Tuan Evanders akhirnya pulang ke rumah.
Pagi ini dia tidak membiarkan burung-burung gereja saling mencicit—tanda paling mencolok setiap kepulangannya dari luar kota. Tuan Evanders ingin keberadaannya menjadi kejutan bagi istri dan anak-anaknya. Paling tidak dia pulang membawa banyak kabar.
Kabut tebal menyambut Tuan Evanders seperti dayang-dayang kerajaan yang tunduk pada raja mereka sewaktu memasuki ruang singgah sana. Gumpalan kabut bergerak mengikuti ke mana Tuan Evanders melangkah, dengan lihai membelai wajahnya yang polos, membiarkan rasa dingin melekat pada permukaan kulitnya sehingga dia kelihatan lebih pucat. Memberi anggukan sopan kepada sekumpulan kabut, Tuan Evanders kemudian berjalan melalui jalan setapak berbatu yang mengarah pada pintu gerbang.
Untuk pertama kali dalam hidupnya, Tuan Evanders tidak tampak terlalu terkesan sewaktu menyewa jasa taksi dari bandara ke rumah. Tentu saja hal itu rela dia lakukan karena tidak mau istrinya sampai curiga jika Beep yang menjemput di bandara. Beruntung sopir taksi yang mendapat giliran pagi tidak menunjukkan gerak-gerik orang kesetanan. Mereka berdua bahkan sempat mengobrol tentang dunia Supranatural, yang sontak mematahkan anggapan Tuan Evanders bahwa tidak sedikit orang awam yang ternyata tertarik dengan hal-hal semacam itu.
Tuan Evanders berhenti sejenak demi menghirup udara segar di sekitar perkarangan rumahnya dengan seksama. Hidungnya mengernyit tatkala aroma terbakar merangsak masuk ke dalam indra penciumannya. Dia mengenali aroma itu—aroma kematian. Untuk kali kedua dalam sepuluh tahun terakhir, pohon Ghoul (beringin) raksasa yang berdiri di samping rumah kaca mati terpapar racun.
Bagaimana bisa itu sampai terjadi?
Sebagai penjaga rumah yang masih terbilang baru kala itu, Beep sempat disudutkan karena dia lalai dalam menjalaskan tugas malamnya. Seorang pria mabuk berhasil masuk ke dalam perkarangan rumah dan melakukan aksi kriminal. Vandalisme. Awalnya dia menyirami tanaman bunga mawar hitam milik Nyonya Eveline dengan alkohol. Belum puas dengan tindakan bodohnya itu, dia merusak segala macam tanaman langka milik Tuan Evanders di dalam rumah kaca. Seakan hal itu belum cukup puas untuk menyenangkan hasratnya, pria itu tanpa sadar membuang air kecil di depan pohon Ghoul yang sangat sakral.
KAMU SEDANG MEMBACA
Arabella & The Waterhouse Family
FantasyMaukah kamu tinggal bersama keluarga yang memiliki kuburan di halaman belakang rumah? Atau makan malam bersama mereka dengan menu otak kelelawar? Jawabannya tentu saja tidak. Tetapi kamu tidak tahu apa yang dirasakan Arabella. Akibat surat wasiat ya...