Galaksi

3.1M 123K 13.9K
                                    

"GALAKSI."

Panggilan bernada berat yang sangat familier di sepasang telinganya itu sontak membuat seorang cowok berseragam putih abu-abu berantakan yang terbalut kemeja jeans itu berhenti di tempatnya. Dia berdiri di dekat ruang tamu, pada rumah bergaya mediterania. Kacamata hitam masih bertengger manis di depan matanya. Rahangnya yang tegas, mengeras. Menunjukkan betapa tidak sukanya ia mendengar suara itu lagi. Rambut hitam legamnya acak-acakan, habis terkena angin. Sebenarnya rambut cowok itu tidak pernah tertata rapi. Ia selalu tampil apa adanya, tanpa pomade di rambut yang selalu digunakan oleh teman-temannya.

"Bener lo jadi ketua Ravispa?"

Galaksi bergumam malas. "Kenapa emangnya?"

"Galaksi kalau gue ngomong lo hadep ke gue."

"Males," kata Galaksi. "Lo mau ngapain ke sini? Mau cari perhatian Papa? Atau mau ngambil hartanya? Tapi sayangnya Tuan Ginanjar Aldebaran nggak ada di rumahnya."

"Brengsek tutup mulut lo!" seruan itu terdengar marah, menggelegar di dalam rumah. Tahu-tahu cowok itu sudah berada di sebelahnya. Galaksi tidak menoleh atau pun meliriknya. Ia sudah tahu cowok itu berada pada jarak yang dekat dengannya. Berdiri dengan gagah seperti biasa. "Gue nggak gila harta," desisnya.

"Trus lo maunya apa?"

"Gue ke sini cuman mau ngajak lo ke rumah Mama," ucapnya. "Dan tanya soal geng sekolah lo itu."

"Bilang sama dia, gue nggak bakalan ke sana," ucap Galaksi santai kontan menyulut api yang semula padam kini berkobar di dalam diri Nova. Cowok itu mendekat dan langsung menarik kerah baju adiknya, nyaris tidak peduli dengan tali persaudaraan mereka. "Dan soal Ravispa, gue emang udah jadi ketuanya."

Nova melayangkan satu pukulnya yang tepat mengenai rahang Galaksi, membuat kacamata cowok itu terlepas bebas dan jatuh pada ubin yang dingin. Galaksi yang tersungkur hanya terkekeh dan membersihkan kerah seragam sekolahnya, seakan ada debu-debu yang menempel di sana.

Tidak tanggung-tanggung, Nova mendekat dan mengajarnya kembali dengan satu bogem mentah. "Ternyata lo udah jadi anggota selama ini di sana. Iya, hah?!" suaranya makin meninggi, menunjukkan betapa marahnya cowok itu saat ini. Wajahnya memerah dengan geraham yang bergemeletuk geram. "Lo tau itu perkumpulan nggak bener?! Lo mau jadi pemabuk? Penjudi? Sama pemakai narkoba, hah?!"

Galaksi berdecak. "Hidup gue bukan urusan lo. Jadi mending lo, Supernova yang anak Mama lebih baik pergi dari rumah ini sekarang juga."

Nova menatap tak percaya padanya namun kilatan marah itu masih menyala nyata di kedua matanya.

"Oke. Gue pergi sekarang," ucap Nova dengan napas tak teratur. "Gue nyesel ke sini," pungkasnya lalu berjalan mengambil jaket hitamnya yang berada di atas meja berkaki empat dan berjalan dengan langkah gusar ke arah depan, melewati pintu besar rumah dan menuju motornya yang masih terparkir di pelataran rumah Galaksi. Cowok itu menghidupkan motor Ninja merah-nya dan tanpa basa-basi langsung pergi meninggalkan Galaksi dengan suara deru motor yang menggema seantero rumah. Hingga tanpa bekas.

Galaksi berdecih.

Ia mengambil kacamatanya lalu bangkit dan berjalan masuk ke dalam; melupakan fakta bahwa di dalam tubuh mereka mengalir darah yang sama.

★★★

Mulmed: Galaksi

Cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca ya!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cerita ini di private, follow dulu baru bisa baca ya!

GALAKSITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang