanya seraya menelungkupkan wajahnya ke dalam lipatan kedua tangannya di atas meja.

"Mau gue panggilin Kak Nael, buat nemenin lo di sini?"

"Jangan. Kalau perlu dia nggak usah tau. Kalau dia nanyain gue, bilang aja gue lagi apa kek, jadi nggak bisa diganggu," ucapnya tanpa mengangkat kepala. Membuat suaranya sedikit teredam.

Jangankan untuk berjalan ke kantin, untuk menjawab menyahuti Sera dan Hellen saja dari tadi rasanya Naya harus bersusah payah memaksakan dirinya. Naya benar-benar kehilangan daya untuk melakukan apapun. Badannya lemas, seakan tiada energi. Kepalanya agak pusing, mungkin karena sekarang hari pertama haid.

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang