3- Ini

70.3K 1.8K 12
                                    

Jangan cuman dibaca vote dan comment juga ya :)

WARNING 18+ !
***

"Abis ini gue ada kelas Bu Eka. Lo bisa berangkat sendiri kesana kan Key?"

Kalimat tanya Anggi disamping nya , membuat Keyla tersadar dari lamunan. "Ahh... Iya , gak masalah."

"Serius?" Anggi malah menjadi ragu dengan solusi sebelumnya. "Jangan sendiri deh , sama Elang aja."

"Enggak. Elang sekarang ada meeting sama klien penting. Mana bisa gue minta temenin dia ke sana."

"Gak masalah kali Key. Kalo lo yang minta , Elang pasti bakal usaha-in nemenin elo. Gue kenal betul sama tuh orang."

Keyla tersenyum , menggeleng. "Gak deh. Sendirian aja , lagian cuman periksa doang. Biasanya juga gue sendiri dulu—"

"Itu kan dulu." Anggi masih tak enak. Mana mungkin dia membiarkan Keyla pergi sendiri ke tempat semacam itu. Biar bagaimana pun , tempat itu jelas-jelas tak membuat Keyla nyaman berada di sana.

Bau-bauan memusingkan kepala dan pakaian serba putih yang bikin sakit mata. Bahkan Keyla pernah bilang , dia tak menyukai tempat itu. Tentu saja Anggi ragu jika harus membiarkan Keyla pergi sendiri.

"Jangan deh Key. Kalo mau , lo tunggu kelas gue selesai aja di sini gimana? Biar gue yang nemenin lo. Gak lama , palingan cuman dua jam."

Keyla sukses menyentil jidat Anggi gemas. Dia menunjukkan senyum lesung pipit nya yang tampak begitu mempesona ke arah Anggi di depannya. "Ya kali gue nunggu lo. Yang ada udah jamuran gue juga dimarahin Kak Ilham. Mikir Nggi ,"

Anggi meringis. Tampak serba salah.

Benar apa yang dibilang Keyla. Pria yang di sebut Kak Ilham oleh Keyla tadi itu jelmaan gundrewo. Tentu saja Anggi memahami apa yang ditakutkan Keyla yang satu ini.

"Ya udah deh ," Anggi menyerah. "Kalau gitu.... Ati-ati."

"Sip." Keyla bangkit dari duduknya dan langsung pamit pergi. Dilihat nya punggung kurus Keyla yang melewati kerumunan mahasiswa dan menghilang masuk ke dalam taksi. Saat taksi itu berjalan , deru nafas yang ditahan Anggi sedari tadi pun keluar perlahan.

Masih ada sisi dalam dirinya yang tak rela membiarkan Keyla pergi sendiri begitu saja.

:::::::::

"Al... Lo seriusan sama dia?"

Suara Vanya kemarin malam entah kenapa mulai menggema di kepalanya kembali saat ini.

"Al... Jawab gue. Lo serius sama dia? Lo benar-benar gak cinta lagi sama gue? Iya?"

"Oke. Seterah elo. Gue gak peduli lagi."

Gio mengusap wajah nya—menghela nafas kasar. Entah kenapa ingatan tempo itu tak pernah hilang dari ingatan nya. Mata hitamnya yang berkaca-kaca , suara gemetar dan penuh ketakutan nya—membuat Gio kembali mengingat masa lalu nya dulu.

Tanpa sadar dia mengumpat. Merutuki diri nya sendiri kesal. Vanya... Entah kenapa perempuan satu itu membuat Gio kembali merasa lemah dan gelisah.

Kenapa dia bisa menangis seperti itu? Apa salah nya kali ini? Gio benar-benar tak mengerti. Dia sudah yakin tak lagi mencintai Vanya seperti dulu. Cinta nya dulu itu hanya masa lalu. Tak ada lagi perasaan yang tersisa untuk perempuan itu.

Tapi kenapa saat melihat Vanya menangis , dirinya merasa tak rela? Kenapa dirinya gelisah tiap kali memikirkan dan mengingat itu?

When there [is] Hope (COMPLETE)Where stories live. Discover now