33. Terlanjur

20.3K 1.8K 102
                                    

Ibaratnya, mencintai sama seperti memberikan satu-satunya hati yang kita miliki seutuhnya pada seseorang, tanpa peduli meskipun kian hari kian meretak karena terus-menerus dilukai dan dijatuhkan.

• • •

"Kenapa lo keras kepala banget, sih?" tanya Nael yang ditujukan pada Naya, walau ia tahu Naya tidak akan mendengarnya

Daripada Naya kenapa-napa nantinya, setelah menimbang-nimbang, akhirnya Nael putuskan untuk menghampiri gadis itu. Tapi bukan berarti Nael ingin berubah pikiran. Tidak. Nael tetap pada pendiriannya. Nael menghampiri hanya untuk bilang, apapun ajakan Naya, ia akan menolak.

Melihat Nael berjalan bukan dari arah gerbang, Naya cukup heran dibuatnya. "Loh, kok Kakak jalan dari arah sana? Aku pikir―"

Ya, Nael sengaja meninggalkan motornya di parkiran sekolah agar Naya mengiranya ia masih di sekolah. Sementara sebetulnya ketika Nael melihat Naya benar-benar menunggunya di depan gerbang, Nael keluar dari gerbang belakang hanya untuk mengawasi sampai berapa lama gadisnya itu menunggunya, tanpa perlu ia tahu kalau dirinya sedang diawasi.

Tanpa menggubris apa yang Naya ucapkan, Nael langsung melempar pertanyaan pada intinya. "Lo mau apa nungguin gue?"

"Kita ke toko bu― Argh!" Tiba-tiba Naya mengerang, saat ia merasa isi perutnya seperti ditusuk-tusuk besi panas. Sakit.

"Lo kenapa?" Nael bertanya panik, dan saat itu juga Nael menyadari kalau ternyata wajah Naya sangatlah pucat. "Lo sakit!"

Dengan segera, Naya menggeleng. "Aku nggak apa-apa, Kak," bohongnya, karena terlihat jelas dari ekspresi gadis itu kalau ia sedang menahan sakit.

"Apanya yang nggak apa-apa?"

"Serius, Kak, aku nggak apa-a―" Suara Naya yang melemah secara drastis, tidak mampu menuntaskan kalimatnya. Tahu-tahu tubuh gadis itu menjatuhi dada Nael namun berhasil Nael tahan sehingga tidak benar-benar jatuh di aspal.

🌺

Nael bersyukur sekali. Untungnya UKS di sekolahnya masih dibuka. Dan susternya pun baru bersiap-siap untuk pulang. Jadi saat Naya tiba-tiba pingsan, tanpa pikir panjang Nael membawanya ke sana.

"Bajunya basah. Bahaya, ini bisa membuatnya semakin kedinginan!" Tanpa memedulikan Nael yang berdiri di belakangnya, Suster bertubuh gempal itu langsung membuka kancing kemeja yang dipakai Naya dengan gerakan cepat. Sampai-sampai Nael yang tidak sengaja terlanjur melihat tengtop dalaman yang dipakai Naya, segera memalingkan wajahnya. Malu sendiri.

"Ambilkan baju UKS di lemari," titah Suster Dee, alias suster yang membimbing anak-anak PMR dalam menangani orang-orang sakit di sekolah, yang segera dituruti oleh Nael.

Secepat mungkin Nael berusaha menemukan apa yang dia cari. Ketika dapat, Nael segera memberikannya pada Suster Dee, tanpa melihat Naya yang terbaring lemah hanya dengan mengenakan atasan tengtop bertali seukuran jari.

Menyadari sikap Nael yang malu sendiri melihat Naya, membuat Suster Dee buru-buru menambah balutan tubuh Naya dengan baju UKS yang memang disediakan untuk hal-hal urgency semacam ini.

"Pantas saja dia pingsan. Bagus tidak mati. Perutnya benar-benar kosong tak terisi sama sekali. Ditambah kehujanan dan kedinginan, membuat daya tahan tubuhnya semakin lemah. Temanmu tergolong kuat, bisa menahannya sampai sesore ini," jelas Suster Dee. Setelah sekian menit Nael menunggu sampai ia selesai memeriksa kondisi Naya. "Saya akan memberinya vitamin."

"Iya, Sus. Tapi keadaannya akan segera membaik kan, Sus?"

"Iya. Asalkan sebelum meminum vitamin ini, suruh dia makan dahulu."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 19, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Lost MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang