28. Entah

21.2K 1.9K 52
                                    

Jangan bilang setelah tau semuanya, lo akan ninggalin dia?

• • •

"Maksud lo apa, sih, Nat? Gue bener-bener nggak ngerti." Nael bertanya dengan sorot mata menuntut penjelasan penuh. "Dengan lo berlaku seperti ini lo bikin gue bingung menyikapinya. Kemarin-kemarin lo bekerjasama dengan nyokap gue untuk menutupi masalalu gue. Tapi sekarang bisa-bisanya lo bersikap seperti ini. Sampai-sampai gue nggak bisa ngebedain, yang lo ngelakuin ini tulus karena gue temen lo, atau cuma berpura-pura semata?"

"Gue sama nyokap lo begini karena kami punya alasan, El. Yang intinya kami cuma mau yang terbaik buat kondisi lo," terang Nata yang hampir-hampir mirip maksudnya dengan apa yang dikatakan Nita.

"Kenapa Tante meminta saya untuk melakukan ini pada Nael?" Nata bertanya, saat pertama kali Tante Nita―begitu Nata menyebutnya―meminta bantuan Nata agar tidak mengingatkan Nael akan masalalunya. Terutama segala yang berkaitan dengan Naya.

"Setelah mengetahui dari banyak saksi mata yang bilang kalau saat kecelakaan itu terjadi hanya Nael satu-satunya orang yang tidak ingin diselamatkan, Tante pikir sekarang baiknya Nael tidak tahu apa-apa soal gadis itu. Karena Tante yakin sekali, penyebab Nael sampai berpikir sekonyol itu pasti adalah kepergian Naya yang tidak bisa ia terima adanya."

"Maka dari itu Tante cukup bersyukur saat tahu bahwa semua ingatan Nael tentang Naya hilang setelah ia terbangun dari koma panjangnya. Setidaknya, Tuhan masih memberi kita kesempatan untuk menjaga Nael dari hal-hal yang tidak kita inginkan. Karena tidak berkemungkinan kecil Nael akan melakukan hal yang lebih buruk dari itu, ketika ia mengingat lagi apa yang terjadi pada Naya. Ketika ia tahu kalau sebenarnya seorang gadis yang dicintanya nyatanya telah pergi meninggalkannya untuk selamanya," jelas Nita sedetil mungkin. "Kamu mengerti kan maksud Tante? Yang jelas Tante melakukan ini demi kebaikan Nael sendiri."

"Nata ngerti, Tante. Tapi, Nata rasa percuma. Karena Nata yakin suatu saat Nael pasti akan mengingat semuanya dengan sendirinya."

"Tidak. Nael tidak akan ingat selama tidak ada satu pun orang-orang di sekitarnya yang memancing ingatan itu kembali."

"Apa itu alasan Tante mengubah nama panggilan Nael?"

"Hm," Nita mengangguk. "Damar adalah nama panggilannya sebelum koma, yang juga dipakai oleh Naya. Dan Tante takut kalau dia masih memakai nama panggilan Damar, hal kecil itu juga bisa memancing ingatannya. Tante ingin membuat Nael merasakan kehidupan yang baru, setelah dia bangun dari koma panjangnya. Tante juga sudah menyingkirkan semua barang-barang yang diberikan oleh Naya dari kamar Nael. Dengan begitu, lama-kelamaan ingatan Nael tentang gadis itu pasti akan terhapuskan."

"Sebelumnya gue udah bilang berkali-kali ke lo, kan, sama lo kalau ingatan itu cuma bikin kondisi lo memburuk. Sekarang udah terbukti, dan lo bisa rasakan sendiri akibatnya. Lo masuk rumah sakit ini setelah lo mulai mengingat apa yang sebenarnya terjadi di masalalu lo," tutur Nata.

"Nael, kamu kenapa lagi, Sayang?" Alih-alih menginterupsi obrolan Nael dan Nata, seorang wanita dengan bergaya kantoran datang dan langsung menghampiri Nael panik. "Bagaimana semuanya bisa sampai seperti ini? Mama kan sudah bilang, kamu tidak perlu lagi mengingat-ingat masalalu kamu. Itu tidak penting."

"Nael udah tau semuanya, Ma."

Sedetik kemudian pergerakan Nita terhenti. Kepalanya bergerak menatap Nael yang masih terbaring. "M―maksud―kamu―apa, Nak?"

"Nael udah ingat semuanya tentang Naya. Renaya Mahira," tegas Nael.

Di sisi lain, Nata yang bingung harus berkata apa, hanya mampu menyaksikan semuanya dalam diam. Sampai seketika ia merasakan ponselnya bergetar.

Naya is calling...

Sebelum menjawab, Nata menyempatkan diri untuk keluar ruangan sejenak. Meninggalkan Nael dengan mamanya di dalam.

"Nat, lo di mana? Lagi sama Kak Nael atau nggak?"

Suara Naya yang terlalu menusuk di telinga membuat Nata refleks menjauhkan ponselnya dari daun telinganya sebentar. "Iya. Gue lagi sama Nael."

"Gimana kondisinya? Dia baik-baik aja, kan? Dirawat di mana?"

"Bisa nggak nanyanya satu-satu?"

Naya yang tidak bisa mengontrol kepanikannya, sesaat menarik napas. "Oke, maaf. Gue cuma pengen tau gimana keadaan Kak Nael?" tanya Naya dengan suara lebih pelan dan intonasi sedikit lebih tenang.

"Dia nggak apa-apa, tenang aja. Lo kalau mau ke sini, nanti gue kirim alamat rumah sakitnya."

🌺

"Gimana sama nyokap lo? Udah bisa terima ingatan lo yang udah balik?" Nata bertanya setelah memastikan sosok Nita menghilang di balik pintu yang tertutup.

Nael menggeleng seraya menipiskan bibirnya, entah.

"Oiya, tadi Naya telepon gue. Dia khawatir banget sama lo."

Mendengar nama Naya, bola mata Nael seketika bergerak cepat menatap pada Nata. "Jangan kasih tahu keberadaan gue di sini," ujarnya pelan.

"Lho, kenapa? Gue udah terlanjur kasih tau dia," sambar Nata. Melihat Nael terdiam, Nata kini curiga akan sesuatu. "Jangan bilang setelah tau semuanya, lo akan ninggalin dia?"

===

To be continue...

a/n: bingung mau ngomong apa. kalian aja deh, ada yg mau ditanyain gak?

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang