Dua Puluh Satu: Permintaan

4.9K 238 3
                                    

Ting tung

Ringtone bbm queen berbunyi.

Rida Nurkhalimah: Assalamualaikum queen, gimana kabar?

Queena Neera: waalaikumsalam. Alhamdulillah sehat. Kak rida gimana di jogja?

Rida Nurkhalimah: alhamdulillah baik. Em kakak mau ngabarin sesuatu.

Queena Neera: ceilah, apaan kak?

Rida Nurkhalimah: sudah untuk kesekian kalinya Ashraf kesini queen. Dia minta nomer ponselmu yang baru.

Queena Neera: nggak usah dikasih kak.

Rida Nurkhalimah: queen, nggak baik memutus silaturahmi. Dia baik, dia nggak salah. Nggak baik kamu menghukum ashraf seperti ini.

Queena Neera: bukan gitu kak. Aku hanya tidak ingin perasaan ini membabi buta sampai lupa pada sang penciptanya. Kalaupun aku jodoh dengan Ashraf. Tuhan akan mempertemukanku dengannya lagi.

Rida Nurkhalimah: baiklah kalau begitu. Selamat bertugas shift malam queen. Jangan lupa balik ke jogja eakkk

Queena Neera: eaak kakak. Hahahaha.

Queen menatap ponselnya.
-semoga kamu baik-baik saja raf- batinnya.

Memang yang namanya perasaan nggak pernah berhasil untuk belajar berdusta. Jauh di lubuk hati queen, dia merindukan Ashraf. Laki-laki non muslim yang mengajaknya menikah. Tapi hati queen masih terasa ngilu kala mengingat perihal kalung salib Ashraf.

Antara aku dan kamu ada kalung salib yang membatasi kita.

"Queen, anu itu ini queen". Indri terengah-engah.

"Apa? itu ya itu, ini ya ini, jangan dicampur. Bukan gado-gado".

"Pak ridwan kambuh".

Queen mengambil stetsnya dan berlari ke arah kamar inap ridwan.

"Queen tolong papa queen. Daritadi papa kambuh". Ujar bayu dengan wajah khawatir.

queen mengambil tindakan medis, hampir genap empat puluh menit queen berkutat dengan alat-alat kesehatan demi mengembalikan keadaan ridwan seperti sedia kala. Nafas ridwan perlahan kembali teratur. Dadanya tidak lagi naik turun.

"om ridwan alergi dingin, jadi suhu ACnya jangan terlalu rendah. biar nggak kumat kaya tadi lagi. Beliau sudah mendingan, saya tinggal dulu".

"Queen". Kali ini ridwan memanggil queen. Matanya sendu.

"Om ridwan jangan banyak ngomong dulu, istirahat dulu ya. Nanti makan trus obatnya di minum".

"Om ingin bicara, kemarilah".
Queen tau, ini bukan pertanda baik. Queen mendekat ke arah ranjang ridwan.

"Bayu, kemarilah nak". Bayu juga ikut mendekat ke arah samping ranjang ridwan. Sarah -mama bayu- juga ikut mendekat.

"Papa sudah tua, sudah sakit-sakitan. Papa ingin kamu menikah dengan orang yang tepat. Menikahlah dengan queen, bay. Lamar dia secepatnya. Queen perempuan baik".

Seluruh pasang mata yang ada di ruangan itu terhenyak, kecuali ridwan sang naratornya.

"Tapi pah, papah mas-"

"Papa sudah tua, papa takut umur papa nggak panjang lagi. Selagi papa masih ada umur, papa ingin melihatmu menikah bay. Itu cita-cita papa, melihat anak sulung papa menikaah dan queen bukan perempuan yang salah. Ini permintaan pertama dan terakhir papa untuk kamu". mata ridwan sangat sembab.

Senja yang BerbedaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang