Kejadian yang ganjil (2)

3.1K 180 9
                                    

"Apa yang sebenarnya terjadi Wa?"
Tanya Sarah ketika tak sengaja bertemu dengan putrinya di rumah sakit, wanita itu tampak khawatir, dia tiba-tiba ingat bagaimana terakhir kalinya melihat putrinya itu begitu sangat khawatir menunggui seseorang yang ada diruang UGD, dan ternyata itu adalah Zufar, ayahnya sekaligus suami Sarah yang pada saat itu juga menghembuskan nafas terakhir. Ingatan itu seakan muncul lagi ketika melihat putrinya ada disana, ditempat yang sama dengan wajah khawatirnya.

"Teman kerjaku Bun, dia kecelakaan sepulang kerja, mobilnya menabrak pembatas jalan. Dan sekarang dia sedang koma."
Ucap Najwa, di iyakan oleh Velia, teman kerjanya juga Nilam.

"Astaghfirullah.."
Sarah menelangkupkan kedua tangannya didepan mulut. Langkahnya mundur dengan pasti. Kenapa ingatannya selalu memutar dimasa-masa itu, apalagi kecelakaan yang dialami oleh Nilam sekarang, itu sama halnya yang dialami oleh Sarah, dulu.

"Kenapa Bunda?"
Tanya Najwa. Yah, Sarah belum pernah menceritakan kejadian itu, dia tidak mau membuat putrinya menyimpan rasa benci pada orang yang berusaha mencelakai dirinya, begitupun yang pernah dilakukan seseorang itu pada ayahnya.
Putrinya tak perlu tau, karena seseorang itu kini sudah tak ada lagi, dan tidak akan mungkin mengganggu hidupnya beserta putri-putrinya.

"Nggak, Bunda nggak papa kok Wa.. Lalu sekarang keluarganya ada dimana?"
Tanya Sarah mencoba menormalkan lagi sikapnya

"Mereka masih dalam perjalanan dari luar negeri Tante, mungkin sebentar lagi mereka sampai sana."
Jawab Velia.

"Begitu ya, baiklah sebelum keluarganya sampai disini, Bunda akan ikut menunggui temanmu."
Ucap Sarah mendapat anggukan dari Najwa.
"Oh ya, siapa namamu Nak?"
Tanya Sarah pada Velia.

"Namaku Velia, Tante."
Jawab Velia dengan senyumnya.

"Yang di dalam?"

"Nilam, Bun."
Jawab Najwa.

Velia segera mengambil ponselnya ditas ketika nada dering ponsel tersebut berbunyi.

"Ini Mamanya Nilam mengirim pesan, kalo mereka sudah ada didepan dan memintaku untuk menjemputnya. Aku permisi ke depan dulu untuk menemui mereka? Nggak papa kan Tante kalo saya tinggal sebentar?"
Ucap Velia setelah melihat isi pesan yang membuat ponselnya berbunyi.

"Iya nggak papa Vel, biar Tante dan Najwa tunggu disini."

"Terimakasih Tante, Najwa. Aku permisi dulu, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Dan Velia dengan cepat menghilang di lorong-lorong rumah sakit.

"Aku nggak nyangka Bun, semua ini terjadi pada Nilam."
Ucap Najwa lirih.
"Baru saja kemarin sebelum pulang, tepatnya setelah meeting, kita berbincang, dan dia berkata jujur kalo sedang menyukai bos kita."
Najwa tertawa miris. Waktu itu dia masih melihat tawa dari perempuan yang sekarang sudah terbaring lemah didalam ruang UGD.

"Menyukai bos?"

Najwa menjawabnya dengan senyuman kemudian mengalihkan pandangannya kearah wanita itu.

"Apa semudah itu Allah mengubah sebuah kebahagiaan dengan tawa menjadi sebuah kesedihan yang bahkan airmata saja tak bisa dibendung."

"Ingatlah Wa, kebahagiaan dan kesedihan tak pernah berjalan sama-sama, namun mereka tetaplah berdampingan. Kebahagiaan ada, kesedihan pun ada. Namun mereka tak pernah saling menilik, dan saling peduli, karena mereka ada pada titik yang berbeda. Sekarang bahagia, belum tentu esoknya kita akan bahagia pula, begitupun sebaliknya. Allah bisa mengubahnya, semudah kita membalikkan tangan bahkan lebih dari itu. Bukan untuk menjatuhkan kita, namun agar kita tetap ingat, bahwa kebahagiaan itu berdampingan dengan kesedihan, tidak selayaknya kita jatuh begitu saja saat kesedihan menghampiri, karena dihati kita meyakini bahwa akan ada kebahagiaan selanjutnya."
Ucap Sarah mencoba menjelaskan.

"Tapi Bun, apa menurut Bunda ini tidak aneh. Kejadian itu sangatlah mustahil, begini Bunda, tadi sebelum Bunda datang, ada pihak polisi yang menyelidiki kasus kecelakaan Nilam kesini. Mereka memberitahukan hasil penyelidikannya, bahwa rem mobilnya itu terputus, padahal jika itu terjadi, dia sudah kecelakaan sejak berangkat dari rumah kan Bun? Tapi kenapa itu terjadi pada saat perjalanan pulang. Ini aneh."
Ucap Najwa. Yang membuat Sarah kembali terhenyak.

Oh Ya Rabb, kenapa kejadian dimasa lalu terasa terjadi lagi sekarang. Tapi kenapa itu harus terjadi pada Nilam, sebenarnya siapa perempuan itu sampai dia ingin dicelakai oleh orang.

"Bunda kenapa?"
Tanya Najwa lagi untuk kedua kalinya melihat mimik wajah Bundanya yang berbeda seperti biasanya.

"Nggak papa, mmm, lalu apa yang dikatakan oleh pihak kepolisian lagi?"

"Mereka masih mencari penyebabnya, tapi mereka yakin ada seseorang yang sengaja memutuskannya. Tapi naasnya, seseorang itu tak meninggalkan jejak sedikitpun. Pihak kepolisian pun menjadi kesulitan."
Ucap Najwa dengan gusarnya. Begitupun dengan Sarah.

Adibah? Apa wanita itu yang melakukannya lagi? Dia wanita yang licik. Ah tapi mana mungkin, wanita itu sudah menghilang sejak dirinya dimasukkan kepenjara atas perbuatannya.

"Bunda kenapa sih?"
Tanya Najwa lagi ketika kembali melihat mimik wajah Bundanya berubah lagi, sekarang terlihat begitu khawatir.
"Bunda ada pikiran ya?"

"Tidak. Tapi Bunda yakin, seseorang yang telah mencelakai temanmu, Nilam itu bukanlah orang sembarangan, melainkan orang yang licik. Dan dia sudah memperhitungkan rencananya ini."

"Kenapa Bunda seyakin itu?"
Tanya Najwa.

Apa mungkin, ini saatnya kedua putrinya tau tentang Adibah? Wanita yang pernah ada dalam hidup kedua orang tua perempuan itu. Tapi lambat laun mereka akan mengetahui hal itu, dan mungkin ini saatnya.

"Nanti dirumah, Bunda ingin menceritakan suatu hal padamu juga adikmu."
Ucap Sarah.

"Tentang apa Bun?"

"Nanti kamu akan tau."
Jawab Sarah sembari matanya menangkap Velia bersama kedua orang yang terlihat khawatir diwajahnya.

"Sarah."
Ucap seorang wanita yang sudah dipastikan adalah ibunya Nilam.

"Mbak Alena."
Ucap Sarah ketika melihat siapa wanita itu.
Dia kembali ingat, wanita itulah yang menjadi korban adu domba yang dilakukan oleh Adibah. Bahkan wanita itu pernah mendekam dipenjara beberapa hari untuk mempertanggung jawabkan kesalahan yang tidak pernah dilakukan olehnya.

"Sarah, kenapa kamu bisa ada disini? Ini ruang Nilam dirawatkan?"
Tanya Alena, disampingnya seorang pria mencoba memeluknya, memberi kekuatan pada wanita itu.

"Nilam koma didalam, aku menungguinya bersama putriku juga temannya."

"Putrimu?"
Alena mengalihkan pandangannya kearah Najwa.
"Najwa?"

Najwa mengangguk kemudian mencium punggung tangan wanita itu beserta pria yang ada disampingnya.

"Iya, saya Najwa Tante."

"Subhanallah. Apa yang sekarang merawat putriku adalah Zufar? Aku mohon sama kamu katakan padanya untuk membantu Nilam agar cepat sadar. Aku mohon."
Ucap Alena sembari menggenggam erat tangan Sarah. Dan hal itu berhasil menggetarkan tubuh wanita itu.

Zufar, dengarlah. Masih ada orang yang membutuhkanmu.
Hati Sarah begitu perih, setiap orang menanyakan keadaan Zufar, yang bahkan sekarang sudah tenang disurga.

"Aku tidak bisa meminta hal itu pada Zufar lagi Mbak."
Jawab Sarah lemah.

"Kenapa? Apa yang telah terjadi diantara kalian?"

"Tidak ada. Karena diantara kita tidak akan terjadi apapun lagi setelah kepergian Zufar untuk selamanya."
Jawab Sarah, yang membuat Alena terhenyak.

"Apa maksudmu?"

"Zufar, suamiku sudah meninggal beberapa tahun yang lalu."
Jawab Sarah dengan satu tetesan air mata turun dipipinya.

TBC

regards🌹
Umi Masrifah

Cahaya Awan ( On Hold )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang